3. PART 3

INT. RUANG DOSEN - MORNING

Adidarma memasuki ruang dosen. Disana sudah ada 7 dosen lainnya beserta 3 petugas tata usaha termasuk Suparman.

ADIDARMA

Ada apa sih sebenarnya?

(Menoleh ke Suparman)

Pak Parman. Memangnya pak Parman lihat apa?

Seorang dosen lainnya, PHILLIPS, 52 tahun, juga bertanya kepada Suparman.

PHILLIPS

Iya, Pak. Saya juga sebetulnya belum faham. Coba bapak ceritakan detilnya ke kami semua yang ada di sini. Jangan sampai para mahasiswa kehilangan waktu belajar mereka cuma karena hal-hal sepele.

SUPARMAN

Saya yakinkan bapak dan ibu di sini bahwa ini bukan masalah sepele. Mungkin yang bakal saya ceritain ini susah dipercaya. Tapi sumpah saya nggak boong!

ADIDARMA

Ya sudah kalau begitu silakan Pak Parman ceritakan.

Suparman menarik kursi dan duduk.

SUPARMAN

Jadi begini, kurang lebih setengah jam yang lalu saya pergi ke kantin Bu Rosso mau ngopi bentar. Kantinnya tuh yang ada di dekat gedung ekonomi itu loh. Jauh emang, tapi kalau kata saya sih kopinya Bu Rosso tuh paling enak, jadi...

Phillips mengangkat tangan mengisyaratkan berhenti, dan Suparman langsung berhenti bicara.

PHILLIPS

Tolong, Pak. Langsung ke pokok persoalannya saja. Tinggalkan hal-hal yang tidak perlu.

SUPARMAN

Oh ya, Pak Phillips. Maaf.

PHILLIPS

Iya, iya. Lanjutkan.

EXT. KANTIN BU ROSSO - MORNING - FLASHBACK

Suparman tiba di kantin Bu Rosso.

SUPARMAN (V.O.)

Jadi kayak yang saya bilang tadi, saya ke kantin Bu Rosso. Pas sampe sana, ternyata kantinnya masih sepi. Baru buka.

Suparman menengok kesana-kemari. Jalan ke salah satu meja yang paling dekat dengan meja kasir, menggeret kursi dan menghasilkan suara berisik dari gesekan kaki kursi dengan ubin, lalu duduk.

SUPARMAN (V.O.) (CONT'D)

Saya panggil Bu Rosso, bilang saya mau pesen yang biasa.

Suparman menengok ke belakang meja kasir, mulutnya mengatakan "Bu, biasa dong!" tanpa suara.

SUPARMAN (V.O.) (CONT'D)

Tapi kok, nggak ada jawaban. Saya nunggu bentar. Saya panggil lagi. Masih nggak ada jawaban juga. Dia tuh kan punya karyawan harusnya, dua orang. Tapi nggak ada yang keliatan juga.

Suparman berdiri dari tempat duduk, terlihat agak kesal. Berjalan ke meja kasir. Mengetok-ngetok meja sambil memanggil.

SUPARMAN (V.O.) (CONT'D)

Saya ke meja kasir. Saya liat pintu yang ke dapurnya itu kebuka. Biasanya kalau Bu Rosso belum mulai jualan, pintu belakangnya masih ketutup. Saya panggil lagi lebih keras sambil ketok-ketok mejanya. Terus ada suara yang jatoh di belakang saya.

Ada suara badan beserta kursi yang terjatuh di belakang Suparman. Suparman pun menoleh ke arah suara itu.

SUPARMAN (V.O.) (CONT'D)

Saya liat Bu Rosso jatoh, nggak tau jatohnya kenapa. Dia tengkurep, terus diem aja. Pas saya mau nyamperin dia buat bantuin berdiri, di situ mulai ada yang aneh.

Suparman mendekati Bu Rosso, tapi mendadak ia berhenti. Wajahnya kaget.

INTERCUT TO RUANG DOSEN

SUPARMAN (CONT'D)

Bu Rosso bangun sendiri. Tapi bangunnya itu bukan kayak bangunnya orang normal gitu loh. Pokoknya aneh. Kayak kalau lagi nonton video orang nyungsep, abis itu dimundurin sampe dia berdiri lagi.

BACK TO KANTIN BU ROSSO

Bu Rosso bangun dari posisinya dengan cara yang menyeramkan. Badannya menggelosor ke belakang, sampai akhirnya dia berada di posisi seperti duduk bertekuk lutut. Kemudian dengan bertumpu pada lutut dan dibantu jari-jari kakinya, dia mendorong tubuhnya sampai ke posisi berdiri.

Keluar cairan hitam dari wajah Bu Rosso.

SUPARMAN (V.O.) (CONT'D)

Terus saya liat, keluar cairan item-item kentel gitu dari matanya... dari kupingnya juga... sama dari mulutnya.

INT. RUANG DOSEN - BACK TO PRESENT

Suparman bergidik.

Semua yang berada di dalam ruangan mendengarkan cerita Suparman dengan serius dan tegang.

SUPARMAN (CONT'D)

Matanya itu loh. Matanya kebuka tapi kosong. Kayak orang mati. Terus, tiba-tiba dia nyerang saya.

ADIDARMA

Nyerang? Nyerang bagaimana?

SUPARMAN

Kayak... mau nerkam saya gitu loh. Abis berdiri lagi, awalnya dia cuma diem saja. Nggak bergerak. Saya panggil-panggil namanya. Pas saya mau deketin, tiba-tiba dia teriak keras, kayak orang yang kesakitan sampe nangis, terus dia maju mau deketin saya. Gerakannya cepet banget. Dia jalan, tapi cepetnya kayak orang lari. Awalnya saya bingung saya musti apa. Tapi lama-lama dia makin deket, saya ngindar aja. 

EXT. KANTIN BU ROSSO - FLASHBACK 

Bu Rosso bergerak menyerang Suparman. Suparman diam saja kebingungan. Tapi sebelum bu Rosso menerkamnya, Suparman menghindar ke kiri, tapi lengan kanannya kena cakaran bu Rosso. Bu Rosso menabrak etalase rokok sampai jatuh ke lantai dan pecah, menghasilkan suara bising.

Bu Rosso juga jatuh dan tidak berdiri lagi, melainkan hanya meronta-ronta di lantai sambil mengeluarkan suara-suara bising seperti sedang memberi isyarat kepada seseorang atau sesuatu.

INT. RUANG DOSEN - BACK TO PRESENT

SUPARMAN (CONT'D)

(menunjukan bekas cakaran di lengan)

Tapi saya kena cakar disini. Cuma luka kecil sih. Bu Rosso nabrak etelase terus jatoh, terus dia nggak berdiri lagi. Cuma teriak-teriak di lantai kayak bocah lagi ngamuk.

PHILLIPS

Terus?

SUPARMAN

Ya saya lari. Dan...

Suparman diam. Matanya melihat ke masing-masing pasang mata lainnya yang fokus menatapnya.

PHILLIPS

Dan apa pak?

SUPARMAN

Ternyata bukan Bu Rosso aja, Pak. Banyak... Banyak yang kayak gitu.

Terdengar sentakan dari salah satu dosen wanita, yang mengatupkan kedua tangannya ke mulut. Dosen wanita lainnya merangkul untuk menenangkan.

PHILLIPS

Anda yakin dengan apa yang Anda lihat?

SUPARMAN

Yakin banget pak. Saya liat sendiri..

(diam sejenak)

Mereka muncul dari mana-mana. Berombongan kayak warga yang mau nangkep maling. Tapi untungnya pas itu mereka masih agak jauh jadi saya masih bisa lari. Untungnya juga nggak ada yang ngejar.

ADIDARMA

Berarti apapun itu yang terjadi dengan mereka, keliatannya bisa menular ke orang lain juga.

Ada orang lain yang angkat bicara. SOFYA, 27 tahun, dosen muda.

SOFYA

Terus bagaimana? Kalau Pak Darma benar bahwa kondisi tersebut menular, berarti diluar sana ada banyak orang yang kena... apapun itu. Penyakit, atau apa? Dan juga kemungkinan besar jumlahnya akan terus bertambah.

PHILLIPS

Kita bisa bawa mahasiswa pindah ke gedung auditorium sembari menunggu bantuan datang. Lebih luas di sana. Dalam situasi seperti ini lebih baik semuanya terkumpul dalam satu ruangan. Lebih mudah mengaturnya jika semisal terjadi sesuatu.

SOFYA

Memang betul, tapi berarti kita harus ke luar. Terlalu berisiko. Apalagi kalau harus mengatur banyak siswa sekaligus.

ADIDARMA

Bu Waluyo, bisa hubungi fakultas-fakultas lain? Kabari mereka soal ini, pastikan tidak ada mahasiswa fakultas lain yang berkeliaran di areal kampus. Setelah itu coba hubungi polisi juga.

WALUYO, 50 tahun, petugas tata usaha mengangguk.

WALUYO

Baik, Pak.

Bu Waluyo keluar ruangan.

ADIDARMA

Pak Parman, kunci semua pintu akses.

Pak Suparman keluar ruangan. Diikuti satu petugas TU lainnya.

ADIDARMA (CONT'D)

Nah, kita para dosen...

(Diam sejenak. Menghela nafas)

Kita punya tugas terberat... Memberitahu para mahasiswa soal ini. Saya juga bingung gimana ngomongnya ke mereka.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar