Di Tanah Bahagia
4. Scene 31 - 40

31. INT. RUMAH EMAK - LANTAI ATAS - MALAM

Mawar tidur dengan nyeyak. Seruni yang sudah dalam posisi tidur, beberapa kali mengendap-endap setengah duduk, melihat ke arah Mawar.

Bagas tidur di sisi lain dengan nyenyak bahkan mendengkur.

Seruni akhirnya tertidur.

32. INT. BAGIAN PROCUREMENT & LOGISTIC - PAGI

Mawar sibuk dengan pekerjaannya, begitu pula dengan Debby dan Hans.

ANDRE (V.O)
Melisa!

Melisa melewati Mawar, Hans dan Debby.

Debby dan Hans mencibir sedangkan Mawar tak peduli, masih sibuk dengan pekerjaannya.

33.INT. BAGIAN HRD - PAGI

Seruni mendengarkan saksama arahan yang diberikan Gita, kemudian Gita dipanggil Tari ke ruangannya.

Seruni melihat ponselnya, ragu melihat kontak Mawar. Ia memasukkan ponselnya kembali ke saku ketika Gita kembali dari ruangan Tari.

34.EXT. LUAR KANTOR - SIANG

Seruni berjalan berdampingan dengan Gita.

Mawar sedang bersama Debby dan Hans menuju Tenda Semanggi, melihat Seruni bersama Gita.

SERUNI
Kak, Bu Tari kalo makan di mana, sih?


GITA
Di Pasific. Kenapa?
(memandang Seruni)
Eh, mau makan di sana?


SERUNI
(mengangguk antusias)
Mau, Kak.

Gita mengusap gawai. Setelah beberapa detik, taksi online tiba, Seruni dan Gita masuk ke dalam taksi online.

Mawar memandang sendu ke arah Seruni dan Gita pergi.

35.EXT. STASIUN MRT - PERON - MALAM

Mawar duduk bersisian dengan Seruni di bangku tunggu peron. Stasiun MRT sudah mulai sepi.

SERUNI (CONT'D)
Sampe jam berapa Kakak mau nahan aku di sini?
(menengok jam tangan Mawar)
Udah malem ini!


MAWAR
Sampe kamu mau jelasin dari awal.


SERUNI
Jelasin apa? Kakak udah tahu kalo aku PKL di tempat Kakak.

Mawar menghela napas dalam dan panjang.

MAWAR
Mau ngejelasin muter-muter sampe kapan?

Seruni mendengkus kesal dan menghentakkan kakinya ke lantai Stasiun MRT.

SERUNI
POKOKNYA KERETA BERIKUTNYA, AKU IKUT!

Gerbong-gerbong MRT masuk peron melalui tempat berdiri Mawar & Seruni.

Sepatu hitam mengkilap melangkah menuju peron MRT. Langkah berhenti 20 langkah dari Mawar & Seruni.

Pintu gerbong terbuka, Seruni segera masuk, diikuti Mawar.

Sepatu mengkilap kembali melangkah, masuk ke gerbong yang sama dengan Mawar & Seruni.

GERBONG TERTUTUP. MRT mulai melaju.

36.INT. GERBONG MRT - MALAM

Seruni duduk tak menghadap Mawar. Mereka duduk selang 2-3 tempat duduk. Mawar duduk menghadap depan dengan tenang, sesekali melirik Seruni.

Sebuah koin seribu rupiah bergambar kelapa sawit menggelinding di depan Mawar dan Seruni.

Perhatian mereka secara bersamaan tertuju pada koin tersebut sampai koin berhenti berputar.

Koin 850 ribu menyusul menggelinding.

Mawar dan Seruni terdiam, sama-sama melihat ke arah datangnya koin.

Mawar mengambil koin seribu rupiah sementara Seruni mengambil koin 850 ribu rupiah.

Mawar menoleh ke Seruni yang terpukau dengan koin yang dipegangnya. Mawar meminta koin yang dipegang Seruni.

Mawar menarik koin tersebut, Seruni sedikit tidak rela, akhirnya melepaskan.

Mawar berjalan menuju pria misterius.

SERUNI (CONT'D)
(berbisik)
Kak, ati-ati!

Mawar menyerahkan kedua koin kepada misterius.

Pria tersebut tersenyum tipis sambil menengadahkan tangan. Tanpa suara menerima kedua koin.

Mawar memicingkan mata, beranjak menuju ke tempat duduknya semula.

Seruni memperhatikan pria misterius lalu melirik Mawar.

MRT tiba di stasiun berikutnya, Mawar menarik Seruni menuju pintu gerbong terbuka.

SERUNI (CONT'D)
(berusaha melepas pegangan tangan Mawar)
Kok turun di sini, Kak?

Mawar terdiam. Matanya masih memperhatikan pria misterius yang tidak bergerak.

Pintu gerbong tertutup, pria misterius masih di dalam gerbong. MRT kembali melaju.

Mawar menghela napas lega.

SERUNI (CONT'D)
Kak?
(menarik-narik lengan Mawar)


MAWAR
Iyaiya, kita naik MRT berikutnya!

Seruni tak menjawab. Bersisian dengan Mawar, ia melihat keadaan sekitar stasiun MRT. Ia dan Mawar tercengang. Suasana stasiun tempat mereka sekarang begitu mencekam.

37.EXT. STASIUN MRT - PERON - PAGI

Tempat Seruni dan Mawar berpijak adalah stasiun yang begitu gelap. Atap gelap sekelam malam. Bahkan Seruni dan Mawar hampir tidak bisa melihat keadan sekitar jika tidak ada lampu di depan stasiun kecil itu. Lampu yang berkedip-kedip hampir saja mati total.

SERUNI
Kak, kita nggak salah stasiun, kan?

Mawar bergeming. Perlahan Seruni mengedarkan pandangan.

SERUNI (CONT'D)
Ini stasiun mana?

Mawar melirik Seruni.

SERUNI (CONT'D)
Kak, jangan gitu! Merinding, nih!

Mawar mulai melangkah maju. Perlahan dan hati-hati. Seruni mengikuti, perlahan dan cemas.

Tidak ada yang menjaga stasiun. Sepi.

Satu-satu yang jalan keluar adalah pintu stasiun. Bentuk dan bahan pintu tersebut tidak umum sebagai pintu di stasiun.

Mawar diikuti Seruni berjalan menuju pintu tersebut.

Ketika pintu terbuka, sinar terang melingkupi Mawar dan Seruni.

38.EXT. DEPAN STASIUN - SIANG

Orang-orang berlalu lalang adalah pemandangan pertama Mawar dan Seruni setelah keluar dari stasiun.

Pandangan Mawar menelusur kepada orang-prang yang tampak normal dan tidak fokus ke ponsel tersebut.

Seruni juga mengedarkan pandangan kepada kegiatan orang-orang tersebut.

SERUNI (CONT'D)
Kak, ada yang aneh nggak, sih?
MAWAR
(terdiam sejenak)
Nggak ada angkutan umum.


SERUNI
Ish! Bukan itu.
(tangannya menarik lengan Mawar lalu menunjukkan pedagang buah, Si pria tergesa, dan pembelinya)
Itu, Kak!

Mawar terdiam.

SERUNI (CONT'D)
(menunjuk lagi ke arah pedagang bunga dan pembelinya)
Itu juga.


SERUNI (CONT'D)
Kita nggak salah tempat, kan? Masa masih ada tempat yang pake barter gitu?

Mawar lalu menoleh, melihat tempat mereka keluar tadi.

Plakat bertuliskan "Perpustakaan" bertengger di dinding atas pintu tempat mereka keluar.

Seruni yang ikut menoleh, menaikkan alisnya sebelah.

SERUNI (CONT'D)
Perpustakaan?


Mawar menarik tangan Seruni untuk berjalan di tepi jalan. Menghindari kerumunan.

SERUNI (CONT'D)
Kita mau ke mana, Kak?


MAWAR
Kamu itu dari tadi ngomong aja. Bisa diem nggak?

Seruni melepaskan tangannya dari Mawar dengan kasar.

SERUNI
Kenapa aku harus diem? Kita ini nyasar di dunia lain!

Mawar membekap mulut Seruni. Adiknya itu kembali memberontak.

SERUNI (CONT'D)
Jangan-jangan, ini karena Kakak tadi ngasih uang ke orang aneh tadi.


MAWAR
Kalo kamu nggak diem juga, Kakak-


SERUNI
Kakak mau apa? Kita sendiri aja nggak tau lagi di mana-

Mawar bergegas meninggalkan Seruni.

SERUNI (CONT'D)
Kakak!

Langkah Mawar dan Seruni terhenti ketika seorang pria muda dengan tampilan elegan berjalan melewati depan mereka menuju sebuah toko.

SERUNI (CONT'D)
OMG! Itu barusan malaikat apa orang?

Mawar menunjuk kepala Seruni dengan jarinya sampai kepala adiknya miring.

SERUNI (CONT'D)
Kakak, ih! Kepala dipitrahin juga 3,5kilo.

Mawar memutar matanya lalu berjlan lagi diikuti Seruni yang melirik pria muda tadi di dalam toko.

39.EXT - TEPI JALAN - SIANG

Mawar masih berjalan bersisisan dengan Seruni, mengamati keadaan di sekitarnya.

MAWAR
Satu-satunya angkutan umum itu delman.
SERUNI
Jadul banget.

Mawar tidak peduli pada kata-kata adiknya, masih memperhatikan keadaan sekitar.

SERUNI (CONT'D)
Enak banget kusirnya! Naik delman aja bayarnya pake ayam.

Ada juga kuli angkut yang dibayar dengan sebuah baju, dan ia terlihat sangat senang.

MAWAR
(menggumam)
Emangnya sepadan?


SERUNI
Kak, kita balik aja ke perpustakaan tadi? Siapa tahu ada jalan keluar di sana?


MAWAR
Menurut kamu, di dalem perpustakaan ada rel MRT?


SERUNI
(keki)
Seenggaknya kan kita nyoba. Nggak bisa kita di sini. Kita barter apa coba? Tenaga sama makanan?

Perut Seruni berbunyi.

Mawar tersenyum simpul, Seruni cemas.

SERUNI (CONT'D)
Pulang, yuk, Kak! Laper. Aus juga.


MAWAR
Oke, kita coba.

Mawar dan Seruni kembali berjalan menuju perpustakaan.

Ketika akan melewati toko jam, kakek tua pemilik toko sedang diapit oleh dua orang berbadan tinggi besar menuju sebuah box kayu berukuran besar di belakang kereta kuda.

Mawar dan Seruni melihat sekilas lalu kembali berjalan menuju perpustakaan.

Ketika sampai di depan perpustakaan, Mawar dan Seruni terpana.

Plakat "Tutup" berukuran kecil terlihat di depan pintu. Ada gembok berukuran besar dan rantai yang menutupi pintu.

SERUNI
Tadi nggak ada tulisan sama gembok sama rantai ini kan, Kak?!

Seruni menoleh ke Mawar yang berwajah pucat saat melihat pintu perpustakaan.

Orang-orang di sekitar mulai mendekati Kakak beradik yang memegang gembok dan pintu perpustakaan.

Seruni yang menyadari hal itu segera menarik tangan Mawar, bergegas pergi.

SERUNI (CONT'D)
Kita tunggu sampe sepi aja, Kak.

SUPER : Sampai matahari terbenam.

Mawar dan Seruni mendekati gedung perpustakaan dengan mengendap-endap meski sudah tidak ada lagi orang di sekitar gedung.

Setelah memeriksa rantai dan gembok yang tidak bisa dibuka, mereka memutari gedung dan tidak mendapatkan hasil.

Mawar dan Seruni kelelahan dan duduk di emperan perpustakaan.

MAWAR
(menggelengkan kepala)
Ide kamu bener-bener luar biasa.


SERUNI
Kok Kakak nyalahin aku? Kita menghindar dari orang-orang yang mungkin jahat sama kita!


MAWAR
Dan sekarang mereka semua nggak ada. Kita mau nginep di emperan gedung ini?


SERUNI
Harusnya aku yang protes. Kakak tau nggak baju ini harganya berapa?


MAWAR
Itu baju kamu beli pake duit kamu atau duit Kakak?

Mata Seruni membesar lalu menghindari tatapan tajam Mawar.

Tiba-tiba pandangan Mawar terhenti pada seekor kucing berbulu putih yang gemuk. Di lehernya tergantung lonceng kecil.

MAWAR (CONT'D)
Hei! Pus!

Kucing yang terlihat sedih itu mendekat pada Mawar.

Mawar mengambil sesuatu di kantong jasnya. Beberapa makanan instan kucing di dalam plastik.

Seruni mengamati kakaknya.

MAWAR (CONT'D)
Makan, ya, Pus.

Kucing itu makan dengan lahap.

SERUNI
Kok Kakak bawa itu di tas?


MAWAR
(diam sejenak)
Ribet jelasinnya sekarang.

Seruni menatap kesal kakaknya dan kucing itu dalam diam.

Kemudian sebuah sepeda gandeng samping melaju perlahan mendekati mereka, dan melewati mereka.

Pengemudi sepeda melihat Mawar berjongkok dekat kucing putih.

YULIA
Putih!

Mawar dan Seruni menoleh ke sumber suara. Sepeda itu berhenti.

YULIA (CONT'D)
(berlari mendekati kucing putih)
Putih!
(memeluk kucing abu)
Aku kira kamu hilang!
(menciumi kucing abu)
Kalian ...
(menatap Mawar dan Seruni)


MAWAR
Maaf, kami nggak tahu kucing ini ada pemiliknya.


YULIA
Kalian ...


SERUNI
Kami kenapa?


YULIA
(Melihat Putih menjilati kaki depannya dengan puas)
Siapa yang kasih Putih makan?


MAWAR
Saya.


YULIA
(mengangguk)
Kalau begitu-


SERUNI
(berdiri di depan Mawar)
HEH! Kak Mawar cuma kasih kucing itu ikan. Nggak usah lebay!


YULIA
Kamu bukan dari sini?

Mawar menatap bingung Yulia lalu menggelang.

YULIA (CONT'D)
Kamu mau ke mana?


MAWAR
Manggarai.


YULIA
HAH? Tempat apa itu?


SERUNI
Nggak usah belagu lo. Baru bawa sepeda gitu aja!


MAWAR
Uni!


YULIA
Malam ini mau menginap di rumah saya dulu?

Mawar terkejut namun tetap tenang lalu menoleh ke adiknya.

Seruni menghela napas panjang, melengos.

MAWAR
Oke.

Seruni terkejut dengan keputusan kakaknya.

Yulia menggendong Putih lalu meletakkannya di kursi samping. Mawar masuk ke kursi penumpang samping diikuti Seruni.

Seruni dicegah ikut oleh Yulia.

Seruni melotot sewot.

YULIA
Cuma dia yang kasih makan Putih.


MAWAR
(keluar kursi)
Kalo adik saya nggak ikut, saya juga di sini.

Yulia memandang kesal keduanya. Putih meloncat dari gendongan Yulia. Seruni mengejar Putih ke area gelap.

Beberapa detik kemudian, Seruni muncul dari kegelapan menggendong Putih.

YULIA
(menatap Putih dalam dekapan Seruni)
Oke. Kamu juga ikut.
(masuk ke dalam kursi)

Seruni menatap Mawar dan sebaliknya.

40.INT/EXT. SEPEDA YULIA - MALAM

Putih tampak lelap dalam dekapan Seruni yang mengantuk. Mawar melihat keadaan sekitar dengan curiga.

Pohon-pohon besar tertata di pinggir jalan. Rumah penduduk tertutup rapat semua.

Sepeda itu sampai di depan sebuah rumah dengan cahaya temaram.

Yulia turun dari sepeda. Begitu juga Mawar dan Seruni.

Yulia membuka pintu rumah lalu mempersilakan Mawar dan Seruni masuk. Yulia melihat Putih terlelap dalam gendongan Seruni.




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar