Bintang SMA 101
2. Bagian 2

EXT. PARKIRAN SEKOLAH - SEKOLAH — PAGI

Murid-murid yang membawa motor memakirkan motor mereka di Parkiran sekolah. Mereka berjalan keluar Parkiran, menuju kelas mereka masing-masing.

Bersamaan dengan Dua Motor Matic yang masuk ke dalam Parkiran dan memakirkan motor mereka.

Pengendara Motor Matic Pertama turun dari Motornya dan melepaskan Helm. PRAMUDYA KUSUMA, 17, meletakan Helmnya di Motornya, sesaat ia melihat sekitar dan ia berjalan keluar Parkiran. Pengendara Motor Matic kedua juga melakukan hal yang sama, Penumpang di Motornya turun dan melepaskan Helmnya, LARASATI LUKITO, 17, dan PRATAMA CAHYONO, 17, pengendara Motor itu melepaskan Helm dan meletakannya di Motor, Laras juga melakukan hal yang sama.

Ketika mereka berjalan keluar Parkiran, mereka melihat satu sama lain. Laras mengangakat Tangannya, menarik perhatian Pram, sedangkan Tama, datar melihat Pram.

Begitu juga dengan Pram, sesaat ia berhenti, melihat Laras dan Tama cukup lama ia melihat Tama, sebelum akhirnya ia berjalan menuju mereka.

LARAS

Kamu ngapain aja seminggu ini, Pram?

PRAM

Dirumah, olahraga, gak banyak yang bisa di lakuin.

Tama hanya mendengar pembicaraan mereka berdua.

LARAS

Harusnya kamu ikut kita, sabtu kemarin, kita ke Air Terjun. Kamu pasti gak mau ikut juga kalau di ajak.

Pram hanya mengangguk.

LARAS

Emang beda kalau anak rumahan di ajak keluar. Bukannya kamu dulu sering keluar, jalan-jalan. Sama Tio, sama Tama?

Sesaat Tama melihat Laras, datar. Laras juga melihat ke arah Tama, kemudian Pram, menunggu jawabannya.

TAMA

Iya...

LARAS

Tama cerita kalau kalian sering jalan-jalan. Aku penasaran.

Tama melihat Pram yang juga melihat dirinya, datar.

Sesaat Laras melihat mereka berdua, datar.

LARAS

Aku juga lihat foto kalian bertiga, aku gak nyangka kamu bisa ketawa sebesar itu.

Pram hanya diam, tidak menjawab.

LARAS

Tapi sayang ya, Tio --

TAMA

(memotong)
Laras.

Laras diam, ia melihat Tama yang melihat dirinya, serius.

TAMA

(lembut)
Jangan di bahas lagi.

Pram melihat mereka berdua, hanya diam.

LARAS

Oke... aku minta maaf.

Mereka bertiga berjalan menuju kelas, dalam diam.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH KARINA — PAGI

Karina dan Rosa duduk di bangku mereka, mereka berbicara.

Bersamaan dengan siswa lainnya yang semakin ramai di kelas.

ROSA

Kamu masih sering mimpiin itu?

Karina mengangguk.

ROSA

Itu mungkin cara penolakan diri kamu buat membuat kamu merasa bersalah di kecelakaan itu.
(jeda)
Kamu tahu kan, perasaan bersalah dari Korban?

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Tapi gimana kalau itu memang bagian dari ingatan aku? Maksud aku, mimpi aku benar-benar kenyataan?

ROSA

Aku gak tahu harus jawab apa, Karin.

Karina membuka Tasnya dan mengeluarkan Koran dan membuka lipatan koran itu, menunjuk judul utama koran itu kepada Rosa. Judul yang sama yang kita lihat sebelumnya.

KARINA

Orang yang di tangkap bilang dia di jebak, dia gak terima di tuntut dua puluh tahun.

ROSA

Penjara penuh Karina kalau semua penjahat ngakuin kejahatannya.

KARINA

Gimana kalau memang bukan dia orang yang nabrak aku?

Sesaat Rosa hanya diam, melihat Koran itu, kemudian Karina.

ROSA

Kamu mau cari tahu arti mimpi kamu? Kamu ada petunjuk lain selain mimpi kamu?

KARINA

...Gak ada. Aku gak punya petunjuk apa-apa.
(jeda)
Aku gak lihat jelas orang yang dekatin aku, samar-samar.

Ada jeda di antara mereka.

ROSA

Ini hari pertama kamu sekolah di sini, oke. Masalah kamu udah banyak, jangan nambah satu masalah lagi. Cuma bikin kamu stress.

KARINA

Iya... mungkin kamu benar, aku cuma harus fokus sama sekolah aku.

ROSA

Jangan lupa buat senang-senang.

Rosa dan Karina tersenyum, sesaat Rosa melihat Karina. Rosa memberikan Liptint miliknya.

ROSA

Bibir kamu kering, greget aku lihatnya.

KARINA

Aku gak gak tahu kenapa bisa kering.

ROSA

Mau aku basahin?

Mereka tertawa geli mendengarnya. Karin menggeleng-gelengkan Kepala. Karina memakai Liptint dari Rosa. Sesaat Rosa melihat Koran itu dan ia melihat Judul Berita Pelecahan.

ROSA

Kamu tahu, dia pelatih Atletik Perempuan. Selain di SMA Empat, aku dengar dia juga lecehin anak Atletik.

KARINA

Ini masalah yang sebenarnya. Kamu harus hati-hati, kamu atlet renang, kalau ada kasus pelecehan, mereka bakal salahin kamu karena pakai baju seksi.

ROSA

Aku bukan pakai bikini, itu cuma baju renang.

KARINA

Itu masalahnya, sampai-sampai TV sensor pakaian Atlet Renang. Aku gak ngerti sama orang yang punya pikiran kayak gitu.

ROSA

Kayaknya kamu berlebihan. Memang aku harus akui, sensor baju renang atlet renang itu bodoh, serius. Itu sama aja kayak gak menghargai atlet Renang, serius.

KARINA

Bener, kan apa yang aku bilang. Intinya, setiap orang beda, Ros. Kamu hati-hati, tubuh kamu itu punya aku.

Mendengarnya membuat Rosa tersenyum, ia memainkan tangannya di baju Karina, tersipu malu. Bersamaan dengan mereka yang geli sendiri dengan apa yang mereka katakan dan dengarkan itu.

Dari arah pintu kelas, Pram, Tama dan Laras berjalan masuk.

Rosa melihat mereka bertiga, datar, begitu juga mereka yang melihat Rosa.

Laras dan Tama melihat Karina yang duduk bersama Rosa ketika mereka berjalan menuju bangku mereka.

LARAS

Dia siapa?

TAMA

Karina, anak kelas kita, dia baru masuk hari ini. Aku di kasih tahu Pak Karim Jumat kemarin.

LARAS

Yang kecelakaan itu?

Tama tidak menjawab, sesaat ia hanya melihat Karina dari tempat duduknya, sementara Laras, ia melihat Karina dengan serius.

Pram berjalan melewati Karina dan Rosa, sesaat ia melihat Karina, memperhatikannya ketika berjalan.

Pram sampai ke bangkunya dan ia masih memperhatikan Karina dari belakang, wajah Pram serius melihatya.

Tak lama kemudian, terdengar suara Bel di seluruh sekolah.

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH — PAGI

Murid-murid Sekolah berkumpul, mengikuti Upacara Hari Senin, terlihat Karina berdiri bersama dengan Rosa di sebelahnya. Di barisan paling depan, Tama berdiri di sebelah Laras, ia melihat ke arah Pembina dan Guru-guru.

Para Guru yang berbaris ke samping, dibelakang Pembina Upacara. Irfan, Karim dan Septia berdiri diantara para guru-guru. Dari tempatnya, Septia melihat ke arah Okta yang berdiri di barisan depan, datar.

SUGENG CAHYONO, 50-an, KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 1, berdiri di Podium, sebagai Pembina Upacara, sedangkan Pram bertindak sebagai Pemimpin Upacara.

SUGENG

Kepada semua Murid-murid, selamat datang kembali ke sekolah. Bapak harap kalian bisa meningkatkan nilai-nilai kalian untuk memiliki masa depan yang cerah dan juga sebagai calon penerus bangsa yang berkualitas. Bapak harap masalah-masalah yang sudah terjadi beberapa bulan terakhir di sekolah kita tidak terulang lagi dan membuat sekolah kita menjadi sorotan, karena apa?, sekolah kita menjadi percontohan dan sudah sewajarnya kita menunjukan itu kepada sekolah yang lainnya. Jangan sampai muncul kembali kasus yang memalukan sekolah seperti yang kasus yang lalu, jangan.

Sesaat Tama melihat ke arah Sugeng, serius ia melihatnya. Bersamaan dengan Laras yang melihat Tama, datar.

Pram juga melihat Sugeng, sesaat ia --

PRAM

Tio bukan orang kayak gitu.

Bersamaan dengan selesai Amanat Pembina Upacara, terdengar suara Pram yang menyuruh seluruh peserta upacara kembali ke sikap sempurna.

Di barisannya, Karina yang mendengar Amanat itu hanya diam.

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — PAGI

Karim berdiri di depan kelas, semua anak murid kelas itu melihat Karim dengan serius, termasuk Karina.

KARIM

Sekarang kita ada di semester Genap. Bapak harap kalian bisa mempertahankan nilai kalian di semester ini atau bisa meningkatkannya.

Terdengar suara seluruh kelas, berbunyi "Iya, Pak".

KARIM

Kalian gak harus jadi murid pintar di sekolah, kalian cukup jadi murid yang bertanggung jawab sama masa depan kalian. Kalian boleh gak peduli dengan sekolah, tapi jangan gak peduli dengan masa depan kalian, paham semuanya?

Terdengar suara seluruh kelas, berbunyi "Paham, Pak". Terdengar suara Bel Sekolah, tanda pelajaran berakhir.

KARIM

Kalau ada apa-apa, kalian bisa bicara dengan Bapak. Kelas selesai.

Bersamaan dengan Murid-murid berdiri dan berjalan keluar, ada juga yang merapikan meja belajar mereka. Karim berjalan ke mejanya dan merapikannya.

Karina dan Rosa berdiri dan berjalan keluar kelas, ketika ia melewati meja Karim --

KARIM

Karina, Bapak mau bicara sama kamu.

Karina berhenti dan melihat Rosa, kemudian ia mengangguk. Rosa berjalan keluar kelas, meninggalkan Karim dan Karina di meja.

Dari tempat duduknya, Pram melihat Karina dengan datar, tetapi melihatnya dengan lekat.

KARIM

Gimana keadaan kamu, udah baikan?

KARINA

Udah pak, saya gak apa-apa sekarang.

Karim mengangguk.

KARIM

Apa yang kamu alami enam bulan belakangan pasti gak mudah. Tapi lihat kamu sekarang, Bapak bersyukur.

KARINA

Makasih, Pak.

KARIM

Walaupun kamu baru masuk semester ini, nilai kamu juga bagus di semester kemarin, walaupun ada beberapa mata pelajaran yang tertinggal.

KARINA

Iya, Pak, saya tahu. Itu jadi masalah buat saya.

KARIM

Bapak paham, itu jadi masalah sekarang.

Karim diam, berpikir jalan keluar, sementara Karina juga ikut berpikir.

Pram berdiri dari Bangku dan ia berjalan menuju keluar, melewati mereka.

KARIM

Pram? Kamu ke sini sebentar.

Pram berhenti, sesaat ia melihat Karim, kemudian ia melihat Karina yang juga melihatnya. Pram berjalan menuju mereka.

KARIM

Bapak minta tolong. Kamu bisa ajarin Karina materi semester kemarin?

Sesaat Pram melihat Karina, kemudian Karim. Begitu juga Karina, melihat Karim.

KARIM

Pram murid pintar di kelas ini, sama-sama dengan Tama, mereka juara kelas semester kemarin.

Karina hanya mengangguk, kemudian ia melihat Pram.

KARIM

Kamu gak bisa ya?

Pram masih melihat Karina.

PRAM

Saya bisa, Pak.

KARIM

Makasih, Bapak tahu bisa andalin kamu. Karina, kamu kasih tahu pelajaran apa yang kamu mau pelajari, kalau kamu masih merasa gak paham, kamu bisa tanya Bapak, nanti Bapak tolong cariin materi tambahan buat kamu.

KARINA

(melihat Pram)
Makasih

Pram hanya mengangguk, kemudian ia pergi, keluar kelas.

KARIM

Untuk sementara kamu gak usah ikut kelas pendidikan jasmani, nanti Bapak bilang ke Pak Irfan. Kalau kamu merasa pusing atau gak enak badan, kamu bisa ke UKS. Pak Irfan yang pegang kuncinya.

KARINA

Makasih, Pak.

KARIM

Kamu juga bisa tanya ke dia soal cedera kamu, setahu Bapak dia tahu soal-soal itu. Apa lagi ya? Kalau kamu merasa ada perlu di ceritaiin, kamu bisa bicara dengan Ibu Septi, dia Guru BK.

KARINA

Saya gak apa-apa, Pak. Makasih udah tolong saya enam bulan belakangan pak.

Karim menyadarinya, ia tersenyum kecil, kemudian ia mengangguk.

KARIM

Kamu anak murid Bapak, sudah sewajarnya.

Karina mengangguk dan ia berjalan keluar kelas, sementara Karim masih berada di meja, sesaat ia melihat pintu kelas dan tersenyum kecil.

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH — PAGI

Murid-murid sedang mengikuti Pelajaran Pendidikan Jasmani, di antara mereka ada Okta.

Irfan yang sedang memperhatikan anak-anak muridnya, kemudian memanggil seluruh murid berkumpul dan berbicara kepada mereka.

Tak lama kemudian, murid-murid itu bubar jalan, sesaat Irfan memanggil Okta, terlihat ekspresi Okta yang ragu. Mereka berbicara. Tak lama kemudian, Okta membantu Irfan mengambil peralatan olahraga yang berada tak jauh dari mereka.

EXT. KANTIN - SEKOLAH — PAGI

Karina dan Rosa berada di Kantin, mereka berjalan membawa piring makanan dan duduk di salah satu kursi panjang di sana.

Karina melihat Okta dan Irfan yang berjalan di depan Kantin. Sesaat Okta melihat Karina, kemudian ia melihat ke arah lain, kemudian ia menunduk dan menjaga jarak dari Irfan. Sesaat Karina hanya melihat mereka, datar.

ROSA

Kamu masih mau cari kerjaan?

KARINA

Iya, kalau ada lebih baik. Aku bisa dapat uang jajan lebih, kan.

ROSA

Ini ada hubungannya sama Ibu kamu?

KARINA

Bisa di bilang gitu.

ROSA

Nanti aku coba tanyain, oke. Setahu aku dia punya live music atau semacamnya.

KARINA

(tersenyum)
Aku selalu bisa ngandalin kamu.

Sesaat Pram lewat di depan mereka dengan bungkusan tangannya. Rosa memanggilnya, dengan menggunakan tangannya, ia menyuruh Pram bergabung dengan mereka.

Sesaat Pram melihat Rosa, kemudian Karina, kemudian ia berjalan mendekati mereka, duduk bersama mereka.

ROSA

Aku dengar kamu bantuin Karin.

Pram hanya mengangguk, melanjutkan makannya. Sesaat Karina melihat Pram, datar.

PRAM

Kamu kasih tahu pelajaran apa yang kamu butuh, nanti aku kasih catatannya.

Karina mengangguk, sesaat ia melihat Rosa yang melihat dirinya. Mereka makan dalam diam.

ROSA

Tapi kenapa bukan Tama, maksud aku, kalian sama-sama pintar, tapi biasanya Tama yang selalu di suruh Pak Karim.

PRAM

(berdiri)
Aku duluan.

Bersamaan dengan Pram berjalan menjauhi mereka. Sesaat Karina melihat Pram.

KARINA

Apa dia selalu kayak gitu?

ROSA

Kayak gitu? maksudnya?

KARINA

Serius, pendiam, kayak gak mau di ganggu orang-orang. Kayak anak-anak Ganteng-ganteng brengsek gitu.

Rosa tertawa mendengarnya.

ROSA

Yang pasti bukan serigala kan?

Mereka berdua tertawa bersama, menggeleng-gelengkan kepala.

ROSA

Dia gak kayak gitu setau aku. Tapi dia lumayan kan.

Sesaat Karina melihat Rosa yang menggodanya.

KARINA

Ya, lumayan...

ROSA

Tinggi, lihat bahunya, uuuu --

KARINA

Lengannya...

ROSA

Bayangin dia...

Mereka berdua tersenyum bersamaan. Bersamaan, Laras dan Tama, dengan membawa piring mereka, duduk di depan mereka. Mereka kaget, tidak melanjutkan cerita.

LARAS

Jadi gimana hari pertama kamu sekolah, ada masalah?

KARINA

Sejauh ini gak ada masalah, gak tahu nanti.

LARAS

Kita baru pertama kali ketemu semester ini kan. Aku Laras, ini pacar aku, Tama.

Laras menunjuk Tama dengan tangannya. Karina hanya tersenyum kecil mendengarnya, sesaat ia melihat Rosa.

TAMA

Kasih tahu aku kalau ada apa-apa, nanti aku kasih tahu Pak Karim.

KARINA

Sebenarnya tadi aku ada masalah, sekarang udah gak.

ROSA

Pak Karim suruh Pram bantuain Karin ajarin Materi Semester kemarin.

TAMA

Pram bisa ajarin kamu, dia pintar orangnya. Kamu pasti cepat ngerti.

LARAS

Walaupun gak sepintar Tama.

Tama hanya tersenyum kecil mendengarnya.

KARINA

Jadi, udah berapa lama kalian pacaran?

Sesaat Tama dan Laras saling melihat.

TAMA

Kami dari SD satu sekolah sampai sekarang. Deketnya pas SMP kelas Dua, sampai sekarang.

LARAS

Iya, kami berempat dulunya, aku, Tama, Pram, sama Tio. Sekarang tinggal bertiga.

KARINA

Yang satu lagi?

Sesaat Tama melihat ke arah lain, tidak nyaman. Karina menyadari sesuatu, sesaat ia melihat Rosa yang juga melihat ke arah lain.

Laras menyadarinya, ia tidak melanjutkan kata-katanya. Meminum airnya.

KARINA

Jadi kalian masing-masing cinta pertama? dan bertahan sampai sekarang? Wow.

ROSA

Iya kan, coba aku bisa kayak gitu.

Karina melihat Rosa yang melihat mereka, tersenyum kecil.

LARAS

Jadi kalian udah kenal sebelumnya atau baru kenal di sekolah?

Sesaat Karina dan Rosa saling melihat.

KARINA

Kami udah saling kenal sebelumnya. Kami pernah ketemu di Jakarta, waktu konser.

TAMA

Konser?

ROSA

Kami NCTzen, cuma beda cabang.

LARAS

Sayangnya aku Carat.

Karina dan Rosa menyanyikan satu bait lagu SEVENTEEN, SO NICE. Kemudian tertawa bersama.

ROSA

Karena mereka sering ke sini, makanya kadang-kadang aku ke Jakarta, aku minta tolong sama Karin. Dari situ kami udah mulai dekat.

KARINA

Aku udah ketemu orang tua Rosa, kami serius, gak main-main. Mereka juga udah setuju sama aku.

ROSA

Kami udah mulai cari rumah di sekitar sini, kami udah nanya-nanya biaya di KUA berapa.

Bersamaan dengan Karina dan Rosa yang saling melihat, kemudian tertawa mendengar apa yang mereka katakan.

ROSA

Kamu mau punya anak berapa?

KARINA

Tergantung kamu, kan kamu yang hamil, bukan aku.

Sesaat kemudian, tawa mereka pecah, candaan yang hanya mereka saja yang mengerti.

Tersadar karena di lihat orang lain, mereka berdua diam, seperti tidak terjadi apa-apa.

KARINA

Maaf, kebiasaan kami.

Mereka melanjutkan makan, sesaat Tama melihat Karina, tersenyum kecil.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Wkwkwk, seru banget🥰
11 bulan 4 minggu lalu