Didi Birthday
5. Part #5

SC 25. INT. RUMAH LALA - SORE HARI

Didi berdiri di depan rumah Lala, mengetuk pintu rumah dengan keras.

DIDI

(Teriak) La. Lala...

Lala keluar dari dalam rumah. Ia berjalan mendekati Didi sambil menguap.

DIDI

Jadi mau ikut mulung bareng lagi nggak, La?

LALA

(Mengangguk) Kapan? Sekarang?

DIDI

Enggak, tahun depan. Ya sekaranglah.

LALA

Oh. Yaudah kalo gitu. Tunggu bentar ya, Di.

Lala kembali masuk ke rumah dengan cepat.

DIDI

(Teriak) Jalan lama-lama, La. Tinggal nih kalo kelamaan.

Tidak sampai 2 menit, Lala kembali menemui Didi.

LALA

Udah siap nih. Ayo, jalan.

DIDI

Semangat bener.

Lala tersenyum kecil, lalu berjalan mendahului Didi.

SC 26. EXT. PASAR - DEPAN KOMPLEK PERTOKOAN - SORE HARI

Didi berjalan santai. Dia melihat ada botol bekas minum, mengambil botol bekas itu (mengunakan alat penjepit) dan menaruhnya di dalam keranjang plastik. Lala berdiri di belakang Didi.

Didi menoleh ke belakang, melihat Lala termenung. Dia berjalan mendekati Lala.

LALA

Enak kali ya, Di. Kalo punya bapak kaya raya. Bisa sering di beliin mainan bagus seperti anak itu (menunjuk ke suatu arah).

Kita di perlihatkan sebuah pemandangan lain. Seorang anak perempuan yang diberikan mainan boneka beruang oleh penjual mainan. Seorang lelaki yang berdiri disamping anak itu tersenyum sambil memberikan sejumlah uang ke penjual mainan. Mereka (anak perempuan dan lelaki itu) berjalan beriringan menuju sebuah mobil yang parkir tidak jauh dari tempat jual mainan.

DIDI

Bisa jadi. Memangnya bapakmu gak pernah beliin kamu mainan, La?

LALA

Seingatku sih nggak pernah. Habisnya kerjaan bapak kalo dirumah berantem terus sama ibu dulu. Terus tiba-tiba pergi gitu aja dari rumah. Entah kemana. Kata ibu mungkin dia udah punya kehidupan lain yang lebih baik diluaran sana, terus aku dilarang tanya-tanya lagi soal bapak.

DIDI

Oh. Jadi ceritanya kamu lagi kangen sama bapakmu ya sekarang?

LALA

Memangnya kamu gak pernah kangen sama bapakmu?

DIDI

Gimana mau kangen, inget wajahnya aja enggak.

LALA

Kok bisa?

DIDI

Ya bisalah. Bapakku meninggal itu waktu umurku lima tahun.

LALA

Oh jadi sebelum kamu masuk SD

Didi mengangguk pelan.

DIDI

Lanjut cari botol bekas lagi, yuk.

LALA

Eh, iya. Hampir aja, lala lupa tujuan kita kesini. Kalo gak diingetin Didi

Kita melihat hujan turun di sekitar komplek pertokoan. Didi berlari kecil di pinggiran toko, Lala mengikuti di belakangnya.

LALA

(Berteriak) Hujan, Di. Neduh dulu aja, kenapa sih? Maksain banget.

DIDI

Iya, iya. Mau neduh dimana? Di sini saja?

LALA

Yaudah, disini aja dulu. Paling sebentar lagi hujannya reda.

CUT TO:

SC 27. EXT. DEPAN KOMPLEK PERTOKOAN - SORE HARI

Kita melihat suasanan jalanan pertokoan yang sepi. Hanya ada beberapa pengendara motor (mengenakan jas hujan) yang lewat.

Didi dan Lala berjongkok di depan toko kelontong, memandang tetesan air hujan. Didi menoleh ke Lala, lalu mengadahkan tangan. Kita melihat tetes air hujan yang jatuh mengenai telapak tangan Didi.

DIDI

Hujannya nggak berhenti juga, La. Malah makin deras. Gimana ini? Terancam nggak bisa mulung hari ini kita, La.

LALA

Udah sabar, Di. Sebentar lagi pasti berhenti kok.

DIDI

Kamu ngomongnya sebentar-sebentar mulu, La. Memangnya kamu pawang hujan apa? Bisa tahu kapan berhentinya hujan.

LALA

Aku memang bukan pawang hujan sih, Di. Tapi aku yakin. Karena ibuku sering bilang, dibalik setiap kesulitan pasti akan selalu ada kemudahan.

DIDI

Ngomong apa sih kamu, La? Sulit ya, sulit aja. Mana mungkin bisa tiba-tiba jadi mudah.

LALA

Tahu, ah. Susah ngomong sama kamu. Terserah deh. Kalo nggak percaya, nggak apa-apa. Nggak maksa juga.

Penjaga toko berjalan mendekati Didi dan Lala.

PENJAGA TOKO

(Menunjuk Didi dan Lala) Hey, kalian berdua.

Didi dan lala menoleh ke belakang. Mereka terlihat ketakutan melihat penjaga toko yang (berwajah seram) berdiri sambil bertolak pinggang. Didi berjalan kikuk, mendekati penjaga toko. Lala mengikuti, bersembunyi di belakang Didi.

DIDI

Iya, Pak. Maaf kalo menganggu. Kami cuma numpang neduh, sebentar.

PENJAGA TOKO

Oh mau numpang neduh. Saya kira tadi kalian mau ngamen disini. Yasudah silahkan.

DIDI

Terima kasih, Pak.

Kita diperlihatkan detail celana merah Didi (seragam khas sekolah dasar). Penjaga toko memperhatikan pakaian Didi.

PENJAGA TOKO

Kalian berdua ini habis dari mana? Kok sore-sore gini bukannya pulang ke rumah, malah keluyuran di sekitar sini.

DIDI

Tadi rencananya mau cari barang bekas di sekitar sini, Pak. Tapi berhubung hujan deras, ya nggak jadi deh.

PENJAGA TOKO

Barang bekas? buat apa?

LALA

(antusias) Buat dijual lagi ke pengepul, Pak.

PENJAGA TOKO

Kalian nyari barang bekas yang seperti apa?

LALA

Kami cari yang ringan aja kok, Pak. Semacam plastik atau botol bekas minuman.

DIDI

Sama kardus bekas juga, Pak.

Penjaga toko mengangguk singkat. Ia lalu berdiri, berjalan masuk ke dalam tokonya. Tak lama kemudian, ia kembali sambil membawa lipatan kardus.

PENJAGA TOKO

Saya adanya kardus-kardus bekas begini. Kalian mau?

Didi dan Lala saling berpandangan, lalu mengangguk senang.

DIDI

Kardusnya beneran boleh buat kami, Pak?

PENJAGA TOKO

Iya, buat kalian aja. Daripada numpuk disini, cuma jadi sampah doang.

Didi hendak mengambil tumpukan kardus itu. Namun Lala tiba-tiba menyenggol pelan lengan Didi.

LALA

(Berbisik) Bener kan ya barusan kubilang tadi.

Lala mengambil tumpukan kardus itu dan memasukkannya kedalam keranjang milik Didi. Didi menatap Lala dengan bingung.

DIDI

Kok taruh di keranjangku, La?

LALA

Loh? Bukannya kamu yang semangat banget mau bawa tadi?

Penjaga toko hanya tertawa kecil melihat tingkah keduanya.

DIDI & LALA

Terima kasih banyak, Pak.

Kita diperlihatkan suasana jalanan yang lebih terang dari sebelumnya, tidak ada tetes air hujan. Didi dan lala keluar toko, berjalan beriringan melewati genangan air.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar