I Kissed The Groom
3. The Proposal

8. INT. GEDUNG KANTOR KEVIN - DAY

Putri melangkah menuju lift setelah petugas security memeriksanya dan memberikan kartu tamu padanya.

Putri memencet tombol nomor 23 lalu lift tertutup.

Wajah Putri tampak tegang. Pintu lift terbuka, segera dia keluar dan masuk kedalam sebuah kantor.

Putri mendekat ke meja resepsionis.

PUTRI

Selamat pagi mbak.

RESEPSIONIS

Selamat pagi mbak, bisa saya bantu?

PUTRI

Saya mau bertemu dengan bapak Kevin.

RESEPSIONIS

Sudah janjian?

PUTRI

(Tersenyum)

Belum.

(Resepsionis tersenyum lalu mengangkat telpon)

RESEPSIONIS

Selamat pagi pak, ini ada tamu dari...

PUTRI

Putri

RESEPSIONIS

Dari Putri pak...oh baik pak.

(Resepsionis menutup telpon)

RESEPSIONIS

Silahkan duduk mbak, pak Kevin sebentar lagi keluar.

(Putri duduk di kursi tamu didekat resepsionis)

(Kevin tersenyum saat keluar dari dalam ruangan dan menghampiri Putri yang bangkit berdiri)

KEVIN

Kita sekalian cari makan yuk Put.

PUTRI

Nggak usah pak, saya cuma sebentar.

KEVIN

Resmi amat ngomongnya Put.

(Kevin tertawa lalu menarik tangan Putri keluar dari kantor)

(Putri mengikuti Kevin, masuk kedalam lift dan mereka turun ke kafetaria di lantai 1)

(Setelah memesan makanan, mereka duduk di kursi yang menghadap persis ke jalan Sudirman)

PUTRI

Maaf ya mas, jadinya aku malah mengganggu mas Kevin.

KEVIN

Santai saja Put, jarang-jarang juga ada yang berkunjung dari jauh.

PUTRI

Aku bawa bakpia mas sama gudeg.

(Putri menyerahkan kardus kecil yang dari tadi dia tenteng)

KEVIN

Nah kan, malah kamu yang repot.

(Kevin menerima oleh-oleh dari tangan Putri)

KEVIN

Terimakasih Put

(Putri Tersenyum)

PUTRI

Sama-sama mas.

(Mereka terdiam sejenak)

PUTRI

Mas Kevin tidak penasaran dengan maksud kedatanganku kesini?

KEVIN

(Senyuman menggoda)

Yang pasti bukan demi aku kan?

PUTRI

(Protes)

Mas, serius lho ini.

(Kevin tertawa lalu menyalakan rokok)

KEVIN

Kamu kesini karena masalah pernikahanku yang batalkan?

PUTRI

Iya mas. Maaf sebelumnya kalau pertanyaanku lancang, apa karena kejadian pagi itu mas?

(Kevin menatap serius Putri)

KEVIN

Iya Put.

(Wajah Putri langsung lemas)

PUTRI

Tapi kenapa mas? Itukan hanya sebuah ciuman sesaat dan dan...

(Kevin tiba-tiba tertawa)

(Putri terkejut)

KEVIN

Aku bercanda Put.

(Putri kesal dan hendak bangkit namun ditahan Kevin)

KEVIN

Maaf Put, maaf yaa...

(Putri menatap kesal Kevin, mengehela napas panjang dan menahan emosinya)

PUTRI

(Protes)

Mas, aku sudah jauh jauh kesini lho dari Jogja, dengan beban rasa bersalahku.

KEVIN

Iya... iya Put, maaf.

PUTRI

Jadi benar pernikahan nas Kevin batal bukan karena...

(Putri berhenti sebentar)

PUTRI

(lirih)

Ciuman kita.

KEVIN

(Mendekatkan kepala pada Putri)

Apa?

(Wajah Putri merona merah)

PUTRI

Mas.

KEVIN

Iya Put, bukan karena ciuman kita.

PUTRI

Lalu kenapa mas Kevin menciumku dan membuat runyam semuanya.

KEVIN

Maaf Put kalau membuat hatimu runyam.

(Putri bangkit berdiri, Kevin tersenyum dan menarik lembut tangan Putri agar duduk kembali)

KEVIN

Aku juga tidak tahu Put kenapa aku menciummu pagi itu.

(Kevin mengeluarkan secarik kertas dari kantong celananya dan menyerahkan pada Putri)

PUTRI

(Membuka kertas)

Apa ini mas?

KEVIN

Aku menderita kanker otak stadium 4.

(Putri terkejut dan menatap Kevin)

PUTRI

Mas...

KEVIN

Aku baru mengetahuinya seminggu sebelum pernikahanku dengan Cyntia. Dan selama itu pula, aku masih bimbang untuk jujur pada Cyntia.

PUTRI

Jadi ini yang membuat mas Kevin galau pagi itu?

(Kevin mengangguk)

KEVIN

Setelah pertemuan kita pagi itu, akhirnya aku beranikan jujur pada Cyntia. Rasanya tidak adil bagi dia jika mengetahui keadaanku setelah pernikahan kami terlaksana.

PUTRI

Dan bu Cyntia membatalkan pernikahan kalian?

(Kevin tersenyum)

KEVIN

Cyntia adalah wanita terbaik yang pernah aku temui, sahabat dan kekasih terbaik. Mungkin diluar orang melihat dia dingin dan tertutup, tapi sebenarnya dia adalah pribadi yang menyenangkan dan baik.

(Kevin mematikan rokoknya)

KEVIN

Dia ingin tetap menikah denganku, meskipun dia tahu kondisiku. Bukan karena rasa malu yang akan didapatnya karena pernikahan yang batal, tapi karena dia tulus ingin merawatku.

PUTRI

Lalu kenapa mas Kevin tidak menerima keputusan bu Cyntia?

(Kevin menatap kemacetan jalan, menerawang)

KEVIN

Aku ingin Cyntia bahagia. Aku tidak ingin hidupnya berantakan karena merawatku yang sekarat. Aku tidak ingin menjadi beban buat dirinya.

(Putri menitikkan air mata, segera dia hapus sebelum Kevin melihatnya)

KEVIN

Cukup sulit meyakinkannya, karena keras kepalanya. Tapi akhirnya dia mau menerima alasanku dan merelakan pernikahan kami batal.

(Kevin menatap Putri dan tersenyum)

(Hening)

PUTRI

Lalu bagaimana dengan mas Kevin?

KEVIN

Aku baik-baik saja Put, untuk saat ini aku baik-baik saja. Aku sudah mempersiapkan semuanya, termasuk hal buruk yang mungkin terjadi padaku.

PUTRI

Mas..

(Memegang lembut tangan Kevin)

(Kevin tersenyum dan melirik jam tangannya)

KEVIN

Kamu nginep dimana Put?

PUTRI

(Melepas genggamn tangannya)

Aku pulang pesawat sore mas, besok pagi harus kerja soalnya.

(Kevin terkejut)

KEVIN

Lho, nggak pulang besok?

(Putri tersenyum dan menggeleng)

(Kevin terdiam)

KEVIN

Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan padamu.

(Kevin berdiri)

PUTRI

Kenapa nggak sekarang mas.

(Kevin menggeleng)

KEVIN

Kamu tunggu di lobi ya, kita keliling Jakarta, sekalian aku antar ke bandara nanti.

PUTRI

Tapi mas..

KEVIN

(Tersenyum)

Kamu kan tamu.

Putri menyerah dan menuruti kemauan Kevin.

CUT TO

9. INT/EXT. MOBIL KEVIN - DAY

Kevin membawa mobilnya menuju bandara.

Putri duduk disampingnya, merapatkan jaketnya.

Suara penyiar radio pelan terdengar.

Kevin menatap Putri.

KEVIN

Dingin Put?

PUTRI

Nggak mas.

(Suasana Hening, hanya alunan lagu dari radio)

PUTRI

Keluarga belum ada yang tahu tentang sakitnya mas Kevin?.

KEVIN

Aku yatim piatu Put.

Dulu aku sempat dibesarkan di panti asuhan.

PUTRI

(Wajah menyesal)

Maaf mas.

(Kevin tersenyum)

KEVIN

Tidak apa apa Put, semua sudah lewat.

(Suasana hening kembali)

KEVIN

Aku mau tanya tentang sesuatu yang pribadi sama kamu Put, kalau boleh?

(Sesekali Kevin menoleh ke arah Putri di sela sela dia menyetir)

PUTRI

Tanya tentang apa mas?

KEVIN

Maaf sebelumnya kalau ada yang salah dalam pertanyaanku Put?

(Putri tersenyum dan mengangguk)

KEVIN

(Nada ragu)

Tentang kencan berbayar yang kamu...?

(Putri tertawa)

(Kevin terkejut)

KEVIN

Salah ya pertanyaanku?

PUTRI

Bukan kencan mas, tapi tidur berbayar.

(Kevin terkejut dan menatap Putri, mereka tertawa)

PUTRI

Aku tidak menemani mereka jalan, cuma sekedar seks lalu selesai.

KEVIN

Kalau kamu tidak nyaman membicarakannya, kamu bisa...

PUTRI

(Tersenyum)

Kita pribadi yang dewasa mas, itu bukan hal yang tabu. Kalau aku memikirkan nyaman atau tidak membicarakan hal ini, bagaimana aku menarik perhatian mereka.

KEVIN

(Menggoda)

Kamu tidak sedang menarik perhatiankukan?

PUTRI

Apakah aku membuatmu tertarik sekarang?

(Kevin dan Putri saling menatap dan tersenyum)

PUTRI

Dan apa dibalik rasa penasaran mas Kevin?

(Kevin menerawang)

KEVIN

Aku ingin meminta bantuanmu sekligus menawarkan sesuatu padamu Put?

(Putri menatap Kevin bingung)

PUTRI

Maksud mas Kevin?

KEVIN

Aku ingin kamu menemaniku.

(Putri semakin bingung)

KEVIN

Aku tidak ingin menghabiskan sisa waktuku dengan bersedih dan meratapinya.

Sebelum tubuh ini melemah dan hanya bisa terbaring melawan rasa sakit, aku ingin menghabiskan sisa waktuku melakukan hal-hal yang dulu belum sempat aku lakukan karena kesibukanku.

Melakukan banyak hal yang nantinya akan menjadi sebuah memori terindah dan terakhir bagiku.

(Kevin memandang Putri dan memegang tangannya)

KEVIN

Dan aku ingin kamu menemaniku.

(Putri menatap balik dengan kebingungan)

PUTRI

Aku mas?

(Putri menunjuk dirinya sendiri)

PUTRI

Kenapa aku?.

KEVIN

Teman temanku kebanyakan sudah berkeluarga Put. Mereka sudah memiliki kehidupan sendiri dan tidak mungkin aku mengajak mereka berminggu minggu jauh dari keluarga mereka.

Aku tidak ingin mereka tahu tentang penyakitku. Aku tidak ingin dikasihani.

Dan alasan kenapa harus kamu Put, ini bukan berarti kamu tidak punya kehidupan

(Mereka tersenyum)

KEVIN

Aku hanya ingin seseorang yang profesional menemaniku. Aku tak ingin ada hal pribadi nanti didalamnya.

PUTRI

Hal pribadi?

KEVIN

Cinta dan segala kerumitannya.

(Putri terdiam sebentar mencoba mencerna semua perkataan Kevin)

PUTRI

Bagaimana dengan pekerjaan mas Kevin dan pekerjaanku kalau kita harus berminggu minggu bepergian.

KEVIN

Aku sudah memgajukan resign dua hari yang lalu, mungkin sekitar dua minggu lagi aku sudah tidak bekerja di kantorku.

Dan kamupun harus resign juga.

(Putri terkejut)

PUTRI

Tapi mas, aku...

(Sebelum Putri menyelesaikan protesnya, Kevin menyodorkan kepada Putri dua lembar cek dengan masing masing nominal 25 juta)

KEVIN

Apakah cukup?

(Putri terdiam memandang nominal uang sebanyak itu)

KEVIN

Semua biaya perjalanan, hotel, makan dan lainnya aku tanggung.

Dan ini hanya untuk beberapa minggu Put, setelah aku sudah merasa lemah oleh sakitku, kamu tidak perlu menemaniku lagi.

(Putri masih terdiam)

KEVIN

Aku tidak akan meminta lebih Put, hanya sebagai teman travelling.

(Putri tersenyum)

KEVIN

Aku hanya ingin seseorang yang profesional dan tanpa adanya percintaan didalamnya.

(Putri terdiam)

KEVIN

Tidak harus sekarang kamu menjawabnya, pikirkanlah dulu.

(Putri menatap Kevin)

Mereka terdiam, terdengar lagu Lukisan Pagi dari Tohpati mengalun diradio.

CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar