Janji Bintang
2. Bagian 1

Beberapa bulan sebelumnya...

8 INT. KORIDOR SEKOLAH - PAGI

Suara hiruk pikuk mengisi pagi di SMA Bakti Ilmu. Sapaan dan canda tawa para murid yang datang membuat pagi itu menjadi lebih cerah. Terdengar suara alunan musik dari radio sekolah menemani pagi mereka.

(CU) Langkah kaki yang tengah berjalan berjalan terburu-buru. Sorot mata yang tampak kesal. Kertas ditangannya menjadi kusut karena genggaman yang kuat.

Denis membelah jalan secara terburu-buru menuju ke ruang broadcasting.

CUT TO:

9 INT. RUANG BROADCASTING - PAGI

Sebuah ruangan berukuran sedang dimana didalamnya terdapat whiteboard, meja dan kursi yang di gunakan untuk rapat, 2 buah meja panjang yang dimana diatasnya terdapat banyak peralatan dan perlengkapan siaran dan sebuah ruang siaran yang tidak begitu luas.

Raka dan Amel tampak sedang berdiskusi saat Denis membanting pintu yang membuat keduanya terkejut. Denis menatap Raka dengan kesal.

RAKA

(Bingung)

Kenapa lo?

Denis berjalan mendekati Raka kemudian menyodorkan kertas yang ada ditangannya ke depan wajah Raka.

DENIS

(Menahan marah)

Ini apa?

Raka mengambil kertas tersebut dan membacanya. Amel pun memanjangkan tubuhnya untuk ikut melihat.

RAKA

(bingung)

Ini kan laporan evaluasi bulan ini. Kenapa emangnya? Ada masalah?

DENIS

(Kesal)

Lo serius nanya atau lo lagi mancing emosi gue sih, Ka?

AMEL

Emang kenapa sih? Gue nggak liat ada masalah apapun tuh disini.

Denis merebut kembali kertas yang ada pada Raka.

DENIS

(Menunjuk kertas)

Ini masalahnya!

Raka dan Amel melihat kearah yang Denis tunjuk.

AMEL

(Bingung)

Tanda tangan? Emang apa yang salah ama tanda tangan Raka?

DENIS

(Kesal)

Apa yang salah lo bilang?

Denis kemudian berjalan ke lemari tempat semua dokumen tersimpan dan mulai mengeluarkan beberapa dokumen. Raka dan Amel hanya menatapnya dengan bingung. Dengan membawa semua dokumen yang tadi ia keluarkan, Denis kembali ke tempat Raka dan Amel.

DENIS (COUNT'D)

(Mengangkat kertas satu per satu)

Ini laporan 3 bulan lalu. (Meletakkannya diatas meja). Ini laporan 2 bulan lalu. (meletakkan di atas meja). Ini laporan bulan lalu dan ini yang bulan ini. (Menatap Raka dan Amel). Udah paham?

Raka dan Amel menatap semua laporan yang Denis letakkan di atas meja kemudian saling menukar pandang, tak mengerti.

AMEL

Gue nggak paham masalahnya dimana.

RAKA

To the point ajalah.

Denis menarik nafas panjang karena kesal.

DENIS

Masalahnya itu tanda tangan lo tiap bulan berubah,Ka!

Mendengar hal tersebut membuat Raka dan Amel memeriksa laporan-laporan yang ada di atas meja.

AMEL

(kagum)

Oh! Bener kata Denis! Kok bisa sih?

DENIS

Ini bukan sesuatu yang mengagumkan loh,Mel.

RAKA

Ya udah lah, tanda tangan doang. Yang pentingkan ada stempelnya.

DENIS

(Menatap tajam)

Tanda tangan doang? Tiap bulan gue harus mendengar omelan BU RATIH yang mengira gue malsuin tanda tangan lo! Please Ka, tanda tangan lo jangan ganti-ganti mulu napa!

AMEL

Uwah... kayaknya lo masih kurang tahu kebiasaannya Raka ya, Nis?

DENIS

(Bingung)

Kebiasaan apa? Emang Raka punya kebiasaan yang nggak gue tahu?

AMEL

(Menepuk bahu Raka)

Dia ini, tiap nggak megang pulpen sehari, jangankan tanda tangan, tulisannya aja bakal berubah total. Makin nggak bisa kebaca.

RAKA

Tulisan gue bagus cuma tergantung pulpennya aja.

DENIS

(Mendengus)

Jadi ini semua salahnya pulpen sampai tanda tangan lo berubah tiap bulan,gitu?

RAKA

(Mengangguk penuh percaya diri)

Bisa di bilang gitu!

DENIS

(Mencekik leher Raka)

Gue nggak sanggup lagi berbagi oksigen ama lo! Gak ada gunanya semua oksigen ini buat lo!

RAKA

To...long

AMEL

(Melerai)

Udah,Nis! Udah!

Amel berhasil melerai mereka. Raka bernafas lega sementara Denis duduk lemas di kursi. Energinya habis terkuras karena kesal.

RAKA

(Menyodorkan selembar kertas)

Jam istirahat nanti giliran lo yang siaran. Nih list lagu hari ini.

DENIS

(Melirik kemuadian menghela nafas)

Gue skip deh untuk hari ini. Pagi-pagi tenaga gue udah abis. Kayaknya gue gak bakal bertahan sampai jam istirahat.

AMEL

(Memukul belakang kepala Denis)

Gak usah banyak alasan lo! Kemarin-kemarin lo udah skip banyak.

DENIS

(Mengelus belakang kepalanya)

Ouch! Sakit oi! (Menatap Amel dengan pandangan memohon) Hari ini gue skip, ya, please.... besok gue janji bakal siaran!

AMEL

(Menggelengkan kepala)

Nggak! Pokoknya hari ini lo kudu siaran! Awas aja kalo lo berani ngebolos.

SFX : SUARA BEL SEKOLAH

Denis baru saja hendak memohon saat bel masuk berbunyi. Raka memaksa Denis memegang kertas tersebut.

RAKA

(Mengancam)

Jangan sampai ilang!

DENIS

(Memelas)

Ka...

AMEL

(Tegas)

Nggak usah pasang muka memelas deh, lo. Buruan sana, udah bel nih!

DENIS

(Berdiri dengan malas)

Lo berdua lebih kejam dari emak tiri. (Cemberut) Emak tiri aja ada yang baik hati!

RAKA

Siapa?

DENIS

Ashanty

RAKA

Siapa lagi?

DENIS

Ashanty... Ashanty... (Suara makin mengecil) kenapa yang ada di otak gue cuma Ashanty doang ya?

RAKA

(Tertawa meledek)

Tipe cewek lo kayak Ashanty kali.

DENIS

(Cemberut)

Setidaknya beliau lebih baik daripada lo berdua!

AMEL

(Tertawa kosong)

Hahaha... (kesal) Maaf ya kalo gue nggak sebaik Ashanty!

Amel kemudian berjalan keluar ruangan meninggalkan Denis dan Raka.

DENIS

(Bingung)

Lah, dia kenapa marah?

RAKA

Cemburu ama Ashanty kali?

DENIS

(Menatap Raka tak percaya)

Ya kali dia cemburu ama emak-emak beranak 4, Ka? Gila kali lo.

RAKA

(Mengangkat bahu)

Kan gue cuma nebak aja. Salah satu misteri yang nggak bakal bisa di pecahin di dunia ini ya isi otak para cewek,

DENIS

(Tertawa meledek)

Rasanya aneh denger seorang Raka yang punya alergi ama cewek tapi bicara soal cewek.

RAKA

(Mendengus menahan kesal)

Lo kayaknya emang punya bakat bikin orang kesel deh.

Raka pun meninggalkan Denis seorang diri.

DENIS

(Bingung)

Lah dia kenapa ikutan marah? (Melihat ke sekelilingnya) Oi, tungguin gue!

Denis pun segera keluar ruangan menyusul ke dua sahabatnya.

CUT TO:

10 INT. KORIDOR SEKOLAH - PAGI

Denis berlari menyusul kedua sahabatnya yang tampak semakin menjauh. ,Murid lain yang melihat Denis berlari dengan cepat menyingkir dari jalan sebelum tertabrak.

DENIS

(Teriak)

Raka, Amel... tungguin gue!

Raka dan Amel yang mendengar panggilan tersebut menghentikan langkah kaki mereka dan membalikkan badan tepat saat Denis tiba di hadapan mereka.

DENIS (COUNT'D)

(Terengah-engah)

Te..ga.. lo berdua... ninggalin gue!

AMEL

(Bingung)

Lo ngapain nyusul kita berdua?

DENIS

(Tak percaya dan kesal)

Jahat lo! Jangan mentang-mentang lo cemburu ama Ashanty, lo jadi lupa ama gue!

AMEL

(Tak terima)

Siapa juga yang cemburu ama Ashanty? Gila kali nih anak!

DENIS

Terus maksud pertanyaan lo barusan apa? Emang gue nggak boleh nyusul kalian?

AMEL

Eh bego! Kelas lo tuh di sana noh! Lo lupa kalo lo nggak sekelas ama kita berdua?

Mendengar hal itu membuat Denis menjadi salah tingkah karena malu. Ia pun melangkah mundur secara perlahan diiringi dengan tawa kosong yang membuat Raka dan Amel menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahnya,

RAKA

Nis!

DENIS

(Malu)

APAAN?

Raka menunjuk ke atas yang membuat Denis mendongak namun tak ada apapun di atas sana.

RAKA

Lo gak matiin amplifier ya? Tuh musik masih keputer

Denis yang tadinya salting karena malu seketika menjadi kesal sendiri mendengar ucapan Raka.

DENIS

Kan yang idupin lo berdua, kenapa gue yang harus matiin?

AMEL

(Santai)

Yang terakhir di ruangan kan elo!

DENIS

(Kesal sendiri)

Sialan!

RAKA

Kan searah ke kelas lo jadi sekalian sana lo matiin.

Setelah mengatakan hal tersebut, Raka dan Amel kembali melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti. Sementara Denis, meski kesal ia pun berjalan kembali ke arah dirinya datang.

CUT TO:

11 INT. - KELAS XI IPA 1 - PAGI

Suasana kelas tampak ramai meski bel masuk telah berbunyi, Tampaknya Bu Ratih masih belum datang sehingga para murid masih bebas berkeliaran. Dan hal tersebut menguntungkan bagi Denis yang baru saja masuk ke dalam kelas denga nafas memburu. Dengan cepat ia membuang dirinya ke bangkunya. DAMAR, teman sebangku Denis yang sedang bermain game, tekejut dibuatnya,

DAMAR

(Berteriak)

ARGHH...SIALAN LO NIS! GARA-GARA LO, GUE JADI KENA TEMBAK!

DENIS

(Cengengesan)

Sorry, Mar!

Damar hanya menghela nafas kemudian meletakkan hpnya. Ia menatap Denis yang masih mengatur nafas.

DAMAR

Lo kenapa telat?

DENIS

(Bingung)

Telat? Siapa? Gue?

DAMAR

(Kesal sendiri)

Bukan tapi anaknya Pak Mahaputra!

DENIS

(Memukul lengan Damar)

Sialan lo pake bawa nama bokap gue!

DAMAR

(Mengelus lengannya)

Lagian lo ditanya jawabannya kayak gitu.

Denis hanya menghela nafas panjang kemudian menelungkupkan kepalanya diatas meja.

DAMAR (COUNT'D)

(Serius)

Gimana kalo lo berhenti dari broadcasting? Dengan tubuh lo yang atletis itu lo pasti bakal langsung jadi pemain reguler di basket. Lagian anak-anak di sekolahan kita nggak ada yang peduli dengan broadcasting. Bakat dan kemampuan lo jadi sia-sia,Nis.

Mendengar hal itu, Denis mengangkat kepalanya dan menatap Damar.

DENIS

(Tersenyum)

Thank you, Mar atas sarannya tapi gue seneng di broadcasting.

DAMAR

(Kesal)

Lo di broadcating bukan karena lo seneng tapi karena ada Raka, kan? Sampai kapan sih lo bakal ngekorin Raka mulu? Lo tau nggak anak-anak manggil lo apa? Budaknya Raka, Nis. Lo terlalu bagus untuk dipanggil Budak.

DENIS

(Menatap tajam)

Gue udah bilang gue seneng di broadcasting kan?

DAMAR

(Menghela nafas)

Terserah lo! Gue cuma mau bilang kalo suatu hari lo bosen di broadcasting, tim basket selalu siap menerima lo!

DENIS

Bakal gue inget. Thanks!

Saat mereka selesai berbicara, tiba-tiba saja ALYA, dan EKA muncul di hadapan Denis dan Damar disusul sosok Febi dibelakang mereka.

FEBI

(Menatap Denis)

Lo anak broadcasting?

DENIS

(Bingung)

Kalo iya, kenapa?

FEBI

Anggota broadcasting ada berapa? Terus kumpulnya hari apa aja dan jam berapa?

DENIS

(Semakin bingung)

Emangnya kenapa lo nanya-nanya kayak gitu?

Febi menarik nafas panjang menahan kesal sementara Alya menggelengkan kepala.

EKA

(Kesal)

Lo ditanya malah balik nanya! Tinggal jawab aja apa susahnya sih?

DENIS

Gue nggak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan lo kan?

ALYA

(Memukul meja)

Febi ada urusan di broadcasting makanya dia nanya kapan anak broadcasting bakal ngumpul. Udah jelas kan?

Denis melirik ke arah Febi yang sedang berdiri di belakang mereka seraya melipat tangan.

DENIS

Urusan apaan?

EKA

Lo ketua broadcasrting?

DENIS

Bukan sih tapi...

ALYA

(Memotong)

Kalo gitu lo nggak perlu tau karena Febi ada urusannya ama ketua broadcasting.

DENIS

(Bingung)

Tapi gue juga salah satu anggota broadcasting.

EKA

(Ketawa meledek)

Anggota doang kan?

Denis yang mendengar itu menjadi tersinggung dan bangkit dari duduknya.

DENIS

(Kesal)

Apa lo bilang?

Melihat hal itu membuat Febi menarik Alya dan Eka mundur dan melangkah maju. Damar yang juga berusaha menahan Denis yang tampak emosi.

FEBI

Sorry kalo ucapan kedua teman gue buat lo tersinggung.

Denis menatap Febi dengan tajam. Melihat reaksi Denis membuat Febi menghela nafas.

FEBI (COUNT'D)

Gue rasa nggak ada gunanya gue ngomong ama lo. Kalo lo nggak mau ngasih tau, ya udah!

Febi kemudian berbalik dan berjalan menjauh dari tempat Denis diikuti oleh Alya dan Eka dibelakangnya. Melihat itu membuat Denis kebingungan.

DAMAR

Harusnya lo langsung jawab aja tadi pertanyaan Febi. Terlibat ama dia cuma bikin lo dalam masalah.

DENIS

(Tak mengerti)

Maksudnya apa tuh?

DAMAR

(Menghela nafas)

Lo nggak tau kalo dia punya backing-an yang kuat? Semua yang bermasalah ama dia pasti bakal kena hukuman sementara dia selalu bebas.

Tepat saat Denis hendak menanyakan maksud ucapan Damar, Bu Ratih muncul.

BU RATIH

(Suara keras)

Selamat pagi, anak-anak!

Kemunculan Bu Ratih membuat semua murid di kelas itu mau tidak mau langsung tenang termasuk Denis yang langsung duduk.

DENIS (V.O)

Kira-kira dia ada perlu apa ya ama anak broadcasting?

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar