i want you to be fine (Script)
6. Enam

61. INT. RUMAH KAYLA - MALAM

Ray duduk di ruang tamu dengan Kayla di hadapannya.

KAYLA

Mana?

RAY

Gak sabaran. Iya...

Ray mengeluarkan album milik Kayla di dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja.

RAY

Nih...

Saat Kayla hendak mengambil piringan hitam di atas meja, Ray mengeluarkan sesuatu yang lain di dalam tasnya. Ia meletakkan dessert box yang ia buat di atas meja.

KAYLA

Ini apa lagi?

RAY

Dessert box. Saya bikin tadi buat kamu. Lebih enak kalau disimpen dulu di kulkas.

KAYLA

Gue gak terlalu suka makanan manis.

RAY

Gak terlalu suka bukan berarti gak bisa makan, kan? Jangan cari alesan. Terima aja.

Kayla berdiri dan berjalan ke arah tenpat duduk Ray. Ia duduk di sebelah Ray dan menatap Ray tajam. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah wajah Ray. Ray yang melihat wajah Kayla mendekat disebelahnya, memundurkan wajahnya perlahan. Kemudian ia menggunakan jari telunjuknya untuk mendorong dahi Kayla.

RAY

Jangan deket deket...

Kayla memukul tangan Ray yang sedang mendorong dahinya.

RAY

Ada apa? Hmmm?

KAYLA

Lo pasti ada maksud maksud tertentu kan?

RAY

Gak ada. Jangan ke pd an.

KAYLA

Terus kenapa? Kenapa lo sok bersikap baik sama gue?

RAY

Saya emang baik.

(Meletakkan tangan di dada dan mengangguk pelan)

KAYLA

Najis.

Ray menggelengkan kepala sambil memalingkan wajahnya dan menghela napas panjang. Kayla mengambil piringan hitam miliknya dan berdiri dari duduknya.

KAYLA

Gue nyimpen ini dulu. Kalau mau pulang, lo tahu kan pintu keluarnya di mana?

(Berjalan pergi)

RAY

(Berteriak)

Saya boleh keliling? Liat liat rumah?

KAYLA (VO)

(Berteriak)

Terserah! Asal jangan maling!

62. INT. RUMAH KAYLA

Ray mengambil dessert box di atas meja. Lalu ia berdiri dan berjalan mencari dapur. Kemudian ia tertahan karena melihat sebuah foto keluarga tertempel di tembok. Ray memperhatikan foto itu.

Tak lama setelah itu, Kayla kembali dan melihat Ray sedang berdiri di depan foto keluarganya. Ia pun menghampirinya.

KAYLA

Ngapain?

RAY

(Menengok pada Kayla di belakangnya)

Eh. Ini. Saya lagi liat foto keluarga kamu.

(Menunjuk foto keluarga dengan dagu)

Ayah kamu TNI?

KAYLA

Papa.... Iya. Kenapa?

RAY

Keren. Hehe. Kalau Mama kamu? TNI juga? Atau... mmm... pramugari? Cantik. Hehe.

KAYLA

Iya. Mama emang cantik. Tapi Mama udah gak ada.

Ray berbalik menghadap Kayla.

RAY

Maaf...

KAYLA

Ck. Lo kebanyakan minta maaf.

RAY

Hehehe.

KAYLA

Orang tua lo? Mereka gimana?

RAY

Kepo.

KAYLA

(Menodongkan tinjunya)

Issshhh...

Ray memundurkan wajahnya dan tertawa. Ia memegang kepalan tangan Kayla dan menurunkannya.

RAY

Papa saya seorang pengacara. Dan Mama saya, dia ibu rumah tangga. Dia jago masak. Dan saya belajar masak dari Mama. Mama saya juga udah meninggal. Kita berdua sama. Mungkin itu kali ya, alasan kenapa saya bisa paham sama perasaan kamu.

KAYLA

Ck. Teori dari mana kalau sesama piatu bisa paham satu sama lain?

(Memalingkan wajah)

Ray terkekeh dan mengacak rambut Kayla. Kayla memukul tangannya.

RAY

Oh iya. Dapur di mana?

KAYLA

Disana

(Menunjuk dengan dagu)

Mau ngapain?

RAY

Saya mau masukin ini ke dalam kulkas.

(Menunjukkan dessert box

KAYLA

Gak usah. Bawa lagi aja. Gue gak akan makan.

RAY

Serius?

KAYLA

Hmmm...

RAY

Gak mungkin. Ayo!

Ray menarik tangan Kayla dan berjalan menuju dapur.

63. INT. RUMAH KAYLA - DAPUR - MALAM

Ray mengambil sebuah sendok dan membuka kotak makanan yang ia bawa dari tadi. Ia mengambil sesendok dessert box yang ia buat. Dan menodongkannya ke mulut Kayla.

RAY

Cobain. Setelah itu bebas mau dimakan atau dibalikin ke saya.

Kayla merebut sendok dari tangan Ray dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ia mengunyah perlahan makanan itu dan menelannya.

KAYLA (VO)

Sial... ini enak banget...

Kayla berwajah datar dan mengembalikan sendok pada Ray.

RAY

Enak?

KAYLA

Biasa aja.

RAY

Masa?

Ray kemudian mencoba sesendok.

RAY

Enak ah. Ya udah kaau kamu nggak mau. Saya aja yang abisin.

Ray hendak memakan kembali makanan itu tapi Kayla langsung merebut kotak makanan dan sendok yang sedang dipegang Ray.

KAYLA

Kalau udah ngasih sesuatu, jangan diambil lagi. Pamali!!

Kayla memakan dessert box itu sambil berjalan pergi. Ray hanya tersenyum saat melihatnya begitu.

64. EXT. JALANAN DEPAN RUMAH PAK AMIR - MALAM

Faris sudah menaiki motornya dan bersiap pergi.

FARIS

Aku pulang... kamu langsung tidur. Jangan begadang.

DINA

Iya...

Faris hendak memakai helmnya. Tapi Dina menahannya.

FARIS

Apa lagi? Mungkin aku harus masuk lagi?

Dina mengecup pipi Faris secara tiba tiba. Membjat Faris langsung tertegun diam.

FARIS

E... mmm...

(Terkekeh)

DINA

Hati hati dijalan.

Dina mengambil helm yang sedang Faris pegang dan memakaikannya.

FARIS

Hmmm... aku pulang beneran. Bye...

(Menjalankan motornya perlahan)

DINA

Bye... jangan ngebut!!

Dina berjalan masuk kembali ke dalam rumah.

65. INT. RUMAH PAK AMIR

Dina masuk dan mengunci pintu. Kemudian ia berjalan ke dapur, menghampiri ibu yang sedang mencuci piring. Dina membantu ibunya meletakkan piring piring yang sudah dibilas.

DINA

Gimana, bu?

BU AMIR

Gimana apanya?

DINA

Faris...

BU AMIR

Baik. Sopan juga.

DINA

Ibu nggak masalah kalau aku sama dia?

BU AMIR

Masalah? Kenapa harus masalah? Selagi dia bersikap baik sama kamu, ibu akan merestui kalian berdua. Tapi kalau dia udah macem macem, hmmm...

(Menunjukkan tangannya)

Tangan ibu yang hajar dia duluan, ngerti?

DINA

(Tersenyum)

Makasih, ibu...

(Memeluk dan menckum pipi ibu)

66. INT. RUMAH KAYLA - RUANG TENGAH - MALAM.

Kayla memakan dessert box yang diberikan Ray dengan lahap sambil menonton televisi. Ray yang duduk disofa sebelahnya hanya tersenyum sambil melipat tangan dan tidak mengganggunya sama sekali.

KAYLA

Gak pulang? Udah malem.

RAY

Nungguin kamu selesai makan.

KAYLA

Masih lama.

RAY

Ya berarti saya juga masih lama di sini. Sebagai teman yang baik, saya cuma akan duduk dengan tenang.

Kayla mematikan televisi dan meletakkan kotak makanan yang ia pegang. Ia menelan sisa makanan di mulutnya dan meminum air putih.

KAYLA

Oke. Denger. Gini. Gue nggak tahu alasan lo ini apa. Bersikap baik dsn memperakukan gue kayak gini.

RAY

Saya cuma mau kita jadi temen yang baik. Udah itu aja.

KAYLA

Oke... gue anggap itu alasan lo. Tapi, lo harus tahu bahwa hidup gue ini udah cukup rumit, brengsek, sial, apa pun sebutannya itu, gue nggak mau lo ikut campur dan bikin hidup gue makin banyak plot twist nya, atau buruknya mungkin lo kena sial juga gara gara ada di deket gue.

RAY

Saya gak peduli.

KAYLA

Ck. Kapan sih lo bisa ngerti?

RAY

Menurut kamu, hidup kamu itu menyedihkan? Kalau kamu mau tahu, hidup saya juga nggak baik baik aja. Kamu mau dengar cerita menyedihkan saya?

KAYLA

Gak.

RAY

Saya anggap itu artinya iya.

KAYLA

Gue bilang enggak.

RAY

Saya... lahir di keluarga yang baik, yang punya banyak uang dan saya cukup dimanja waktu kecil.

KAYLA

Cih... darimana sedihnya?

FLASHBACK

67. INT. RUMAH RAY - SORE

RAY (VO)

Sialnya, makin saya tumbuh, laki laki tua itu makin banyak menuntut. Saya harus ikut les A sampai Z, belajar banyak bela diri, olahraga, dan semua hal yang saya benci tapi harus saya turuti. Padahal saat itu, yang saya mau cuma belajar memasak makanan enak kayak Mama saya.

Ray (Remaja) menghampiri Mamanya (kandung) yang sedang berada di dapur.

RAY

Ma, mau bikin apa? Aku mau buat juga.

MAMA

Bikin kue. Boleh kalau kamu mau ikut bantuin Mama. Ambilin telur di kulkas.

Ray mengmbil telur di kulkas dan meletakkannya di hadapan Mama. Kemudian mereka membuat adonan bersama. Beberapa saat kemudian Papa datang. Papa menarik tangan Ray yang sedang sibuk mengaduk adonan sehingga adonannya tumpah. Papa menendang lwadah adonan itu. Wajahnya terlihat tampak marah.

PAPA

Ngapain? Ayo! Balik ke kamar kamu!

MAMA

Pa, Ray cuma mau bantuin Mama, apa salahnya?

PAPA

Bantuin masak? Bukan itu tugas anak laki laki.

(Mematap Ray tajam)

Sekali lagi Papa liat kamu masak masak, kamu tahu akibatnya!

RAY

Tapi aku suka, Pa.

PAPA

Cari hal lain buat kamu sukain!

Papa menarik tangan Ray sebelum kemudian mendorongnya.

PAPA

Ke kamar!

(Menunjuk lantai dua dengan dagu)

Ray berjalan ke kamar sambil menunduk.

68. INT. TEMPAT CLUB KARATE - PAGI

Papa mengajak Ray melihat lihat. Di sana banyak anak kecil sampai orang dewasa sedang berlatih.

PAPA

Mulai minggu depan, setiap sabtu kamu belajar karate di club ini. Dan Papa sudah pilih guru yang terbaik buat kamu.

Ray mengangguk pelan. Papa mengusap rambutnya.

START OF MONTAGE

69. INT. CLUB KARATE - SIANG

Ray berlatih karate dengan gurunya. Menendang dan memukul sesuai arahannya. Beberapa kali Ray terjatuh saat berusaha menendak lebih tinggi.

70. INT. CLUB KARATE - SIANG

Ray berlatih satu lawan satu dengan teman latihannya. Ia kalah dan terjatuh dalam sekali serangan.

END OF MONTAGE

71. INT. RUMAH RAY - SIANG

Ray membantu Mama membuat makan siang di dapur.

MAMA

Kamu nggak berangkat latihan karate?

RAY

Hari ini libur. Jadi, Ray mau ikut Mama bikin... bikin apa?

MAMA

Mama mau bikin pastel. Kamu, bantu potong wortel, bir mama suir ayam.

RAY

Siap, komandan!

Ray mulai memotong motong wortel.

RAY

Kayak gini?

MAMA

Potong lebih kecil. Begini.

(Menunjukan memotong wortel)

RAY

Aaahhh... gitu. Oke. Oke.

Mama memanaskan minyak dan mulai memasukan wortel yang sudah dipotong Ray bersama dengan ayam yang sudah disuirnya. Mama menambahkan bumbu, dan Ray mengaduk aduk wajan.

Tak lama kemudian, suara pantofel terdengar keras menuju dapur. Papa menarik baju Ray dari belakang.

PAPA

Berapa kali Papa bilang. Jangan masak masakan lagi!

MAMA

Pa, dia cuma bantu sedikit, apa salahnya sih?

PAPA

Yang salah adalah apa yang dia lakuin. Dia masak, Ma...

MAMA

Apa salahnya? Kalau dia suka masak memangnya kenapa?

PAPA

Masak itu tugasnya perempuan!

RAY

Aku mau belajar masak sama Mama.

Papa menghela napas panjang.

PAPA

Kamu harus dihukum!

(Menjewer telinga Ray)

RAY

A... a... aw... sakit...

PAPA

Gitu doang sakit

(Melepaskan telinga Ray dengan mendorong kepalanya)

MAMA

Pa...

Ray mendunduk. Suara isak tangis terdengar dari mulutnya.

PAPA

Sekarang nangis! Denger.

(Mengangkat dagu Ray)

Anak cowok itu gak boleh nangis nangisan. Dan juga, gak boleh masak masak kayak gini

(Menunjuk wajan)

Kemudian Papa menghempaskan wajah Ray dan berlalu pergi. Mama menghampiri Ray dan memeluknya. Mengusap kepalanya dengan lembut dan menenangkannya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar