I AM AN AUTISTIC GIRL
4. BUNDA, KAMU DI MANA?

32. EXT. KANTIN KAMPUS - SIANG

LS. Tampak bunda sedang berbincang dengan Lingga di Kantin. MS. Bunda khawatir melihat ke arah gedung tempat Anandya memulai masa orientasinya. CS. Lingga meminum es the miliknya.   

LINGGA

Kan ada aku bunda! InsyaAllah semua akan baik-baik saja kok.

BUNDA

Tapikan jarang banget ada individu autis yang masuk ke kampus ini apalagi jurusan ilmu hayati. Apa nanti Dya bisa melaluinya dengan baik?

LINGGA

Kuncinya bunda harus percaya dulu sama anaknya!

BUNDA

Itu adalah hal yang susah, meskipun itu adalah nasehat klasik dari zaman Dya kecil. Tapi Lingga, beneran ya kamu mau bantu bunda? Bantu awasi dari jauh. Kamu kan sudah beres tesisnya, lagi selow kan?

LINGGA

InsyaAllah bunda, tanpa diminta saya akan bantu semampu yang saya bisa ya! (melihat ke arah mahasiswa yang ke luar dari gedung)Itu sepertinya sudah selesai!

BUNDA

(Langsung berdiri mencari Anandya) Dya! (memanggil dari kejauahn)

ANANDYA

(Membalas lambaian tangan dan mendekat, sembari mengajak kedua teman barunya)

LS. Tampak Anandya memperkenalkan Amel dan Aorta kepada Bunda dan Lingga.MS. Amel dan Aorta duduk bersama Bunda, Lingga, dan Anandya. MS. Bunda memesankan makanan untuk kedua remaja itu dan juga untuk Dya.

 

BUNDA

Amel asli bandung?

AMELIA

Yogyakarta Bu!

BUNDA

Panggil bunda aja! Wah jauh juga berpisah sama orangtua ya. Bunda dulu sekolahnya di Yogyakarta juga. Kenapa nggak di sana kuliah Nak?

AMELIA

Mau belajar mandiri Bun!(bunda mengangguk kagum)

BUNDA

Kalau Aorta? Asli mana?

AORTA

Asli Bandung Bunda! Saya menguasai seluk beluk kota Bandung dengan baik.

BUNDA

Ah keren kalian! Dya udah memperkenalkan dirinya?

AORTA DAN AMELIA

Sudah bunda!

BUNDA

Alhamdulillah. Oh ya, boleh minta nomor HP kalian?

MS. Ekspresi kaget dan saling bertatapan. Anandya memberi isarat bundanya memang seperti itu. CS. Bunda menyerahkan ponselnya untuk Amel dan Aorta tulis nama dan nomor mereka.

CUT TO :

MALAM HARINYA…

33. EXT. PAVILIUN ANANDYA - MALAM

LS. Tampak bunda sedang mengemasi barang-barangnya. CS. Melipat pakaian. MS. Anandya datang menghampiri sambil membawa segelas coklat panas dan memberikannya kepada Bunda.

BUNDA

Dy, maaf ya bunda harus pergi lebih awal dari rencana. Kamu beneran bisa bunda tinggal? (memegang erat cangkir)

ANANDYA

Kita coba ya bun (merangkul bundanya)

BUNDA (V.O)

Maafkan bunda Nak!

FADE IN : FLASHBACK

SEHARI SEBELUMNYA

34. EXT. TERAS RUMAH TANTE BINTANG - MALAM

LS. Bunda dan Tante Bintang duduk di depan teras. MS. Wajah muram bunda. Tante Bintang membicarakan hal yang serius dengan bunda.

TANTE BINTANG

Kenapa harus milih sekarang sih Mbak?

BUNDA

Lantas kapan lagi? Mumpung Tari tahunya saya stay cukup lama dengan kakaknya dan mumpung Dya sedang fokus pada babak baru dalam hidupnya.

TANTE BINTANG

Mas Bagas nanti nemenin kan?

BUNDA

Tentulah, mana bisa saya hidup tanpa dia Sis! (memaksakan diri tersenyum sambil meminum teh). 

TANTE BINTANG

Aku akan berusaha menjaga Dya seperti menjaga anakku sendiri, Mbak! Mungkin benar ini saat yang tepat untukmu mengurusi kesehatanmu itu.

BUNDA

Ya Mas Bagas juga berkata seperti itu. Hampir 18 tahun aku mengabdikan waktu dan hari-hariku menjadi seorang ibu, istri, dosen. Sampai aku lupa bahwa tubuh ini makin lama digunakan makin rentalah ia.

TANTE BINTANG

Beristirahatlah Mbak, dan percayakan semuanya pada Allah. Tentu tidak kamu saja yang Allah utus untuk menjaga Dya. Jadi please, percayalah pada kami. Agar kamu bisa menjalankan ini semua dengan baik dan kembali pulih ceria sedia kala.

BUNDA

Terimakasih ya Sis! Tanpamu aku butiran debu.

TANTE BINTANG

Mulai deh!

LS. Bunda tertawa bersama Tante Bintang, sahabatnya. 

FADE OUT : FLASHBACK

35. EXT. TERAS RUMAH TANTE BINTANG - MALAM

LS. Bunda dan Dya keluar dari paviliun. MS. Dya membantu bunda mengangkat kopernya. LS. Tampak Tante Bintang dan Lingga keluar dari rumah utama. 

BUNDA

Titip gadisku ini ya? (merangkul Dya)

TANTE BINTANG

InsyaAllah. Travelnya sudah datang Mbak! Dia parkir di depan Coffee Shop. Mau langsung?

BUNDA

Boleh? (tanya bunda ke Dya dan mereka berpelukkan) Lingga, Bunda titip ya!(melihat ke arah Dya).

LINGGA

Iya Bunda, percayalah Dya bisa menjadi gadis autis yang mandiri. Benerkan Dy? (melihat ke arah Dya dan Dya mengangguk).

LS. Bunda, Anandya, Tante Bintang, dan Lingga berjalan menuju Coffee shop. MS. Anandya memeluk erat bundanya. LS. Mereka melambaikan tangan. MS. Bunda naik ke atas travel Bandung-Jakarta. LS. Bunda melambaikan tangan dari dalam mobil.

CUT TO :

HARI-HARI ANANDYA DI KAMPUS

36. EXT. KAMPUS - PAGI

LS. Tampak Dya, Amel, dan Aorta jalan bersama menuju kelas. MS. Amelia memperbaiki kerudung Dya. CS. Aorta menyisir rambutnya.

 AMELIA

Sepertinya memang aku harus datang satu jam lebih awal dan mampir ke kos-anmu Dy!

AORTA

Kenapa? (bertanya penasaran)

AMELIA

Sejak bundanya pergi balik ke Jakarta, Anandya tersayang ini susah tidur Ta! Jadi pas aku datang itu dia baru bangun.

ANANDYA

Tepatnya terbangun karena teriakanmu Mel! (tersenyum tipis).

AMELIA

Ih, tapi kan kamu jadi nggak telat kelas (merajuk).

ANANDYA

Ya deh iya…

AORTA

Gimana kalau kalian aku jemput tiap pagi? Aku berangkat bareng Kakakku, Kak Cava. Dia kan juga kuliah di sini.

AMELIA

Aku sih cus! Dya gimana?

ANANDYA

Bukannya lebih sehat kalau kita jalan kaki? Sehat untuk jantung dan pembuluh darah (jalan mendahului teman-temannya).

AORTA

Sindiran yang cerdas (melengos).

LS. Tampak dosen memasuk kelas. MS. Ketiga sahabat itu bergegas ikut menyusul. 

CUT TO :

KELAS BIOLOGI DASAR

37. INT. KELAS – PAGI

LS. Suasana kelas dengan mahasiswa baru yang riuh dan semangat ingin memulai perkuliahan. MS. Dosen duduk dikursinya dan mulai mempersipkan bahan ujian. LS. Tampak Dya, Amel, dan Aorta duduk bersama-sama. LS. Lalu tiba-tiba masuk beberapa senior yang mengulang untuk mata kuliah tersebut. Mereka adalah Cava Haris (Kakaknya Aorta, Melinda, Sandria, dan Roy (masuk bergantian).

DOSEN BIOLOGI

Kalian semua?! (mengarahkan ke-empat mahasiswa itu untuk duduk di baris paling depan)

AMELIA

Woi Aorta Fadhil, itu bukannya kakak mu? (menyenggol siku Aorta)

AORTA

Duh, kenapa dia ngulang kelas ini sih!

MS. Anandya sibuk membaca buku referensi tanpa mengindahkan apa yang terjadi. CS. Cava menantap dosennya dengan sinis dan menarik langkahnya untuk mengikuti mau dosen itu. LS. Ke-empat senior itu menuju 4 kursi yang tersisa di dekat Anandya. Cava memilih duduk di samping Dya lalu disusul teman lainnya.

CAVA

(Duduk di samping Dya dan melirik ke arah Aorta) Jadi, kamu gadis autis yang manis itu?

ANANDYA

Hai Kak, salam kenal! (Sambil tetap sibuk membaca buku referensi)

MELINDA

What? Ada anak autis di kelas ini? (mengengok ke arah Anandya)

CS. Anandya tersenyum tipis. LS. Dosen memberikan gestur bahwa ia akan segera memulai perkuliahan dan semua mahasiswa diharap tenang.

CUT TO :

37. INT. RUANGAN HIMPUNAN – SIANG

LS. Suasana sekretariatan himpunan. Tampak Cava, Melinda, Sandria, dan Roy memasuki ruangan itu bersamaan. MS. Melinda segera duduk dengan mimik wajah tak percaya adana anak autis di kampusnya.

MELINDA

Kok bisa anak autis berkuliah di sini?

CAVA

Memang kenapa? Apa kampus ini khusus untuk orang-orang seperti kita?

MELINDA

Kamu kenal dia Cav?

CAVA

Dia teman baik adikku tuh si Aorta. Cerita tuh anak, si gadis autis ini jenius. Jadi aku rasa kita bisa manfaatkan dia untuk meluluskan kita. Atau mau ulang lagi? Terus endingnya di Drop Out? Mau kah saudari Melinda?

MELINDA

What? Belajar sama anak Autis? Ogah banget. Mending aku di drop out! (pergi meninggalkan ruangan).

CAVA

Temanmu lagi Haid hari pertama apa? Sensi banget!

SANDRIA

Melinda agak alergi sama anak autis. Soalnya dia pernah diserang anak autis gitu pas ngamuk sampe harus operasi hidung! (Sandria menyusul Melinda).

ROY

Emang anak autis se-menyeramkan itu bos? Tapi siapa itu tadi namanya?

CAVA

Anandya…

ROY

Nah iya, Dik Anandya (menyenggol Cava). Dia tidak terlihat seperti anak autis pada umumnya. Dia cantik, sholehah, cerdas, pacar-able… Ups!

CAVA

Penilaian yang basi bung! (melengos dan mengambil air mineral)

ROY

Kayaknya cocok jadi next pacar Kakak Cava yang paling hits deh! Udahlah bro, waktunya move on dari Adinda yang sudah drop out itu!

CAVA

Nggak usah bahas-bahas Dinda! (marah).

MS. Anandya mengetuk pintu sekretariatan himpunan. LS. Aorta memilih langsung menerobos masuk dan mendekati kakaknya. Sedangkan Amel dan Dya ragu untuk masuk sebelum diberi izin senior.

AORTA

Kak, kenapa sih ambil kelas yang ada akunya!

CAVA

Tanyain tu sama bagian tata usaha yang urus. Ya meneketehe! Malu kakaknya ngulang? Huh kayak yakin lulus aja kamu (melihat ke arah Dya dan Amel yang masih berdiri di depan pintu). Kalian mau di sana terus?

MS. Dya dan Amel masuk. LS. Roy mempersilahkan kedua gadis itu untuk duduk. Roy menerima berkas yang mereka antarkan.

CUT TO :

38. INT. COFFEE SHOP NISMARA – SORE

CS. Tangan Dya membuka pintu coffee shop. MS. Langkah Dya, Amel dan Aorta memasuki coffee shop berjalan menuju salah satu meja. MS. Mereka duduk dan memesan makanan.

AMELIA

Enak banget ya Dy, kamu nge kos yang kompleksnya ada coffee shop, art studio, dan semua ini milik Kepala Jurusan kita. Eh, tapi yang lain tahu nggak sih kamu kos di sini?

ANANDYA

Sepertinya tidak. Memang ada yang mau tahu tentangku?

AMELIA

Oh iya juga ya. Tapi baguslah, biar nggak pada nyangkutin kamu yang autis diterima di kampus dengan peran Prof Daka. Btw, masih ada kamar kosong nggak? Jadi pengen ngekos di sini juga!

ANANDYA

Hmmm, di belakang ada sekitar 5 paviliun lagi. Tapi itu yang isi mahasiswa S2 dan S3 Mel!

AORTA

4 tahun lagi aja Mel berarti! (Aorta berdiri berjalan mengelilingi dinding coffee shop melihat lukisan-lukisan yang di pajang). Eh, ini lukisanmu Dy? (melihat ke arah Dya dan Dya mengangguk).

AMELIA

(Langsung berdiri) Wah, kok kamu tahu Ta? (tangan menyentuh lukisan) Kamu emang tukang kepo sejati ya!

AORTA

Lah ini kan ada labelnya Mel! Baca makanya (menunjuk tulisan di bawah lukisan) Tingkatkan literasimu duhai Nak Amelia!(mengejek Amel).

AMELIA

Iya deh Profesor Aorta Jantungku berdegup kencang! (menjulurkan lidah membalas ejekan Aorta) Eh fotoin aku dong! Aku mau posting di my media sosial. Pengen bilang “Lagi foto sama lukisan sahabatku, dia gadis autis yang manis”, gimana Dy? (melihat ke arah Dya).

ANANDYA

Perfecto (mengangkat jempolnya).

LS. Amelia berfoto dengan berbagai pose. Aorta mengambil fotonya dengan terpaksa. MS. Tiba-tiba Lingga masuk ke dalam coffee shop membawa kardus berisi cat akrilik.

LINGGA

Hai Dy! Baru balik dari kampus?

ANANDYA

Iya Kak (sambil kebingungan melihat chat yang tak dibalas oleh bunda).

LINGGA

Kenapa? (Lingga duduk di samping Dya)

ANANDYA

Belakangan bunda aneh Kak! Pertama, ia jarang menjawab pesan. Kedua ketika bunda menanyakan kondisiku, bahasanya aneh. Rasanya itu bukan bunda. Dan beberapa kali aku video call, yang muncul hanya Ayah dan Tari.

LINGGA

Oh, rupanya ada yang rindu dengan bundanya ya!

ANANDYA

Ini sudah hari jumat kak. Besok sabtu-minggu kan? Mereka janji akan datang. Tapi, dihubungi saja susah (cemberut sedih). Apa terjadi sesuatu? (berdiri dan bolak balik dengan rasa cemas).

MS. Lingga memberi isarat pamit meletakkan barang-barangnya ke dalam art studio. Ia juga meminta kedua teman Anandya menemani gadis autis yang tengah panik itu.

CUT TO :

39. INT. MEJA MAKAN RUMAH TANTE BINTANG – MALAM

LS. Lingga membantu Tante Bintang membersihkan meja makan. Tampak juga Nares yang membantu mengelap meja. Sedangan Om Daka masih sibuk di depan laptopnya. MS. Lingga mendekati Tante Bintang hendak menyampaikan sesuatu. Tante Bintang memberi isarat untuk duduk.

TANTE BINTANG

Mas, di kamar sana dilanjutin! (meminta Om Daka menuju kamar melanjutkan pekerjaannya)

LINGGA

Sudah satu pekan Dya di sini. Dia sepertinya berusaha keras untuk beradaptasi. Tapi, dia kepikiran bundanya. Apakah tidak terlalu berlebihan jika kita menyembunyikan kondisi bunda yang sebenarnya?

TANTE BINTANG

Padahal Ayahnya sudah berusaha keras meniru gaya bicara bundanya. Dia sampai membuat alarm jam berapa saja harus menanyai kabar Dya. Tapi, anak itu tetap saja bisa membaca dengan intuisinya. Ya, begitulan individu autistik Ngga! Mereka memang terlihat berbeda, tapi untuk rasa mereka juaranya.

FADE IN : FLASHBACK 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar