Bintang SMA 101
5. Bagian 5

INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH — PAGI

Sugeng berada di Meja Kerjanya, mengerjakan sesuatu. Terdengar suara pintu yang di ketok.

SUGENG

Masuk.

Pintu terbuka dan Karim berjalan masuk, Sugeng melihatnya. Karim berjalan di depan Sugeng, sesaat mereka saling melihat datar.

KARIM

Apa kita harus melakukan itu kepada Karina, Pak?

SUGENG

Keputusan tidak bisa di ubah, Karim. Kamu harusnya mendukung sekolah.

KARIM

Siapa yang akan mendukung Anak-anak kalau Gurunya sendiri tidak mendukung mereka?

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Bukankah kita sebagai pendidik harus mendidik mereka menjadi orang yang lebih baik lagi, Pak. Bukankah itu tugas seorang pendidik.

SUGENG

Keputusan tidak bisa di ubah, Karim.

KARIM

Kalau kita mendidik mereka dengan cara itu. Mereka akan melakukan hal yang sama, tidak akan ada yang berubah.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Saya harap Bapak masih memiliki hati nurani, walaupun sedikit. Saya permisi.

Karim berjalan menuju pintu keluar. Sugeng melihat pintu itu, datar.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH — SIANG

Karim berada di Meja Kerjanya, ia melamun, memikirkan sesuatu.

KARIM

Pasti ada cara lain.

Karim melihat sekitar Ruang Guru, sesaat ia melihat, kemudian ia menghela nafas panjang.

Dari belakang, Septia mendekatinya.

SEPTIA (O.S)

Pak Karim.

Karim melihat ke belakang.

SEPTIA

Bisa kita bicara sebentar?

Karim melihat Septia, datar.

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — SIANG

Anak-anak masih membicarakan masalah Karina, mereka juga masih melihat ke arah Karina.

Karina sendiri duduk di meja belajarnya, mendengarkan musik melalui Headset. Ia memandang datar Jendela kelasnya, cuaca hari itu terik, cahaya matahari masuk ke dalam kelas.

Pram berdiri di sampingnya dan meletakan Buku Catatanya di atas meja Karina, ia tersadar, melepaskan Headset dan melihat Buku Catatan itu.

PRAM

Itu Catatan Kimia semester kemarin.

Karina masih melihat Buku Catatan itu.

KARINA

Makasih. Kayaknya aku gak perlu, aku bentar lagi keluar dari sekolah.

PRAM

Kamu gak salah, kenapa harus keluar?

Karina tersenyum kecil, mendengarnya. Sesaat ia melihat Pram.

KARINA

Makasih.

Karina melihat ke arah jendela kelas, melamun. Pram melihat Karina, lama.

PRAM

Aku turut prihatin. Ada yang bisa aku bantu?

Karina sesaat melihat Pram, melihatnya datar.

KARINA

Kamu bawa motor ke sekolah?

Sesaat Pram melihat Karina, kemudian ia mengangguk.

EXT. JALAN - BERGERAK — SIANG

Pram mengendarai Motornya di jalan, bersama dengan Karina yang berada di belakangnya. Mereka menaiki motor bersama.

Mereka tidak bicara satu sama lain, Karina melihat pemandangan sekitar dengan datar. Sementara Pram berkonsentrasi mengendarai motornya.

Mereka menembus jalanan yang tidak terlalu ramai, terlihat dari Papan Petunjuk Jalan, mereka menuju pantai.

EXT. PANTAI — SIANG

Motor Pram terpakir bersama dengan beberapa motor lainnya.

Terlihat Pantai yang sepi, hanya ada beberapa orang saja yang mengunjungi Pantai.

Pram berada di sebuah Warung yang berjualan di pinggir pantai, ia membeli Dua Air Mineral dan berjalan menuju Pantai. Disana ada Karina yang duduk di pinggir pantai.

Karina melihat Pantai dengan datar, sesaat ia menghela nafas. Pram datang dan memberikan Air Mineral kepada Karina, ia membukanya dan meminumnya.

Mereka tidak bicara, hanya melihat Pantai, dalam diam.

KARINA

Kamu sering ke sini?

Pram hanya mengangguk.

KARINA

Apa kamu orang yang gak banyak bicara?

PRAM

Gak juga.

Karina sesaat melihat Pram.

KARINA

Aku udah lama gak lihat pantai, makasih.

Pram hanya mengangguk, sesaat ia melihat Karina.

Mereka tidak bicara, hanya menikmati Pantai, sesekali mereka minuman mereka. Karina menutup matanya, menikmatinya.

KARINA

Aku belum sempat ke mana-mana setelah pindah ke sini. Ini mungkin pertama kalinya aku pergi jauh setelah aku kecelakaan.

Sesaat Pram melihat Karina, begitu juga sebaliknya.

KARINA

Beberapa hari setelah pindah, aku kecelakaan. Masuk koran juga setahu aku.

Pram hanya diam, ia hanya melihat Karina.

PRAM

Kecelakaan kamu ada hubungannya dengan tawuran antar geng?

Karina melihat Pram, mengangguk. Pram mengeluarkan Dompetnya dan ia mengambil sesuatu dari sana dan ia memberikannya kepada Karina. Karina melihat sebuah Foto, di sana terdapat Pram, Tama dan PRASETYO PUTRO, 17, biasa di panggil Tio, mereka bertiga tersenyum di Foto itu.

PRAM

Orang yang di kanan itu, Tio. Dia meninggal karena di tusuk. Ditempat yang sama waktu kamu kecelakaan.

Karina melihat Foto itu, lama sekali, kemudian ia melihat Pram.

KARINA

Aku turut prihatin. Apa ini penyebab hubungan kamu sama Tama gak baik?
(jeda)
Kalian seperti menghindar satu sama lain.

Pram sesaat melihat Karina, kemudian melihat Foto itu. Karina menyerahkannya kembali.

KARINA

Aku dengan dari Laras. Kalian teman dari kecil.

Pram tidak mejawab, ia hanya diam.

KARINA

Di koran bilang Tio ikut geng motor, kamu tahu?.

PRAM

Iya... aku tahu. Tapi yang lucunya, aku gak tahu dia ikut geng motor.

Ada jeda diantara mereka.

PRAM

Hanya karena kami tahu dari kecil, bukan berarti tidak ada yang di sembunyikan, kan?
(jeda)
Aku turut prihatin soal kecelakaan kamu.

Sesaat Karina melihat Pram.

KARINA

Kenapa perasaan aku pernah lihat Tio di tempat kejadian, tapi dia dalam keadaan yang berbeda.

Sesaat Pram melihat Karina.

PRAM

Mungkin itu perasaan kamu.

Sesaat Karina melihat Pram, serius.

KARINA

Mungkin...

Tak lama kemudian, terdengar suara Handphone Karina, ia mengangkatnya.

ROSA (V.O)

Kamu di manaaaaaa???!!!

Sesaat Karina menjauhkan Handphonenya, tersenyum kecil.

KARINA

Aku cabut tadi, sekarang mau pulang.

ROSA (V.O)

Aku ke rumah kamu sekarang.

Karina menutup telepoannya, sesaat Pram melihat Karina.

KARINA

Pacar aku, orangnya posesif. Maaf.

Pram hanya mengangguk. Mereka berdiri dan berjalan menuju parkiran.

EXT. PARKIRAN - PANTAI — SIANG

Karina dan Pram berada di pakiran, mereka sedang memakai perlengkapan motornya.

PRAM

Kamu punya cara buat cari bukti masalah kamu?

KARINA

Belum, aku gak tahu bukti apa yang bisa aku pakai. Lain ceritanya kalau aku di pukul, aku bisa visum.

PRAM

Video?

KARINA

Aku gak sempat rekam, di sekolah juga gak ada CCTV. Jadi aku harus cari cara lain.

Ada jeda diantara mereka.

PRAM

Kalau orang lain bisa jadi saksi buat kamu?

KARINA

Maksudnya?

PRAM

Sebelum kamu, Pak Irfan pernah bikin masalah yang sama, cuma gak ada sidang kayak kamu. Pertemuan mereka tertutup.

KARINA

Ada kasus lain lagi selain aku? Di sekolah?

PRAM

(mengangguk)
Iya. Kalau dia mau jadi saksi, berarti itu bisa jadi bukti. Irfan lakuin pelecehan lebih dari satu kali.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Dari mana kamu tahu?

PRAM

Apa itu penting? Kamu mau keluar dari sekolah gara-gara Pak Irfan atau dia yang keluar gara-gara kamu?

Sesaat Karina diam, melihat Pram.

Pram menaiki motornya, di susul Karina. Pram menghidupkan motornya dan mereka pergi dari tempat itu.

INT. RUANGAN KONSELING - SEKOLAH — SIANG

Septia dan Karim duduk di meja ruang konseling, mereka tidak bicara satu sama lain.

SEPTIA

Sebelum saya menjadi guru tetap, saya menjadi honorer di sini. Dan kasus Okta terjadi. Itu setahun sebelum Bapak datang. Irfan juga terduganya.

KARIM

Dan kasus ini diselesaikan secara tertutup?

Septia mengangguk.

SEPTIA

Saya ikut menyelesaikannya, guru BK sebelumnya, Ibu Fitri, tidak mau terlalu ikut campur. Dia hanya ikut apa yang dikatakan sekolah.

KARIM

Apa yang sekolah tawarkan ke keluarga Okta sampai mereka mau berdamai dengan Irfan?

SEPTIA

Bukan ke keluarganya, tapi Okta sendiri yang tidak memperpanjang masalah ini. Di tengah jalan, mereka bilang akan berdamai.

Ada jeda di antara mereka.

SEPTIA

Kalau Okta mau jadi saksi, itu bisa jadi barang bukti buat Karina dan akan membuat kasus Okta juga di selidiki.

KARIM

Apa keluarganya tahu masalah ini?

SEPTIA

Saya tidak yakin keluarganya tahu, di lihat dari Okta yang sendiri yang mengehentikan kasus ini. Saya juga tidak pernah melihat keluarga Okta selama kasus ini terjadi.

Septia dan Karim saling melihat.

KARIM

Bagaimanapun keluarganya harus tahu, Bu. Ini masalah serius.

SEPTIA

Mungkin, Pak. Tapi bagaimana kalau keluarganya juga menyalahkan Okta juga. Hal ini sering terjadi kepada Orang-orang seperti Okta. Kita tak bisa begitu saja memberitahu mereka.

Karim tidak menjawab, ia melihat ke arah lain. Begitu juga Septia.

EXT. DEPAN RUMAH OKTA — SORE

Karina dan Pram turun dari motornya, mereka melihat sebuah rumah sederhana, di depannya terdapat gerobak kaki lima yang terparkir, terlihat juga beberapa bahan-bahan makanan yang sudah siap yang berada di bawah gerobak itu.

Dari dalam rumah keluar Okta, membawa bahan-bahan dagangan, mereka saling melihat, datar.

Dari dalam rumah, keluar RAHMAT, 50-an, Bapak Okta, membawa dagangan. Karina dan Pram menunduk hormat dan menyalaminya.

RAHMAT

Temannya Okta?

Pram dan Karina sesaat diam, kemudian mengangguk.

RAHMAT

Bapak jarang lihat teman kamu, bawa masuk ke rumah

KARINA

Kami gak lama, Om. Cuma mau bicara sama Okta soal kerja kelompok.

Sesaat Okta melihat mereka. Karina dan Pram berjalan menjauhi Rumah, Okta mengikutinya.

PRAM

Aku dengar kamu punya kasus yang sama kayak Karina.

Okta hanya diam, sesaat Karina melihatnya.

KARINA

Sekarang apa yang kamu alami kejadian lagi. Dan aku mau Pak Irfan di hukum.

PRAM

Dengan kamu jadi saksi, Pak Irfan gak ada jalan keluar, kalian bisa jadi barang bukti.

OKTA

Aku gak mau lagi berhubungan dengan mereka.

Sesaat Karina dan Pram saling melihat.

KARINA

Ini bisa jadi waktu yang pas buat kita, Okta.

OKTA

Maaf, hidup aku udah banyak masalah. Aku gak mau nambah masalah lagi.

PRAM

Bukannya apa yang kamu alami sekarang jadi sumber masalah yang lain? Bikin hidup kamu jadi gak tenang. Kita bisa selesaikan akar masalah kamu, walaupun gak seluruhnya. Trauma kamu tetap ada sampai kapanpun, tapi kamu berusaha untuk menyelesaikannya, bukan dengan menghindar.

Ada jeda diantara mereka.

KARINA

Apa Bapak kamu tahu?

Sesaat Okta melihat Bapaknya.

OKTA

...Tidak.

KARINA

Aku cuma punya kamu sebagai harapan aku. Aku gak ada barang bukti, aku gak ada apapun. Yang aku punya cuma keyakinan. Jadi aku harap kamu mau pikirin yang aku bilang.

Karina berjalan menuju motor, sesaat Pram dan Okta melihatnya.

PRAM

Aku harap kamu bisa pikirin itu. Ini tentang kalian berdua.

Pram berjalan menyusul Karina, Okta melihatnya, datar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar