2. PART 2

EXT. KOMPLEKS UNIVERSITAS - DAY

Sepasang kaki terlihat menghampiri seorang perempuan berambut panjang dan berkacamata, yang sedang duduk sambil membaca buku di selasar gedung kampus.

Keadaan cukup sepi, hanya ada sedikit yang masih lalu lalang dan duduk-duduk.

MAYA

Oi, Rin!

RIN, 20 tahun, sahabat Maya. Rin menoleh ke arah suara sambil senyum lebar.

RIN

Lama amat?

MAYA

Beli minum dulu. Nih!

Maya memberikan teh botol dingin ke Rin.

RIN

Asik, thanks ya! Udah telat juga, sempet-sempetnya beliin minum buat gue.

MAYA

Yeee... Yaudah yuk. Tapi jalannya santai aja. Kelas si Pak Darma kan ya? Sebagai dosen, dia tuh sebenernya oke sih, menguasai banget materi yang mau diajarin. Tapi gaya ngomongnya kayak lagi ngehipnotis orang, jadi suka ngantuk gue.

RIN

Hush! Nggak boleh gitu. Tapi gue setuju sih sama lo, dia emang menghipnotis banget! Apalagi tatapannya. Aduh, Papi Darma.

MAYA

(Sambil menjauh dari Rin)

Rin, coba mending lu jauh-jauh deh dari gue. Untuk hari ini aja.

Rin dan Maya tertawa.

Ada suara memanggil mereka dari belakang, tapi cuma Maya yang menengok. CANDI, 20 tahun, sahabat Maya dan Rin yang paling banyak omong.

Kaki kanannya yang cidera membuat jalannya sedikit pincang, namun tidak parah. Candi susah payah berlari kecil untuk mengejar dua temannya. 

CANDI

Rin, May! Tungguin dong!

Candi sekarang berjalan di sebelah Maya.

MAYA

Si Rin udah nggak sabar tuh ketemu sama dosen tercintanya.

CANDI

Oh iya! Kelasnya Pak Darma ya?

Kemudian Candi meledek Rin dengan meniru gaya bicara dosennya itu.

CANDI (CONT'D)

(Bicara dengan intonasi datar)

Bagaimana... Ada yang mau ditanyakan? Tidak...? Kamu mau tanya...? Iya kamu yang baju pink... Siapa, Rin ya? Kamu mau tanya? Tidak? Yasudah... Kalau gitu kita lanjut ya...

Maya tertawa terbahak, tapi Rin mencibir.

MAYA

Gue daritadi nungguin si Candi niruin Pak Darma, paling jago dia.

RIN

Nggak begitu banget juga kali dia kalau ngomong! Ih kenapa sih kalian tuh ngeledekin Papi Darma mulu. Beliau kan baik orangnya, nggak pernah marah.

CANDI

Ya iyalah, gaya ngomongnya aja begitu gimana mau marah?

Rin mencubit lengan Candi. Candi tidak berusaha menghindar, dia hanya membiarkan Rin mencubitnya sambil cekikikan.

Mereka memasuki gedung fakultas.

INT. GEDUNG FAKULTAS LANTAI 1 - DAY

Maya, Rin dan Candi menyusuri koridor kampus yang kosong. Tidak ada kelas sama sekali di lantai 1.

RIN

Kita di lantai 3.

Lalu ada yang menyenggol bahu Rin. SUPARMAN, petugas tata usaha berumur 45 tahun, berjalan dengan tergesa-gesa. Pakaiannya basah oleh keringat.

SUPARMAN

Permisi.

Dia memasuki ruang dosen. Ketika Candi, Maya dan Rin melewati pintu ruang dosen yang masih sedikit terbuka, terlihat Pak Suparman yang lagi berdiri membelakangi mereka, bicara dengan dosen yang ada di dalam ruangan.

Maya, Rin dan Candi menaiki tangga. Candi yang kesulitan menaiki tangga karena cedera kakinya, berada paling belakang.

CANDI

Pak Suparman kalau lagi pake kacamata jadi Clark Kent kali ya dipanggilnya?

MAYA

Candi, masih pagi. Kalau mau ngelucu ntar siangan aja. Lagian kan joke itu udah pernah!

CANDI

Eh, udah ya?

RIN

Yah Candi keabisan ide!

CANDI

Ya udah iya gue cari ide baru. Lagian bilang aja kalau lo tuh kangen gue chat tengah malem buat bantuin nyari ide joke baru!

RIN

Hih, pede banget.

Maya berhenti berjalan, dan juga memberhentikan dua temannya. Maya menghadap mereka.

MAYA

(Melirik penuh arti ke dua temannya bergantian)

Ooooh, jadi tanpa sepengetahuan gue ternyata kalian berdua suka chattingan tengah malem nih? Kok gue nggak yakin ya cuma ngomongin soal joke doang...

RIN

(Tersipu malu)

Ih, May apaan sih!

Mereka bertiga berjalan di koridor lantai tiga dan sampai di kelas yang di tuju.

INT. RUANG KELAS - MORNING

Maya mengetuk pintu kelas, membuka pintu sedikit dan mencondongkan kepalanya ke dalam. Rin dan Candi di belakang Maya.

MAYA

Permisi, pak. Maaf telat sedikit.

Semua mahasiswa yang berada di dalam kelas menengok kearah Maya. ADIDARMA, 32 tahun, dosen berkulit kecokelatan dan cukup tampan, yang sedang berdiri sambil memberikan kuliah, langsung berhenti bicara dan juga menatap Maya.

ADIDARMA

Oh ya, tidak apa-apa. Ayo pada masuk.

MAYA

Terima kasih, Pak.

(Menengok ke Rin dan Candi.)

Psst! Yuk, masuk.

Mereka bertiga masuk. Mengambil tempat duduk yang tersisa di barisan belakang. Maya duduk dekat jendela, di sebelahnya Rin, kemudian Candi.

ADIDARMA

Oke, kita lanjutkan lagi ya... Jadi tadi kita sedang membahas soal...

Ada suara ketukan lagi. Pintu terbuka dan Suparman muncul dari baliknya. Semua mata tertuju pada Suparman.

ADIDARMA (CONT'D)

Ya?

Suparman masuk tanpa bicara apa-apa, wajahnya tampak cemas. Dia berjalan mendekat ke Adidarma. Mereka kemudian berbicara berbisik-bisik.

Para mahasiswa yang ada di kelas saling pandang. Maya melihat ke luar jendela. Di kejauhan, Maya melihat ada dua orang yang nampaknya sedang berkelahi. Satu orang mencengkram yang lain.

Suparman keluar. Perhatian Maya tertuju ke Adidarma ketika ia bicara kepada seluruh kelas. Suaranya mantap.

ADIDARMA (CONT'D)

Nampaknya untuk hari ini kelas harus kita sudahi dulu. Dan seluruh kegiatan perkuliahan sementara akan dihentikan.

Terdengar bisikan-bisikan riang dari para mahasiswa.

ADIDARMA (CONT'D)

Tapi, saya minta kalian untuk tetap berada di kelas. Mengerti?

Ekspresi keriangan mahasiswa tadi berubah menjadi bisikan protes.

RIN

Um, Pak... Kalau kita boleh tau, sebetulnya ada apa ya?

Adidarma bicara dengan tegas.

ADIDARMA

Tadi Pak Suparman bilang ada sesuatu di dekat fakultas Ekonomi. Saya sendiri belum terlalu faham ada apa. Yang jelas mahasiswa diminta untuk tidak meninggalkan kelas dulu, paling tidak sampai kami tau jelas situasinya dan memastikan tidak ada bahaya.

Mahasiswa berbisik kepada satu sama lain lagi. Kali ini mengekspresikan kekhawatiran.

CANDI

(Berbisik ke Maya dan Rin)

Eh, fakultas Ekonomi tuh yang deket gedung yang lagi dibangun itu kan? 

MAYA

Iya. Ada apaan ya? 

CANDI

Bangunan barunya rubuh kali ya? Untung jauh dari sini.  

ADIDARMA

Ya sudah, saya mau ke bawah dulu. Ingat, jangan keluar kelas. Tunggu kabar dari saya.

Adidarma keluar kelas. Menutup pintu.

RIN

Papi Darma kalau lagi nggak ngajar kok gaya ngomongnya beda ya? Jadi makin gemes deh!

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar