Janji Bintang
7. Bagian 6

28 INT. KANTIN - JAM ISTIRAHAT - PAGI

Amel kembali memeriksa tubuh Raka sementara Raka hanya duduk terdiam. Melihat hal itu membuat Amel menatapnya penuh curiga.

AMEL

Jangan terpengaruh ama ucapan cewek barusan. Dia teman Febi,udah pasti dia bakal ngebela Febi.

RAKA

(Menghela nafas)

Apa gue terlihat seperti terpengaruh ama kata-kata dia barusan?

AMEL

(Menatap tajam)

Gue bilang kayak gini karena dimata gue, lo terlibat seperti itu.

Raka kemudian terdiam. Makanan yang Amel pesan datang di saat bersamaan.

BU KANTIN

(Menaruh makanan di atas meja)

Ini makanannya,Neng. Tadi Neng langsung main pergi aja.

AMEL

Terimakasih,Bu. Tapi makanannya dibawa kembali aja,Bu.

Bu Kantin tampak kebingungan mendengar ucapan Amel, begitu pula dengan Raka.

RAKA

Mel...

AMEL

(Mengabaikan Raka)

Saya harus antar teman saya ke UKS soalnya.

BU KANTIN

Oh, Begitu. Ya udah, nanti Ibu kasih yang lain aja kalo begitu.

AMEL

Maaf ya,Bu. Saya bakal tetap bayar makanannya kok. (Berpaling ke Raka) Lo tunggu di sini, gue pergi bayar makanannya dulu. (Menatap Bu Kantin) Saya titip teman saya dulu ya,Bu. Dia lagi kurang enak badan soalnya.

BU KANTIN

(Mengangguk mengerti)

Oh iya,Neng.

Amel pun kemudian meninggalkan Raka bersama dengan Bu Kantin.

RAKA

Maaf ya,Bu, jadi ngerepotin. Saya nggak papa kok, Ibu bisa kembali aja.

BU KANTIN

Pacar kamu tadi udah ngasih amanah ke Ibu jadi Ibu harus menjaga amanah itu.

RAKA

Dia bukan pacar saya kok,Bu.

BU KANTIN

(Terkejut)

Bukan toh? Tapi dia perhatian sekali loh. Buruan pacarin sebelum diambil ama orang loh.

Raka hanya tertawa kosong mendengar ucapan Bu Kantin. Matanya kemudian tertuju kepada makanan yang ada di hadapannya.

RAKA

(Berbisik)

Bu... soal makanan ini...

Raka kemudian membisikkan sesuatu pada Bu Kantin. Tepat saat Bu Kantin mengangguk mengerti, Amel muncul.

AMEL

Saya sudah bayar ya, Bu. Makasih udah jagain teman saya.

BU KANTIN

Iya, Neng, Sama-sama.

AMEL

Kita balik ke kelas terus lo minum obat. Siapa yang tahu kapan tubuh lo bakal drop setelah kejadian tadi. Gue udah beli roti, ntar lo makan ini dulu sebelum minum obat.

Raka hanya mengangguk mengerti kemudian berdiri. Keduanya kemudian berjalan pergi dari kantin. Alya yang sedari tadi memerhatikan mereka berdua menjadi kesal.

ALYA

(Mengomel)

Sampai akhir pun mereka nggak ngucapin sama sekali. Dasar!

EKA

Udahlah, toh kita bukan satu-satunya di perlakukan kayak gitu.

ALYA

Tapi tetap aja. Si Amel tuh terlalu ngatur si Raka. Orang lain kalo liat mereka bakal mikir Amel itu emaknya Raka.

FEBI

(Menghela nafas)

Gue lapar. Pesan makan yuk.

Saat Febi cs hendak pergi memesan makanan tiba-tiba saja, Bu Kantin mendekati mereka.

BU KANTIN

(Menyodorkan makanan)

Neng Febi? Ini ada makanan untuk Neng.

Ketiga pun kebingungan dan saling menatap.

FEBI

Dari siapa, Bu?

BU KANTIN

Dari Raka,Neng.

CUT BACK TO:

RAKA

(Berbisik)

Bu... soal makanan ini... (menunjuk ke meja Febi cs) bisa kasih ke meja sana saja?

BU KANTIN

(Mengikuti arah telunjuk Raka)

Meja sana, ya? Saya kasihnya ke siapa? Terus nanti kalau mereka tanya ini dari siapa, saya boleh nyebut nama kamu?

RAKA

Untuk Febi,Bu. Bilang aja dari saya. Mereka bakal ngerti kok alasannya.

BU KANTIN

(Mengangguk mengerti)

Oke, saya mengerti.

CUT TO:

ALYA

Ternyata dia tau cara berterimakasih juga.

Eka menatap Febi seraya tersenyum.

FEBI

(Risih)

Ngapain lo liatin gue sambil seNyum-senyum kayak gitu,ha?

EKA

(Pura-pura bodoh)

Nggak papa. Alya, yuk, kita pergi pesan makanan.

ALYA

(Bingung)

Ngapain pesanan makana? Kan kita udah punya makanan mana gratis pula.

EKA

Itu kan buat Febi bukan buat kita.

FEBI

(Memukul lengan Eka)

Lo mau gendut,ha, makan sebanyak ini?

EKA

Jadi kita boleh makan nih?

FEBI

Makan aja.

ALYA

(Bingung)

Apaan sih? Emang makanan ini nggak boleh dimakan?

EKA

Nggak papa, Febi udah ngebolehin kita makan kok.

Febi hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan Eka.

CUT TO:

29 INT. RUANG GURU - JAM ISTIRAHAT - PAGI

Bu Ratih menatap Denis yang sedang di hadapannya dengan tatapan hangat, Denis yang merasa tak nyaman di tatap oleh Bu Ratih terus menerus berdehem.

BU RATIH

Jadi Denis, ada perlu apa kamu menemui Ibu?

DENIS

(Menelan ludah)

Apa benar OSIS berniat untuk membubarkan ekskul broadcasting, Bu?

Bu Ratih terkejut mendengar hal tersebut.

BU RATIH

Belum ada keputusan pasti,Denis.

DENIS

Berarti soal OSIS yang berniat ngebubarin broadcasting itu benar dong, Bu? (Marah) Harusnya Ibu memberitahu kami sebelumnya.

BU RATIH

Ibu tidak bisa memberitahukan kalian sesuatu yang belum pasti. OSIS hanya mengajukan gagasan tersebut, namun Kepala Sekolah belum memberikan keputusan apapun mengenai hal tersebut.

DENIS

(Marah)

Apa Ibu berniat memberitahu kami begitu Kepala Sekolah menyetujuinya?

Bu Ratih menghela nafas melihat Denis yang marah.

BU RATIH

(Berusaha menenangkan Denis)

Kami tidak diperbolehka untuk memberitahu kalian sesuatu yang bisa memicu kesalahpahaman. Dan harusnya kamu tidak menanyakan hal itu ke Ibu tapi ke Febi. Sebelumnya dia adalah Waketos, pastinya dia tahu kriteria seperti apa saja yang masuk dalam kategori pembubaran.

Denis yang tadinya marah seketika menjadi bingung.

DENIS

Tapi Febi kan bukan Waketos lagi. Dia sudah tidak memiliki koneksi apapun dengan OSIS.

BU RATIH

(Tersenyum)

Kamu salah. Meskipun Febi hanya Waketos tapi semua angota OSIS termasuk Ketua OSIS tunduk padanya. Bisa dibilang dia meiliki kekuasaan disana. Jika kamu bicara dengan Febi, mungkin dia bisa saja meminta pada Ketus OSIS untuk menghapus broadcasting dari daftar pembubaran.

DENIS

(Tak percaya)

Meskipun semua anggota OSIS tunduk padanya bukan berarti dia memiliki kuasa untuk hal seperti itu,Bu.

BU RATIH

(Menghela nafas)

Denis, dimata kamu, Febi itu seperti apa?

DENIS

(Bingung)

Seperti apa? (Berfikir) Seseorang yang bertindak semau dan seenaknya. Tak memperdulikan pendapat orang lain. Aura arogan terpancar kuat dari dirinya. Jujur saja, mengetahui orang kayak dia adalah seorang Waketos, mebuat saya berfikir kalo kualifikasi jadi anggota OSIS sangat rendah.

BU RATIH

(Menatap Denis dalam-dalam)

Kamu sungguh memandang Febi sebelah mata ya? Apa Raka dan Amel juga memiliki pandangan yang sama dengan kamu?

DENIS

Karena kami sudah lama bersama, mungkin kurang lebih sama.

BU RATIH

Alangkah lebih baiknya kalo kamu dan yang lain mencoba lebih mengenal Febi. Ibu yakin, begitu kamu mengenalnya, pandangan kamu ke dia akan berubah.

DENIS

(Mengangguk mengerti)

Akan saya coba,Bu, meskipun saya tak yakin dengan yang Ibu katakan. (Teringat sesuatu) Oh iya Bu, kalo boleh tau apa penyebab Febi bisa sampai di masukkan ke broadcast?

Bu Ratih terdiam sejenak sebelum menjawab.

BU RATIH

Dia berkelahi dengan senior. Kalau kamu mau tahu cerita selengkapnya, kamu bisa bertanya langsung pada Febi.

Mendengar hal tersebut membuat Denis cemberut.

DENIS

Kayak dia bakal cerita aja.

BU RATIH

Kalo kamu bertanya dengan baik, dia pasti akan menjawab dengan baik juga. Febi itu memperlakukan orang lain sebagaimana orang memperlakukan dia.

DENIS

(Mendengus)

Semua orang juga kayak gitu kali,Bu. Bukan cuma Febi aja. Udahlah,Bu. Kalo begitu saya pamit dulu.

BU RATIH

Sudah selesai? Segitu aja pertanyaan kamu?

DENIS

Toh apapun pertanyaan saya,selalu berakhir tanyakan langsung ke Febi. Lagian cacing di perut saya sudah melakukan demo daritadi,Bu.

BU RATIH

(Tertawa)

Ya sudah kalo begitu.

Denis pun berpamitan namun saat hendak pergi, Bu Ratih memamnggilnya.

BU RATIH (COUNT'D)

Ingat kata-kata Ibu. Kamu nggak akan menyesal mengenal Febi. (Tersenyum) Kamu udah boleh pergi.

Denis hanya mengangguk meski tak mengerti maksud ucapan Bu Ratih.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar