Janji Bintang
3. Bagian 2

12 INT. KELAS XI IPA 1 - SIANG

Begitu bel istirahat berbunyi,Denis dengan cepat bangkit dari duduknya dan hendar pergi ke ruang broadcasting saat ia secara tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik berjalan ke arah Alya dan Eka berada.

DENIS

Mana temen lo yang katanya ada perlu ama broadcasting?

Alya dan Eka yang sedang asyik bermain hp secara bersamaan menatapnya.

ALYA

Febi maksud lo? (Denis mengangguk) Dia udah kesana tuh.

DENIS

(Bingung)

Kesana? Maksud lo ke ruang broadcast?

EKA

Iyalah, ke mana lagi dia pergi tanpa kami berdua?

Tanpa menunggu lama, Denis dengan segera berlari keluar kelas.

CUT TO:

13 INT. KORIDOR SEKOLAH - SIANG

Denis berlari di sepanjang koridor menuju ke ruang broadcasting. Namun tak mudah baginya untuk berlari di koridor dimana banyak siswa yang lalu lalang karena jam istirahat.

DENIS (V.O)

(Gelisah)

Semoga aja Raka ama Amel belum ke ruang broadcast!

Dengan susah payah, ia pun tiba di tangga.

CUT TO:

14 INT. TANGGA SEKOLAH - SIANG

Denis menaiki tangga dengan berlari. Saking terburu-burunya, ia menaiki dua tangga sekaligus. Begitu sampai di ujung tangga, tanpa mengurangi kecepatannya, Denis segera berlari menuju ke ruang broadcasting.

CUT TO:

15 INT. RUANG BROADCASTING - SIANG

Setibanya di ruang broadcasting, Denis mendapati sosok Amel yang berdiri di dekat pintu, sementara Raka sedang duduk dengan tangan terlipat di depan dadanya. Meski masih ngos-ngosan namun Denis dapat merasakan hawa dingin dari ruangan tersebut karena baik Amel dan Raka sama sekali tak memedulikan kedatangannya namun sebaliknya, mereka sedang menatap lurus seseorang yang sedang duduk di depan Raka.

DENIS

(Terkejut)

Febi?

Mendengar Denis menyebut nama Febi membuat Amel memalingkan wajah menatapnya sementara Raka masih memandang lurus ke arah Febi. Mendengar namanya disebut, Febi hanya melambai kecil kepada Denis.

AMEL

Lo kenal ama cewek ini?

DENIS

(Salah tingkah)

Nggak bisa dibilang kenal juga sih. Dia teman sekelas gue. Tadi pagi dia bilang ada perlu ama anak broadcast.

Amel hanya mengangguk mendengar jawaban Denis kemudian kembali menatap Febi sementara Denis secara perlahan mendekati Amel.

DENIS (COUNT'D)

(Berbisik)

Jadi, dia ada urusan apa kesini?

Namun Amel tak menjawabnya yang membuat Denis menatap Raka.

RAKA

(Tatapan tajam)

Tadi lo bilang apa?

FEBI

(Tersenyum santai)

Gue bilang kalo mulai hari ini gue gabung ama kalian.

Mendengar hal itu membuat Denis terkejut.

DENIS

Ha? Lo anggota broadcast?

AMEL

(Memukul lengan Denis)

Berisik lo!

Denis pun langsung diam karenanya namun raut wajahnya masih menunjukkan kebingungan.

RAKA

(Menahan kesal)

Mungkin lo salah masuk ruangan. Ini ruang broadcast.

FEBI

(Mengangguk)

Iya, mulai hari ini gue anggota broadcast.

RAKA

Kayaknya disini ada kesalahpahaman. Gue ama yang lain nggak pernah buka penerimaan anggota baru.

FEBI

(Tertawa mengejek)

Lo buka juga nggak bakalan ada yang daftar kok.

Mendengar hal itu membuat Amel dan Denis menjadi kesal sementara Raka hanya diam.

AMEL

(Kesal)

Apa lo bilang?

FEBI

Gue nggak nyangka kalo semua anak broascast separah ini dalam menyerap ucapan orang lain. Selalu minta pengulangan ucapan.

AMEL

(Marah)

LO...

Amel hendak mendekati Febi namun dengan cepat Denis menahannya.

DENIS

(Berbisik)

Kita serahin aja masalah ini ke Raka, oke?

Amel pun mundur dan menarik nafas panjang untuk menenangkan pikirannya.

RAKA

(Datar)

Gue hargain niat lo yang pengen gabung di sini tapi sorry, kita lagi nggak buka penerimaan anggota baru. Jadi,gue saranin lo masuk ekskul yang lain aja.

Setelah mengatakan hal tersebut, Raka langsung bangkit dari duduknya kemudian menatap Amel dan Denis.

RAKA (COUNT'D)

Bersiap siaran!

AMEL & DENIS

(Bersamaan)

Oke!!!

Namun, saat hendak ke posisi masing-masing, ketiganya sadar jika Febi masih berada di ruangan tersebut.

AMEL

(Kesal)

Lo masih disini? Kita udah bilang kalo kita nggak terima anggota baru kan? Apa otak lo sulit menyerap ucapan orang lain?

Namun bukannya kesal, Febi malah tertawa yang membuat ketiganya kebingungan.

DENIS

Dia nggak kesurupan kan? Suara ketawanya horor banget!

RAKA

Kita mau siaran, sebaiknya lo pergi.

Mendengar hal itu membuat Febi menghentikan tawanya kemudian bangkit dan berjalan mendekat ke arah Raka kemudian menatapnya tajam. Karena jarak yang cukup dekat membuat Amel dan Denis segera berdiri di antara mereka berdua.

FEBI

(Serius)

Kan gue udah bilang, mulai hari ini gue anggota broadcast. Gue nggak pernah bilang kalo gue berniat mendaftar jadi anggota broadcast.

Febi kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Amel dan Denis secara bergantian.

FEBI (COUNT'D)

Kalo kalian keberatan, silahkan mengeluh ke Bu Ratih. (Berjalan menuju pintu) Gue bakal ikut siaran mulai besok. Hari ini gue cuma datang untuk memperkenalkan diri doang. Bye!

Dan kemudian Febi berlalu begitu saja meninggalkan ketiganya. Melihat kepergian Febi, Amel dan Denis segera berbalik menatap Raka.

AMEL

(Cemas)

Ka,lo nggak pa-pa kan? Dia nggak nyentuh lo kan?

RAKA

(Menggeleng)

Gue nggak pa-pa.

DENIS

Tapi maksud ucapan Febi barusan apa ya? Dia bakal tetap jadi anggota broadcast terlepas kita terima dia atau nggak, gitu?

RAKA

Kayaknya kita harus bicara ama Bu Ratih deh.

AMEL

Ya udah,siaran hari ini kita pindahin ke jam istirahat ke dua aja atau kalo perlu nggak usah siaran dulu. Yang penting sekarang, kita bahas masalah anggota baru itu.

RAKA

(Menggeleng)

Nggak usah. Lo berdua tinggal disini buat siaran. Biar gue yang bicara ama Bu Ratih.

Amel dan Denis terkejut mendengar ucapan Raka.

DENIS

(Mengomel)

Hari ini otak lo ketinggalan di rumah ya, Ka? Lo fikir, lo bisa berjalan seorang diri di koridor sekolah dengan banyaknya anak-anak yang lalu lalang disana? Lo lupa gimana dulu lo sampai sakit 3 hari karena nggak sengaja tabrakan ama cewek?

AMEL

Tau nih! Lo fikir kita ada disini untuk apa,ha?

RAKA

(Menyesal)

Sorry... bukan kayak gitu maksud gue.

AMEL

Pokoknya hari ini kita nggak siaran. Masalah anggota baru itu kudu dibahas tuntas sampai selesai. Kalo dia beneran gabung ama kita,udah pasti lo ama dia nggak bakal akur apalagi dengan kepribadian lo dan kepribadian dia yang kayak gitu.

RAKA

Emang kepribadian gue kenapa?

AMEL

Lo serius nggak tau gimana kasarnya lo kalo ngomong ama orang lain?

DENIS

Kepribadian lo sendiri gimana? Kalo Febi gabung ama kita, gue nggak yakin kalo cuma Raka aja yang nggak bakal akur ama dia.

AMEL

(Kesal)

Jadi, maksud lo, kepribadian cewek itu lebih baik dari gue gitu?

DENIS

(Gagap)

Bu...bukan gitu maksud gue...

AMEL

(Memotong ucapan Denis)

Kayaknya lo lebih ngebela teman sekelas lo daripada temen sepermainan lo, ya?

DENIS

(Kesal)

Gue nggak bela siapa-siapa!

Namun Amel mengabaikannya dan berjalan keluar ruangan mendahului keduanya.

DENIS (COUNT'D)

Dejavu kah? (Menatap Raka) Ini siaran ulang kejadian tadi pagi ya?

Raka yang mendengar hal tersebut hanya tersenyum kecil kemudian menepuk belakang Denis sebelum ia menyusul Amel. Denis yang melihat hal tersebut pun menarik nafas panjang.

DENIS (COUNT'D)

Fix! Ini siaran ulang!

Kemudian ia pun segera meninggalkan ruangan dan menyusul keduanya.

CUT TO:

16 INT. RUANG GURU - SIANG

Bu Ratih tampak sedang berbincang dengan guru lain saat Raka, Amel dan Denis masuk ke ruang guru. Melihat kedatangan ketiganya membuat Bu Ratih pun mendekati mereka.

BU RATIH

Ada perlu apa kalian kesini?

Amel dan Denis langsung mneyenggol Raka untuk menyuruhnya menjawab pertanyaan tersebut.

RAKA

Ini soal anggota baru broadcast,Bu.

BU RATIH

Ah... masalah itu. Kita bicara di meja saya.

Bu Ratih pun segera berjalan ke mejanya diikuti oleh mereka bertiga. Setibanya, Bu Ratih langsung duduk dan menatap mereka bertiga,

BU RATIH (COUNT'D)

Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan?

RAKA

Barusan ada seorang murid yang datang ke kami dan bilang kalo dirinya adalah anggota broadcast. Seingat saya, kami tidak pernah membuka penerimaan anggota baru. Saya rasa ada kesalahan disini.

BU RATIH

(Mengangguk mengerti)

Tidak ada kesalahan sama sekali, Raka.

Ketiganya pun terkejut mendengar balasan Bu Ratih.

AMEL

Tapi kenapa tiba-tiba? Bahkan tidak ada yang memberitahu kami sama sekali.

BU RATIH

Ini keinginan Kepala Sekolah untuk memasukkan Febi di broadcast. Mungkin dengan adanya Febi di broadcast dapat menarik minat murid-murid yang lain. Meskipun kepribadian Febi seperti itu tapi sebelumnya dia adalah Wakil Ketua OSIS. Jika saja ia tidak bertingkah, mungkin ia tidak akan kehilangan posisinya itu.

RAKA

(Kesal)

Saya tidak peduli dengan posisi dia,Bu. Kenapa harus broadcast? Kami baik-baik saja jadi saya rasa kami tidak membutuhkan dia.

BU RATIH

(Menghela nafas)

Baiklah, Raka. Bagaiamana kalau begini saja. Biarkan Febi di broadcast sampai semester ini saja. Begitu kenaikan kelas, kamu bisa mengeluarkan dia. Setidaknya kita lihat kinerjanya terlebih dahulu baru menilai. Hanya semester ini saja,oke? Lagipula alasan apa yang akan kamu gunakan untuk menolak dia? Ini tidak seperti kalian memiliki banyak anggota atau semacamnya kan? Lagipula ini tidak seperti Febi yang ingin masuk ke broadcast tapi ini karena perintah Kepala Sekolah.

Raka terdiam. Sementara Amel dan Denis saling bertukar pandang.

BU RATIH (COUNT'D)

Hanya tersisa 5 bulan sebelum kenaikan kelas. Kalian cukup melakukan apa yang biasa kalian lakukan, anggap saja Febi sebagai anak magang.

RAKA

(Menghela nafas)

Baiklah,Bu.

Amel dan Denis terkejut mendengar ucapan Raka.

BU RATIH

(Tersenyum senang)

Syukurlah kalau kamu bisa mengerti.

RAKA

(Mengangguk setengah hati)

Kalau begitu kami permisi dulu, Bu.

Ketiganya pun membalikkan badan hendak melangkah pergi.

BU RATIH

Oh iya, Ibu hampir lupa!

Ketiganya pun kembali membalikkan badan dan menatap Bu Ratih dengan bingung.

BU RATIH (COUNT'D)

Kepala Sekolah ingin kalian mnegikuti intstruksi Febi selama 1 bulan pertama dia di broadcast.

AMEL,RAKA,DENIS

(Terkejut)

APA BU?

BU RATIH

Hanya sebulan saja.

AMEL

Maaf,Bu. Itu sama saja memberikan hak Ketua ke dia.

BU RATIH

Ibu hanya melakukan perintah Kepala Sekolah. Kalian bisa mencari solusi terbaiknya dengan mendiskusinnya bersama Febi.

RAKA

(Menarik nafas panjang kemudian dihembuskannya)

Baiklah kalo begitu,Bu. Kami permisi dulu.

Raka kemudian melangkah pergi meninggalkan meja Bu Ratih disusul dengan Amel dan Denis yang kebingungan di belakangnya.

CUT TO:

17 INT. KORIDOR SEKOLAH - SIANG

Dengan langkah cepat, Raka menjauh dari ruang guru. Sementara dibelakangnya tampak Amel dan Denis yang sibuk berbisik-bisik. Saat jarak dari ruang guru dianggap sudah jauh secara tiba-tiba, Raka menghentikan langkah kakinya.

RAKA

(Berteriak)

ARGH!!!!!

Amel dan Denis yang melihat hal tersebut langsung terkejut begitu pun murid-murid yang ada di sekitar mereka.

AMEL

(Mengedarkan pandangannya)

Sorry ya, sorry!

DENIS

Lo baik-baik aja,Ka?

RAKA

(Menatap tajam)

Menurut lo?

AMEL

Kalo lo nggak suka, kenapa lo main setuju aja?

RAKA

(Kesal)

Terus gue harus gimana? Ngelawan Bu Ratih gitu atau ke kantor Kepala Sekolah buat protes,gitu? Lagian apa yang Bu Ratih bilang ada benarnya, kita nggak punya alasan buat nolak cewek itu buat gabung.

Raka kemudian duduk di kursi panjang berusaha menenangkan diri. Amel duduk di sampingnya sementara Denis berdiri di hadapannya.

DENIS

Udahlah, nggak usah stres. Kita jalanin aja. Cuma 5 bulan doang kan setelah itu kita bakal bertiga lagi.

AMEL

(Menatap penuh curiga pada Denis)

Perasaan dari tadi lo belain teman sekelas lo mulu deh.

DENIS

Gue nggak bela siapa-siapa,Mel. Kita juga nggak punya daya di situasi kayak gini. Kita terima terus kita jalanin aja, udah selesai!

Amel hanya diam mendengar ucapan Denis.

RAKA

Bener kata Denis, kalo kita nggak punya daya di situasi kayak sekarang.

Denis tersenyum mendengarnya sementara Amel menghentakkan kaki tak senang.

RAKA (COUNT'D)

Kalo kita nggak punya daya, kita cukup buat cewek itu keluar dengan sendirinya dari broadcasting.

Baik Amel dan Denis terkejut mendengarnya.

DENIS

Ka, lo serius ama ucapan lo?

Raka hanya diam.

AMEL

Gue setuju ama Raka. (Menatap Denis) Lo nggak setuju?

DENIS

(Bingung)

Bukannya gue nggak setuju... tapi...

AMEL

(Memotong ucapan Denis)

Oke, kita udah sepakat! Yuk, Ka, kita balik ke kelas. Bentar lagi bel.

Raka bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju ke kelasnya diikuti oleh Amel. Denis hanya menatap keduanya, tak tahu harus berkata apa.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar