Guzel: Skenario
9. KEMATIAN IV

1. Ext. International University of Economy Borneo – Halaman – Siang

      Hari ini, Juni 2012

Suara detakan sepatu terdengar menggema di tengah-tengah mata-mata yang memandanginya. Terlihat Langkah kaki bergerak ke bagian tubuh hingga leher, hingga kepala plontos Guzel. Orang-orang menatapinya dengan kaget. Sebagian saling berbisik. Guzel tidak peduli. Ia terus bejalan dengan dada yang dibusungkan, dagu yang diangkat, dan mata yang tak sedikitpun menoleh ke kiri ataupun kanan.

2. Int. International University of Economy Borneo-Kantin-Siang

Guzel duduk sendirian sambil merokok. Orang-orang di sekitarnya masih memandanginya. Terdengar juga suara-suara ribut tengah membicarakannya.

Guzel melirik semuanya satu persatu. Tiba-tiba hening. Dari arah pintu kantin, terlihat Sakti berjalan dengan kaget ke arahnya. Guzel memasang muka malas. Ia lalu berdiri. Berjalan meninggalkan kantin. Sakti mengejarnya.

SAKTI

Guzel!

Guzel tidak mempedulikannya.

3. Ext. Jalan Menuju Rumah Guzel-Siang

Terlihat Sakti mengayuhu sepedanya sangat kencang mencoba mendahului Guzel.

CUT TO:

4. Ext. Rumah Guzel-Halaman Depan-Siang

Mobil Guzel berhenti di depan rumahnya. Guzel keluar, membanting pintu mobil. Ia berjalan menuju pintu rumah.

5. Int. Rumah Guzel-Lorong-Siang

Pintu dibuka dari luar. Guzel masuk. Berjalan menuju dapur. Di dapur, ia meraih cangkir dari dalam laci, lalu membuat secangkir kopi.

Secangkir kopi siap diseduh, Guzel hendak meminum kopinya, namun tiba-tiba ia terisak. Guzel tersandar di sisi lemari dapur. Ia menangis.

6. Ext. Rumah Guzel-Halaman Depan-Siang

Sakti sampai di rumah Guzel. Ia segera turun dari sepedanya. Berlari menuju interior rumah Guzel.

7. Int. Rumah Guzel-Ruang Utama-Siang

Sakti terlihat gelisah.

SAKTI

Guzel!

Sakti melihat Guzel menangis di dalam dapur, ia segera berlari ke dapur.

SAKTI

Guzel!

Guzel terkejut. Diusapnya air matanya, lalu menatap Sakti penuh marah. Segera diraihnya pisau, lalu ditodongnya ke arah Sakti. Sakti menghentikan langkahnya

GUZEL

Jangan dekat-dekat sama gue!

Sakti panik.

SAKTI

Kamu kenapa?

Guzel tidak menjawab. Sakti melangkah, Guzel semakin memperkuat todongan pisaunya, mengarahkannya ke Sakti. Sakti berhenti lagi.

SAKTI (CONT’D)

(gelagapan)

Saya... kamu... kamu kenapa?

GUZEL

Gue kenapa?

(tertawa)

Gue gila!

SAKTI

Tidak.

GUZEL

Lo nggak perlu sok peduli sama gue. Lo bukan siapa-siapa gue.

Gue juga bukan siapa-siapa lo. Nggak ada yang benar-benar peduli sama gue.

Satu-satunya orang baik dan tulus yang gue temuin di sini, meninggal. Bella...

Guzel terdiam. Matanya berkaca. Sakti kaget. Ia hendak berbicara, namun ternyata Guzel belum selesai dengan dialognya.

GUZEL (CONT’D)

 Dan, lo! Ternyata lo sama aja seperti mereka.

Lo kabur setelah lo ngerasa tanggung jawab lo karena nemuin gue

dalam keadaan hampir mati telah selesai.

Lo malu kalau nanti setelah gue keluar dari RUMAH SAKIT JIWA,

lo bakal berteman dengan PESAKIT JIWA!

SAKTI

Tunggu... tunggu... kamu salah sangka.

8. Ext. Borneo Psychiatric Hospital-Halaman-Pagi

     Flashback 2 Minggu Lalu

Sakti datang dengan pakaian rapi. Tidak seperti biasanya. Di tangannya, ia menggenggam seikat bunga mawar. Ia turun dari perahunya. Berjalan ke arah pintu rumah sakit. Halaman menyambut. Terlihat Guzel dan Dokter Chris tengah bersantai.

Sakti hendak menghampiri, namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar dengan jelas Guzel berkata:

GUZEL (O.S)

Saya... jatuh cinta sama dokter.

Sakti kaget. Beberapa detik setelah itu, ia memutuskan untuk berbalik langkah.

Di pantai, ia terhenti. Bunganya jatuh di atas pasir.

98. Int. Rumah Guzel-Dapur-Siang

Sakti menatap Guzel dengan kesungguhan.

SAKTI

Saya mencintai kamu.

Guzel mendengus. Ia hendak berbalik badan. Sakti yang menagkap ketidakpercayaan dari ekspresi Guzel terhadap ceritanya segera menghampiri Guzel, meraih lengannya.

Guzel terkejut.

GUZEL

(lirih)

Sakti...

Sakti terbelalak. Tubuhnya melemah. Ia tersenyum.

Terlihat darah mengalir dari perut sebelah kanan Sakti.

Guzel menatap Sakti dengan takut. Lalu ditatapnya pisau di tangan kirinya yang telah berlumuran darah. Guzel mundur beberapa langkah dengan tatapannya yang penuh keterkejutan.

Sakti terduduk, ia masih tersenyum. Guzel menghampirinya, lalu duduk menyambut tubuh Sakti.

DISSOLVE TO:

99. Int. Apartemen-Turki-Siang

      Februari 2019

Ruangan apartemen yang sempit. Sofa, televisi, lemari, dan meja makan terletak di ruangan yang sama. Pakaian-pakaian serta boneka-boneka tersebar di tempat tak menentu.

Terlihat seorang wanita bercadar datang dari arah pintu. Ia meletakkan barang belanjaannya di atas meja makan. Dibukanya kerudung serta cadar, lalu segera membenahi pakaian-pakaian serta boneka-boneka yang berserakan.

Seorang gadis kecil berusia lima tahun tengah menonton televisi. Tak jelas, apa ia mengerti dengan acara yang tengah berlangsung di dalam televisi.

Wanita bercadar tadi melirik sambil tersenyum. Wajahnya cantik dengan rambut yang terurai panjang sepunggung. Guzel.

GUZEL

Sen yemedin! Ayo makan!

DISSOLVE TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar