Bookstore Girl
3. Bagian Ketiga

Sc. 03             INT. Toko Buku Golven – Siang

                       

Waktu sudah menunjukan pukul 13.00. Opa Haris masih saja sibuk dengan kegiatan di Toko bukunya. Ia medata buku-buku yang baru tiba. Satu persatu ia buka kardus yang berisi buku-buku bekas yang akan ia jual lagi.

Sesekali ia membersihkan debu pada buku-buku tersebut. Sesekali juga ia terbatuk-batuk karena debu yang mengambang di udara.

OPA HARRIS

(Opa Batuk)

Ugh Ugh.

(Ia memegang dadanya)

(mengatur napasnya)

Begini ini kalau sumber pengetahuan didiamkan menahun.

Untung saja kalian sampai di rumah yang tepat.

(Opa menatap buku-buku dihadapannya)

(Ia perlakukan Buku-buku tersebut selayaknya teman bicara)

Golven akan membantu kalian menemukan lagi pembaca setia.

Saat sedang asyik dengan kegiatannya mendata ulang buku-buku yang baru datang. Opa Harris kedatangan salah satu pelangganya. Seorang Pria muda bernama Rey. Tingginya sekitar 175 cm. berkulit sawo matang, berambut agak ikal dan sedikit memiliki brewok. Ia adalah seorang penyuka buku tua yang kadang menyempatkan diri datang ke Toko Buku Golven untuk memuaskan dahaga berburu buku.

MS: Opa sedang mendata buku-buku yang baru datang

FX: Suara lonceng tanda pintu Toko Buku yang terbuka

OPA HARRIS

(Menengok kearah sumber suara)

Akhirnya datang juga kau Rey.

Ini beberapa buku pesanan mu sudah tiba!

REY

(Rey menatap opa dan memberikan senyum terbaiknya)

Siang Opa, maaf baru bisa datang. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

(Rey mendekati Opa)

OPA HARRIS

(Berusaha mengangkat kardus buku-buku ke Etalase dekat kasir)

FX: terdengar bunyi pingang renta

(Opa memegang pinggangnya)

Aduh!

REY

(Buru-buru mendekati Opa)

Opa, gak apa-apakan?

Sini Rey bantu.

OPA HARRIS

(Sungkan)

Ah, jadi malah ngerepotin kamu Rey.

Mohon dimaklumi ya, Opa sudah tidak muda lagi.

REY

(Senyum)

Ah Opa, enggak apa-apa kok,

Yang pentingkan Opa makin luar biasa

Opa kaya buku-buku langka ini, makin mahal dan berharga keilmuannya.

OPA HARRIS

(Ia coba menahan pinggangnya dengan telapak tangan)

Kamu ini bisa aja Rey.

Oiya, ada yang ingin Opa tanyakan?

(Opa memandang Rey)

REY

Iya Opa.

OPA HARRIS

(Wajahnya mengguratkan rasa penasaran)

Kamu ini tahu darimana, Judul buku-buku yang kamu pesan ini?

Dilihat dari umur terbitnya saja jauh lebih tua berkali-kali lipat dari umur mu?

Dan rata-rata buku cerita anak terbitan luar negeri?

REY

(Rey menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Opa Harris)

Ceritanya panjang opa, ini ada hubungannya Ayah.

Semenjak ayah meninggal,

(Wajah Rey berubah muram)

hanya buku-buku ini yang membawa saya keingatan-ingatan masa lalu bersama ayah.

Ayah dulu sering membacakan buku-buku cerita lawas ini.

OPA HARRIS

(Opa Harris menyesal telah menanyakan pertanyaannya)

Maaf, kalau karena pertanyaan Opa kamu jadi sedih

REY

(Berusaha Kuat)

Enggak kok opa, enggak apa-apa.

Rey justru senang dapat menemukan buku-buku ini lagi.

Semua atas bantuan opa.

OPA HARRIS

(Ekpresi Lega)

Syukurlah kalau begitu!

REY

Ya sudah opa, aku kesana dulu yah,

(menunjuk sebuah arah rak-rak yang berisi buku-buku)

Siapa tahu ada yang bisa ku bawa pulang, menambah bacaanku selain buku-buku yang ku pesan.

OPA HARRIS

Iya, silahkan. Kamu punya banyak waktu, biasanya jam segini memang agak sepi, jadi kamu memiliki waktu yang tenang untuk memilih buku-buku yang kau inginkan.

(Rey berjalan meninggalkan Opa Harris)

Kanaya tiba sepulang dari kampus. Tampilannya khas anak kampus, dengan Rambut sedikit melebihi bahu, Agak ikal di bagian bawah, mengenakan kaca mata dan ia senang sekali menggunakan baret hat untuk menutupi kepalanya dengan membiarkan sedikit rambut poni bagian depannya keluar. Kali ini ia pulang dengan wajah muram.

FS: Kanaya datang membuka pintu Toko Buku Golven

FX: Suara lonceng tanda pintu Toko Buku yang terbuka

KANAYA

(Kanaya mendekati Opa Harris dengan wajah muram)

Aku kesal Opa! Sumpah kesal banget!

OPA HARRIS

(Wajahnya bingung denga napa yang disampaikan Kanaya)

Kenapa cucu opa yang satu ini datang-datang marah-marah sama Opa.

KANAYA

(Masih dengan wajah kesal)

Bukan Opa, Tapi dosen ku di kampus!

(Kanaya kembali menegaskan)

Masa aku cuma telat, lima menit aja enggak boleh masuk.

OPA HARRIS

(Opa harris paham cucunya kesal karena keterlambatannya pagi ini)

Ow itu, menurut Opa sih wajar, mau lima menit kek, atau bahkan satu menit Namanya terlambat ya terlambat.

KANAYA

(Kanaya Bertambah kesal)

Tuh kan, Opa malah belain dosennya Nay, setidaknya hargai kek perjuangan Nay berangkat pagi-pagi, buru-buru pula, ih Opa mah!

OPA HARRIS

Loh kok malah marah ke Opa, Opa itu bukannya belain dosennya Naya, ya kalau semua keterlambatan ditolerir, buat apa ada aturan tidak boleh terlambat masuk kelas?

KANAYA

(Tambah kesal dengan jawaban Opa)

Opa gitu kan, Lagian juga kalau Nenek Iis pagi-pagi ga dateng ke Toko Buku Opa aku juga ga mungkin telat!

OPA HARRIS

(Opa Harris mengeleng-gelengkan kepalanya, Ia tidak habis pikir dengan kelakukan cucunya)

Lah kok malah jadi Ceu Iis di bawa-bawa. Kamu sendiri kan yang malah menggodanya pagi-pagi tadi. Coba kalau kamu tadi langsung berangkat kampus, pasti masih sempat kan?

KANAYA

(Kesal)

Tuh kan Opa, sekarang malah belain nenek iis.

(Kanaya menarik napas, ia sadar mengapa ia jadi melakukan perdebatan dengan kakeknya sendiri)

Lagian aku kan Cuma mau nolong Opa, emang Opa mau sama nenek iis? Atau jangan-jangan Opa jatuh cinta yah sama nenek Iis?

(Kanaya ekpresinya menggoda Opa Harris)

OPA HARRIS

(Opa Tegas menjawab)

Hush kamu ini, buat opa Oma mu cinta terakhir Opa, tidak ada ruang bagi wanita yang lain.

KANAYA

Ciye Opa, Ciyeee, percaya deh Oma memang cinta sehidup semati Opa.

OS: Suara Rey

REY

Ada apa ini rame-rame?

Pake Cie-cie lagi

(FS: Rey datang dari belakang kanaya)

KANAYA

(Menengok ke sumber Suara)

(Kanaya lalu menunduk)

(berucap lirih)

Aduh!

REY

Siang Kanaya! Baru pulang kuliah?

KANAYA

Iya Kak, Ada Kak Rey toh!

(Kanaya Gugup)

Si…si..siang kak.

(Muka Kanaya memerah)

(Kanaya tidak menyangka ada orang yang ia taksir datang ke toko buku Opa-nya)

OPA HARRIS

Ini kenapa cucu Opa, Kok mukanya merah begini melihat Rey?

Ganteng ya Rey, Nay?

(Opa Harris gantian menggoda cucunya)

KANAYA

(kanaya tanpa sadar mengangguk)

(Kanaya menjawab Opa lirih namun masih cukup terdengar bagi Opa Harris)

He..eh!

(Ia cepat-cepat sadar dengan jebakan Opa Harris)

Apaan sih Opa!

(Nay buru-buru berpamitan masuk kedalam rumah, atau bagian belakang Toko Buku Golven)

Yau dah Opa, Nay, masuk ke dalem dulu yah!

Kanaya memang menyimpan rasa dengan Seorang Rey, sejak pertama kali Rey datang ke Toko buku Golven Milik Opa Harris.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar