Bintang SMA 101
3. Bagian 3

INT. RUANG PENYIMPANAN - SEKOLAH — PAGI

Okta dan Irfan berjalan masuk ke dalam ruang penyimpanan. Mereka meletakan semua barang-barang di sana. Sesaat kemudian, Okta berjalan menuju pintu.

IRFAN

Kenapa kamu menghindar Okta?

Sesaat Okta berhenti, masih tidak melihat Irfan.

Irfan berjalan mendekatinya, memegang pundaknya. Okta bergidik, tidak nyaman.

IRFAN

Apa yang terjadi dengan kita itu, karena kita sama-sama suka. Jangan buat saya terlihat jadi orang jahat disini.

Okta hanya diam, masih menunduk.

Irfan berjalan ke depan Okta, mengangkat kepalanya, melihatnya. Okta menghindari kontak mata dengan Irfan, sesaat Irfan tersenyum.

IRFAN

Saya suka lihat kamu yang malu-malu kayak gini. Bikin saya semakin bergairah.

Okta melepaskan tangan Irfan dari dagunya, namun tangannya di tahan Irfan.

IRFAN

Kamu gak bisa nolak sekarang, kan?, Karena kamu gak punya kuasa atas diri kamu sendiri. Kamu pernah mencobanya, tapi sayangnya, orang-orang di sekitar kamu gak percaya dengan kamu.

Sesaat Irfan memegang tangan Okta dengan kuat, kemudian ia bergerak mendekat. Kepala Irfan mendekati Okta, ia hanya bisa memenjamkan matanya -- 

Namun Irfan berhenti, ia melihat Okta, berbicara di telinganya.

IRFAN

Saya tidak mau ini menjadi masalah seperti dulu. Saya harus tahan.

Irfan berjalan menuju pintu keluar, terlihat rasa puas di wajahnya.

Sementara Okta, hanya berdiri dan menunduk, kemudian ia mengangkat kepalanya, terlihat ia yang menahan tangis. Wajahnya yang memerah, ia terlihat sesak, berusaha mencari-cari nafas, kemudian ia terbatuk-batuk.

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — PAGI

Terdengar Suara Bel Sekolah, pertanda pelajaran dan sekolah hari ini telas selesai.

Murid-murid memasukan Buku-buku mereka ke dalam Tas. Bersamaan Guru yang mengajar mereka.

TAMA

Bersiap, berdoa mulai.

Bersamaan dengan Murid-murid berdoa berdasarkan keyakinan mereka masing-masing.

TAMA

Berdoa selesai, beri salam.

SELURUH KELAS

Assalamualaikum wr.wb.

Bersamaan dengan Murid-murid yang satu persatu menyalami Guru mereka dan berjalan keluar, termasuk Karina dan Rosa, mereka berjalan keluar kelas, berdua.

EXT. TEMPAT PARKIRAN - SEKOLAH — SIANG

Karina dan Rosa berjalan menuju Parkiran, sesaat sebelum sampai, Karina berhenti. Ia memegang bahu, ada sesuatu di sana, wajahnya terlihat tidak nyaman.

Rosa memanggilnya, kemudian ia berjalan menuju Motor Rosa.

INT. KAMAR KARINA - RUMAH KARINA — MALAM

Karina berada di Meja Belajarnya, ia sedang menulis, sesaat ia melihat Buku Cetak Sekolah di depannya, datar. Ia memegang bahunya, menggerakannya, tidak nyaman terlihat di wajahnya.

Ia mengambil Handphone di sebelahnya dan memencet sesuatu, kemudian menempelkan ke telingnya.

KARINA

Ros? Aku minta tolong. Bahu aku sakit, kayaknya sakitnya kambuh lagi.

INT. KAMAR ROSA - RUMAH ROSA — MALAM

Rosa sedang melakukan peregangan badan di lantai dengan berasalakan Matras, terlihat tubuhnya yang sangat lentur. Ia berbicara dengan Karina melalui Handphone yang dalam mode Loudspeaker.

ROSA

Sakit? Oke, aku bilang ke fisioterapis aku.

INTERCUT ANTARA ROSA DAN KARINA

KARINA

Iya, dari siang tadi muncul lagi.

ROSA

Oke, kamu jangan banyak gerak.

KARINA

Aku gak berani bilang Ibu, udah berapa banyak dia keluarin uang buat kami.

ROSA

Gak apa-apa, ada aku. Gak usah khawatir.

KARINA

Makasih, Beb.

ROSA

Sama-sama, Beb.

Karina menutup telepon itu dan meletakannya di Meja Belajar, sesaat ia melihatnya, kemudian ia tersenyum, kecil.

INT. TOILET - SEKOLAH — PAGI

Rosa menunggu Karina di depan Toilet, sedangkan Karina berada di dalam Toilet. Beberapa siswa keluar dan masuk ke sana.

ROSA

Fisio aku lagi keluar kota, ada urusan. Dia udah nanya ke Fisio yang lain, belum ada jawaban.

KARINA (V.O)

Gak apa-apa, Ros. Sakit aku gak parah banget.

Rosa melihat ke pintu Toilet Karina.

ROSA

Kamu habis kecelakaan, kalau di biarin bisa parah.

KARINA (V.O)

Aku bukan atlet kayak kamu, gak akan jadi parah.

ROSA

Dasar batu, susah aku kasih tahu kamu.

KARINA (V.O)

Sayangnya kamu perempuan dan kita suka laki-laki, Ros. Kalau gak udah aku pacarin kamu sekarang. I Love You.

Mendengarnya membuat Rosa tertawa, geli sekaligus lucu.

Di dalam Toilet, Karina sudah menyelesaikan urusannya dan ketika ia ingin keluar, ia merasakan sesuatu, sesaat, ia melihat ke sekitar Toilet, mencari-cari sesuatu yang ia tidak ketahui.

Ia tidak bisa menemukan apa yang ia cari. Sesaat mencari lagi dan masih tidak ketemu.

Kemudian ia keluar.

Di luar ia melihat Rosa yang melihatnya, bingung.

ROSA

Kenapa?

KARINA

Gak apa-apa, cuma aneh aja di situ. Kayak ada yang ngawasin aku di dalam Toilet.

Sesaat Rosa berjalan menuju Toilet itu, memeriksanya dan ikut mencari, apapun itu dan ia juga tidak menemukannya.

ROSA

Cuma perasaan kamu aja.

Karina masih melihat Toilet itu dan mereka berjalan keluar Toilet.

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH — PAGI

Murid-murid Kelas Karina berada di Lapangan, dengan memakai Seragam Olahraga, mereka melakukan gerakan pemanasan, yang di pimpin Pram. Terlihat ia dengan rapi dan tegas melakukan gerakan-gerakan itu.

Terdengar suara hitungan murid-murid, menghitung gerakan pemanasan mereka.

Karina berada tak jauh dari mereka, hanya melihatnya saja, di sebelahnya ada Irfan yang memperhatikan Murid-murid itu, kemudian ia melihat Karina dan mendekat.

IRFAN

Kondisi kamu gimana Karina? udah baikan?

KARINA

Udah, Pak. Cuma bahu saya kadang-kadang masih kambuh sakitnya.

Irfan mengangguk.

IRFAN

Apa kamu suka olahraga?

KARINA

Gak terlalu, Pak.

IRFAN

Saya suka, bahkan cita-cita saya dulu mau jadi Atlet.

Sesaat mereka melihat Rosa yang mengikuti gerakan pemanasan dengan giat.

KARINA

Atlet? kenapa Bapak jadi guru olahraga sekarang?

IRFAN

Saya dulu Atlet Voli, karena cedera parah di lutut. Bapak terpaksa berhenti.

KARINA

Dan Bapak gak bisa jauh-jauh dari olahraga, makanya Bapak ambil jurusan pendidikan olahraga.

IRFAN

Iya... sekuat apapun, kita gak bisa lawan keadaan. Kadang-kadang Bapak masih bisa rasain sakit di lutut Bapak. Jadi Bapak tahu rasa sakit di tubuh kamu.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Pak Karim bilang Bapak tahu tentang fisioterapis.

IRFAN

Gak tahu banyak, Bapak pernah belajar sedikit, kebetulan Bapak ada kenalan. Kalau kamu mau, Bapak bisa kasih nomornya.

KARINA

Kebetulan saya lagi cari Fisioterapis, Pak. Makasih.

Irfan mengangguk, sesaat ia mengamati Karina, lekat-lekat.

IRFAN

Kamu mau Bapak bantuin regangin bahu kamu?, sedikit banyak Bapak tahu.

KARINA

Boleh Pak? Saya mau.

Irfan mendekati Karina dan mereka mulai melakukan peregangan. Terlihat Bahu dan Pundak Karina yang dipegang oleh Irfan, juga tangannya. Karina hanya diam, merasakan sentuhan itu, tidak berekasi.

Irfan melakukan gerakan pemanasan sedemikian rupa. Sesaat ia melihat Karina.

KARINA

Oooh... Ahhh... enak, Pak.

Irfan melakukan pemanasan lagi dan terdengar suara-suara rintihan kecil Karina. Semakin lama, Irfan melihat Karina dengan lekat-lekat.

KARINA

Ohh... Ah... pas di situ Pak... Ahh... Bapak hebat... Ah.... Enak... Pak.

Tangannya yang semula biasa saja, sekarang mencengkeram tangan dan bahu Karina. Karina merasakan cengkraman itu.

KARINA

Ahhh, sakit, Pak. Sakit, sakit, Ahhh...

Irfan justru semakin kuat dengan cengkramannya.

KARINA

Pak, sakit, Pak. Lepasin, Pak.

Sesaat Irfan tersadar dan melepaskan cengkramannya. Terlihat wajah Irfan yang memerah, seperti terangsang.

IRFAN

Maaf...

Karina melihat Irfan, Irfan yang juga melihat Karina, tidak bicara apa-apa, hanya diam.

Kemudian Pram mendekat --

PRAM

Udah selesai, Pak.

Irfan yang tersadar, melihat Pram dan berjalan menuju Murid-murid, meninggalkan Karina sendirian.

PRAM

Kamu kenapa?

KARINA

Gak apa-apa.

Pram mengangguk, kemudian ia berjalan mengikuti Irfan.

EXT. DEPAN KELAS OKTA - SEKOLAH — PAGI

Murid-murid berada di luar kelas, Jam Istirahat berlangsung.

Okta berjalan keluar kelasnya, menuju kantin. Sesaat ia berhenti, melihat datar di depannya.

Septia berdiri di depannya, tersemyuk kecil kepadanya.

INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH — PAGI

Okta dan Septia duduk di ruangan itu, mereka tidak bicara. Terlihat ruangan itu sederhana, hanya terdapat kursi dan meja di tengah ruangan itu.

SEPTIA

Gimana nilai kamu semester kemarin? Bagus?

Okta mengangguk. Septia juga mengangguk, tersnyum kecil.

SEPTIA

Walaupun kita sering ketemu, kita jarang punya kesempatan bicara, Okta.

Okta tidak menjawab, diam. Septia mengangguk mengerti.

SEPTIA

Ada yang mau kamu bicarakan? Ibu bisa bantu kamu.

OKTA

Itu yang Ibu Fitri katakan ke saya waktu saya mau bilang tentang Pak Irfan. Tapi akhirnya dia gak bantu saya.

SEPTIA

Iya... Ibu tahu. Maafin Ibu gak bisa bantu kamu waktu itu. Tapi Ibu bisa bantu kamu sekarang.

OKTA

Bukannya itu terlambat, Bu.

Ada jeda di antara mereka.

SEPTIA

...Iya, Ibu tahu.

OKTA

Saya hanya mau hidup dengan tenang, Bu.

SEPTIA

Tapi kamu gak bisa kan? Kamu selalu ingat kejadian itu setiap kamu lihat Pak Irfan. Setiap kali kamu ingat, kamu gak bisa lupain itu semua

Okta hanya diam, mendengarkannya.

SEPTIA

Kalau kamu mau hidup tenang, kamu bisa mencoba melawannnya, Okta. Semakin kamu tahan, itu akan merusak diri kamu sendiri.

OKTA

Saya justru yang di salahkan, Bu. Ibu pasti tahu itu.

SEPTIA

Kali ini percaya sama Ibu. Kita hadapi ini bersama-sama. Ibu punya kenalan yang bisa bantu kamu. Percaya, Ibu, Oke?

Septia menulis sesuatu di Kertas dan memberikannya kepada Okta.

Okta melihatnya, sebuah Nomor Handphone dan Alamat.

SEPTIA

Kamu bisa ke situ, kenalan Ibu kerja di situ. Dia bisa bantu kamu.

Okta hanya diam, melihat datar.

SEPTIA

Ibu percaya sama kamu, Okta.

Okta berdiri dan menunduk hormat dan pergi keluar ruangan. Meninggalkan Septia sendirian.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH — PAGI

Karina berada di Ruang Guru, ia sedang berdiri di depan Meja Kerja Irfan. Irfan duduk di kursi, mereka sedang bicara, tak jauh dari mereka, Karim ada di sana, sedang bekerja.

IRFAN

Bapak udah bilang ke teman Bapak. Kamu tinggal telepon dia bisanya kapan.

Bersamaan dengan Irfan memberikan selembar kertas, Karina melihatnya, di sana terdapat sebuah Nomor Handphone.

Karina tersenyum melihatnya.

KARINA

Makasih, Pak.

Irfan memegang bahu Karina, sedikit meremasnya. Karina tidak sadar.

IRFAN

Kamu jangan khawatir berapa bayarannya, dia kasih diskon.

Karina tersenyum mendengarnya, membuat Irfan menggerakan tangan di pundak Karina, seakan-akan seperti mengelus-ngelus.

Karina memasukan kertas itu ke dalam Saku Celananya.

KARINA

Saya permisi, Pak.

Irfan melepaskan tangannya dan Karina berjalan keluar, sesaat Irfan melihat Karina, datar.

Di pintu ruangan, Karina tersenyum melihat Septia yang berjalan masuk, sesaat ia melihat Irfan yang masih melihat Karina, datar.

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — SIANG

Karina duduk di meja bersama Rosa, mereka mendengarkan Lagu Idol mereka, bersenandung bersama.

Tak lama kemudian, wajah Karina terlihat tidak nyaman, ia memegang perutnya.

KARINA

Ahh, perut aku sakit.

Karina melepaskan Headset dan berjalan keluar, dengan terburu-buru.

ROSA

Jangan sampai keluar di jalan, Beb.

Karina sesaat melihat Rosa, jengkel.

INT. TOILET - SEKOLAH - SIANG

Terdengar suara aliran air dari dalam Toilet. Karina sudah menyelesaikan urusannya.

Karina berdiri dan membuka Pintu Toilet, namun Kakinya tersangkut selang Toilet, membuat ia tersandung dan Badannya menabrak Toilet yang terbuat dari Kayu.

Ia melihat sekitarnya, Seragamnya sedikit basah, ia mengiris kesakitan. Karina bangun, namun--

Ia melihat sebuah retakan besar dan sebuah benda di dalamnya. Karina mendekatinya dan membuka retakan itu dan mengambil benda di dalamnya --

Kamera Mini.

Karina melihat Kamera itu dengan terkejut, ia memutar balikannya, terdapat Lensa kecil di sana dan juga terdapat tombol ON dan OFF, ketika ia memencetnya, terdengar suara dari benda itu.

KARINA

Bener perasaan aku. Gila.

Karina bangun dengan cepat dan berjalan keluar Toilet.

EXT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH — SIANG

Karina duduk bersama Rosa, wajah mereka tegang, memikirkan sesuatu, sekaligus melihat sesuatu yang ada di depannya.

Kamera Mini itu berada di atas Meja yang rusak. Mereka berada di belakang sekolah, Tumpukan Meja-meja dan Kursi-kursi yang tidak terpakai.

ROSA

Jadi menurut kamu gimana?

KARINA

Kita harus lapor Guru, Pak Karim lebih baik.

ROSA

Ahhh, aku sering pakai toilet itu lagi.

Karina tidak menjawab, ia masih memikirkan sesuatu.

ROSA

Dilihat dari bentuknya, ini kamera action.

KARINA

Iya... ini versi lebih kecil.

ROSA

Jangan bilang di Toilet perempuan yang lain juga ada, Karin?

Sesaat Karina melihat Rosa.

KARINA

Bisa jadi Ros.

Rosa mengumpat, tapi tidak terdengar apa yang ia katakan.

KARINA

Tapi bukannya pemiliknya bisa ketahuan. Maksud aku pasti kamera ini ada memorinya kan.

ROSA

Mungkin tapi ada juga kamera yang bisa di atur ngerekam berapa lama. Yang jadi masalah sekarang, kita berdua gak ngerti kayak gitu.

Mereka berdua menghela nafas panjang.

KARINA

Gak ada cara lain, kita lapor Pak Karim.

ROSA

Tapi gimana kalau kita minta tolong anak-anak, pasti ada yang ngerti.

KARINA

Pasti timbul masalah lain, kalau ketahuan sekolah, bukannya di puji, malah kita di hukum, itu satu. Kedua, kita gak bisa nangkap pemiliknya siapa.

ROSA

Ahhhhh..... sial.

Karina mengambil Kamera Mini itu.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH — SIANG

Karim terkejut dengan Kamera Mini di depannya, dengan cepat ia melihat ke sekitarnya. Kemudian, menyembunyikannya dengan benda-benda di atas meja kerjanya.

KARIM

Ini kalian dapat di Toilet Perempuan?

KARINA

Iya, Pak. Saya yang nemuin, gak sengaja. Tadi saya kepeleset, terus badan saya nabrak dinding Toilet.

KARIM

Kamu gak apa-apa, ada yang luka?

Karina menggeleng, ia juga tidak menyadari. Rosa juga, sesaat melihat Badan Karina, memperhatikannya.

Karina menyadarinya, ia melihat Rosa.

ROSA

Kenapa kamu gak bilang tadi jatuh?

KARINA

Aku lupa.

ROSA

Harusnya kamu bilang, kalau ada apa-apa, gimana.

Karim memperhatikan mereka berdua, bingung melihat hubungan mereka berdua. Karina dan Rosa tersadar, mereka melihat Karim yang memperhatikan mereka.

KARIM

Bapak gak ngerti soal teknologi. Tapi Bapak cari tahu siapa yang ngerti.

Karina dan Rosa hanya mengangguk, khawatir terlihat dari wajah mereka.

KARIM

Kalian jangan khawatir, Bapak pasti cari pelakunya. Kalian kembali ke kelas sekarang.

Rosa dan Karina mengangguk dan kemudian berjalan keluar kelas.

Di Meja Kerjanya, Karim melihat Kamera Mini itu dan di belakangnya, Irfan berjalan --

IRFAN

Kenapa Pak?

Karim melihat ke Irfan.

KARIM

Bapak ngerti Kamera Pak?

Irfan bingung dengan jawaban itu.

Karim mengeluarkan Kamera Mini itu dan memperlihatkannya ke Irfan.

KARIM

Anak Murid saya ketemu ini di Toilet Perempuan.

Irfan hanya melihat benda itu, mengamatinya.

IRFAN

Siapa yang tahu masalah ini, Pak?

KARIM

Hanya saya dan Anak Murid saya, termasuk Bapak.

Irfan melihat kembali Karim.

IRFAN

Kita biarin kayak gitu, lebih sedikit orang yang tahu, lebih bagus. Kita gak tahu siapa kalau semua orang tahu.

KARIM

Kepala sekolah, Pak?

IRFAN

Itu bukan masalah, akan jadi sebaliknya kalau Kepala Sekolah tahu.

Karim mengangguk.

IRFAN

Biar saya yang urus, toilet yang mana. Siapa Anak Murid Bapak yang ketemu kamera ini.

Irfan melihat Karim dengan serius, kemudian ia melihat ke Kamera Mini itu.

EXT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH — SIANG

Karina mengangkat Dua Tong Sampah, kanan dan kirinya. Ia mulai mengeluarkan seluruh isinya ke Tumpukan Sampah. Dan ia melakukan hal yang sama kepada Tong Sampah yang tersisa.

Dari belakang, Irfan mendekatinya, terdengar suara langkah kakinya. Karina melihat sumber suara itu dan mereka melakukan kontak.

IRFAN

Kamu minta nilai tambahan dengan bersihin tong sampah, Karina?

KARINA

Iya, Pak. Nilai saya ada yang turun.

Irfan melihat sekitar.

IRFAN

Saya dengar dari Pak Karim, kamu yang nemuin Kamera di Toilet Perempuan?

Karina melihat Irfan. Mengangguk.

IRFAN

Bagus, siapa yang tahu selain kamu?

KARINA

Saya sama Rosa, Pak.

IRFAN

Oke. Jangan ceritaiin ini ke siapapun dulu. Bapak punya cara buat tangkap pelakunya, Pak Karim udah tahu. Kamu percaya sama Bapak?

Karina mengangguk.

IRFAN

Bagus.

Irfan melihat Karina yang sedang bekerja, lekat-lekat

IRFAN

Kamu enak di ajak bicara, Karin.

KARINA

Oh, ya, Pak? Saya gak sadar, makasih.

Irfan mendekatinya, berdiri di belakangnya, mengangkat sampah yang terjatuh dari tumpukannya.

Sesaat, Irfan memegang bahu Karina dengan dua tangannya. Karina sedikit terkejut, ia hanya diam. Irfan melihat reaksi Karina, kemudian ia meremas lembut bahu Karina dan bicara di telinganya.

IRFAN

Bapak suka orang seperti kamu.

Sesaat kemudian, tangan Irfan mulai berpindah ke punggung Karina, merabanya, kemudian pinggang, ia meremas pelan. Terlihat Wajah Irfan yang puas.

Karina terkejut, sesaat ia diam, kemudian dengan cepat ia menarik dirinya ke depan, terlihat tidak nyaman di wajahnya. Irfan tersenyum kecil.

IRFAN

Kamu bisa pulang, Karin. Biar Bapak yang selesaiin ini.

Karina tidak menjawab apa-apa, ia hanya mengangguk, sesaat ia melihat Irfan yang tersenyum kepada dirinya.

Karina berjalan --

IRFAN

Bapak percaya kamu, Karina.

Karina berhenti, melihat Irfan dengan datar, kemudian ia berjalan.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar