Bintang SMA 101
4. Bagian 4

INT. KAMAR KARINA - RUMAH KARINA — MALAM

Karina berada di Meja Belajarnya, di depannya ada Laptop, ia mengetik di Papan Ketik. Kemudian, ia melihat Laptopnya, dengan serius.

Terdapat tulisan:

"CIRI-CIRI PELECEHAN SEKSUAL DI SEKOLAH".

Kemudian Karina mengetik sesuatu di Laptopnya, kemudian ia melihatnya, mencari-cari sesuatu.

Terdapat tulisan:

"YANG TERMASUK PELECEHAN ADALAH KETIKA SESEORANG YANG MEMEGANG ANGGOTA TUBUH TANPA PERSETUJUAN DARI KEDUA BELAH PIHAK".

Karina melihat Laptopnya dengan serius, sesaat ia mengambil Kertas di sebelahnya. Kertas yang diberikan Irfan beberapa hari lalu.

Sesaat Karina memegang Bahunya, ia terlihat tidak nyaman.

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — PAGI

Terdengar Guru yang mengajar di Kelas, Murid-murid ada yang memperhatikannya, ada yang bermain dan ada yang juga tidak.

Karina melihat penjelasan guru, sesaat ia melihat ke sebelahnya, bangku Rosa kosong. Ia melihatnya datar. Sesaat kemudian, ia memegang perutnya, terlihat ekspresi tidak nyaman. Sesaat ia melihat sekitar.

Karina bangun dan ia berbicara kepada Guru yang mengajar.

Dari tempat duduknya, Pram memperhatikannya, begitu juga dengan Tama.

Karina berjalan menuju pintu keluar.

INT. UKS - SEKOLAH — PAGI

Karina berbaring di Tempat Tidur, sesaat ia memegang perutnya.

Terdengar suara Pintu yang terbuka, Karim masuk dan berjalan ke arah Karina.

KARIM

Bapak dengar kamu gak enak badan.

KARINA

Iya, Pak. Perut saya sakit, bahu saya juga sakit.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Kamu perlu apa-apa?

KARINA

Gak, Pak. Saya tidur sebentar, nanti baikan.

Sesaat Karim melihat sekitar. Karim membuka Kotak P3K yang berada tak jauh dari Tempat Tidur, ia mengambil Minyak Kayu Putih dan memberikannya kepada Karina.

KARIM

Kamu isirahat, nanti Bapak bawaiin kompres buat kamu.

Karim berjalan keluar dan menutup pintu. Karina menuangkan Minyak Kayu Putih ke tangannya dan ia mulai menciumnya.

Karina menuangkan Minyak Kayu Putih ke tangannya lagi, tetapi tidak keluar. Karina melihat botol itu, sudah kosong. Ia menghela nafas.

Karina turun dari Tempat Tidur dan mencari di Kotak P3K, mencarinya, tetapi tidak ketemu. Ia melihat sekitar dan ia berjalan ke arah Lemari di sudut Ruangan.

Ia membuka Lemari itu dan mencari, terdapat sebuah Kotak yang berada di sudut Lemari. Karina menemukan Botol yang penuh, namun berada di sisi berlawan, ketika ia berhasil meraihnya dan ingin membawanya keluar, Kotak yang berada di Pintu Lemari tersenggol, membuatnya jatuh, isi kotak itu bertebaran.

Karina melihat, terpaku. Beberapa Kamera Mini bertebaran di lantai, benda yang sama ia jumpai di Toilet Wanita. Karina melihat sekitar, terkejut.

KARINA

Gila... ini Kameranya. UKS... UKS... UKS.

Sesaat Karina tersadar, terkejut, ia tahu sesuatu. Dengan cepat ia mengambil semua Kamera itu dan memasukannya kembali ke dalam Kotak itu.

Ketika ia sudah memasukannya semua dan ia ingin berjalan keluar, terdengar suara langkah kaki yang mendekat.

Karina kaget, sesaat ia melihat sekitar, ia memasukan Kotak itu ke dalam Lemari lagi, di tempat yang sama dan ia berjalan ke tempat tidur. Terlihat nafasnya yang tersengal-sengal, ia berusaha mengendalikannya.

Pintu terbuka, Irfan melangkah masuk dengan Baskom di tangannya, berjalan menuju Karina.

IRFAN

Bapak dengar bahu kamu sakit?

Karina hanya tersenyum kecil, mengangguk.

IRFAN

Bapak bawaiin kompres, bahu kamu mungkin tegang.

Irfan duduk di sebelah Karina, melihatnya.

IRFAN

Kenalan Bapak bilang kamu belum telepon dia.

KARINA

Saya belum sempat, Pak.

IRFAN

Semakin lama, bahu kamu makin sakit.

Bersamaan dengan Irfan yang memasukan es batu ke dalam kompres.

IRFAN

Buka seragam kamu, biar Bapak kompres.

Irfan melihat Karina yang melihatnya, datar. Ia tersadar. Ia memberikan Kompres itu kepada Karina.

Irfan berdiri dan melangkah menjauh.

Karina melepaskan Dua Kancing Seragamnya, ia memakai kaos dalam, membuat Dadanya terlindungi. Karina meletakan Kompres di Bahunya, terdengar suara rintihan kecil darinya, dingin dan rasa enak bercampur.

Di tempatnya, Irfan menutup matanya, seperti menikmatinya, ia menghela nafas panjang, menahan sesatu yang muncul dari dalam tubuhnya.

KARINA

Kata Pak Karim, Bapak yang megang kunci UKS?

IRFAN

Iya, kenapa, Karina?

KARINA

Ruangannya jarang di pakai, tapi gak ada debu. Pasti ada orang yang bersihin tempat ini tiap hari.

IRFAN

Bapak yang urus ruangan ini Karina.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Jadi Bapak tahu isi ruangan ini apa aja?

IRFAN

Iya, Bapak tahu. Ada beberapa barang yang juga punya Bapak.

Tak lama kemudian, Irfan kembali ke tempat Karina.

Karina tidak terkejut, ia tetap dengan datar melihat Irfan, masih mengkompres bahunya. Irfan memperhatikannya.

KARINA

(memberikan kompres)
Saya udah baikan, Pak. Makasih.

Irfan meletakan Kompres itu di ember. Ia masih memperhatikan Karina yang mengancingkan Seragamanya. Tiba-tiba, Irfan memegang Tangan Karina, menahannya. Karina terkejut, melihat Irfan.

IRFAN

Saya suka kamu Karina, kamu pasti rasain yang sama kan.

Karina berusaha melepaskan tangan Irfan dari Tangannya, tapi di tahan.

IRFAN

Kita sama-sama suka, itu bukan masalah. Kita bisa simpan rahasia ini, cuma kita yang tahu.

Dengan cepat, Irfan mendekati Karina dan mencoba menciumnya. Dengan sekuat tenaga, Karina mendorong Irfan, tapi tidak bisa. Irfan masih berusaha mencium Karina, lehernya dan memegang dadanya.

Dengan cepat, Karina menampar Irfan, tersadar, Irfan mundur dan berdiri, melihat Karina, merah di wajahnya.

IRFAN

Kenapa kamu, ha? Jangan bikin saya jadi yang jahat di sini.

Karina mengancingkan kembali seragamnya ia berdiri, melihat Irfan dengan nafas yang tersengal-sengal.

IRFAN

Kenapa kamu nolak. Kamu yang mulai semua ini, kita sama-sama tahu. Kamu seperti murid perempuan yang lain, menggoda saya, tapi ketika saya melakukannya, kalian menganggap saya melecehkan kalian, sudah jelas kalian yang menggoda saya duluan.

Karina tidak menjawab, ia masih mengatur nafas. Irfan tersadar, ia sudah melebihi batas.

IRFAN

Oke... saya minta maaf. Apa yang saya lakuin itu tidak pantas.

KARINA

Ada berapa anak lagi yang Bapak giniin seperti saya? Saya tahu orang yang letakin kamera di toilet wanita itu Bapak, kamera itu punya bapak.

Sesaat Irfan melihat ke arah Lemari, ia menyadarinya.

Karina berjalan dengan cepat menuju pintu keluar.

Irfan masih di Tempatnya dan melihat sekitar, ia melihat air kompres yang jatuh ke lantai, dingin.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH — PAGI

Karina berjalan di Ruang Guru, ia menuju Karim yang sedang berada di Meja Belajarnya.

Dari kejauhan, terlihat mereka berbicara, kemudian, ekspresi Wajah Karim berubah, ia terkejut.

INT. DEPAN RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH — PAGI

Terlihat sebuah tulisan yang tertempel di atas pintu itu, bertuliskan:

"RUANG KEPALA SEKOLAH".

Ifran melihat tulisan itu dengan datar, sesaat ia melihat datar ruangan itu, kemudian ia mengetok pintu.

SUGENG

Masuk.

Irfan membuka pintu dan terlihat Sugeng berada di Meja Kerjanya, melihat Irfan dengan serius.

IRFAN

Saya butuh bantuan Bapak dan Bapak harus bantu saya. Kalau tidak saya akan bongkar apa yang saya ketahui tentang sekolah ini.

Sugeng melihat Irfan, datar. Lama sekali.

SUGENG

Baik, saya akan bantu kamu.

Sugeng menutup pintu itu.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH KARINA — MALAM

Harini sedang duduk di Sofa Ruang Tengah, ia sedang melamun.

Karina keluar dari Kamarnya dan berjalan ke arah Harini, sesaat ia melihatnya, tidak menyadari keberadaan Karina.

KARINA

Ibu.

Harini tersadar, ia melihat Karina, tersenyum kecil.

KARINA

Ibu bisa datang ke sekolah?

Ada jeda diantara mereka.

HARINI

Kamu ada masalah?

Karina mengangguk. Harini hanya mengangguk, kemudian diam.

KARINA

Ibu gak marah?

HARINI

Apapun masalah yang kamu bikin, ada alasan kenapa kamu melakukannya. Ibu harus dengar cerita dari sekolah kamu terus cerita dari kamu, baru Ibu bisa nilai.

KARINA

Kalau Karin cerita masalahnya sekarang, Ibu bakal percaya Karin?

Sesaat Harini melihat Karina, kemudian, ia mengangguk.

Karina duduk disebelah Harini, mulai bercerita.

INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — PAGI

Suasana Kelas menjadi heboh dan ramai. Murid-murid bercerita tentang Karina dan Irfan.

Pram yang masuk ke kelas melihat sekitar, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sesaat ia melihat Tama yang berada di Mejanya bersama Laras, mereka berkontak, kemudian Pram melihat ke arah lain. Sesaat ia melihat ke arah Kursi Karina, tidak ada, begitu juga Rosa. Dua Kursi itu kosong sama sekali.

Seorang Murid Kelas itu masuk ke dalam kelas dengan berlari, nafasnya tersengal-sengal --

MURID LAKI-LAKI

Karina udah datang... Karina udah datang. Sidangnya di mulai sekarang.

Pram melihat sekitar, seluruh Siswa Kelas itu melihat satu sama lain, dengan cepat, mereka berhamburan keluar kelas, ada yang berlari dan ada juga yang berjalan.

Hanya ada Tama dan Pram yang tinggal di kelas, mereka saling melihat satu sama lain.

PRAM

Kepala Sekolah lakuin hal yang sama lagi?

Tama tidak menjawab.

PRAM

Aku harap kamu gak ikut campur lagi masalah kayak gitu, Tama.

Pram berjalan keluar Kelas --

TAMA

Kamu pikir kamu lebih baik dari aku?

Pram berhenti, melihat Tama.

PRAM

Tidak, kita berdua cuma Anak SMA yang gak bisa apa-apa. Tapi setidaknya kita tahu mana yang benar dan salah.

Pram berjalan keluar, meninggalkan Tama sendirian.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH — PAGI

Harini duduk bersama Karina, menghadap ke Sugeng, Irfan, Karim dan Septia, ada juga beberapa guru yang lainnya. Mereka saling melihat, datar. Karina melihat Irfan, dingin. Di tempat duduknya, Karim tersenyum kecil kepada Karina dan menunduk hormat kepada Harini.

Sedangkan Anak-anak berdiri di jendela-jendela Ruang Guru, melihat ke dalam. Berdiri bersama Anak-anak lain, Pram dan Tama, melihat ke dalam jendela. Tama melihat Sugeng, dingin.

Di sisi lain jendela ruangan, Okta berdiri bersama dengan yang lainnya, sesaat ia melihat Irfan, kemudian Karina.

SUGENG

Kami sudah mendengar kronologi kejadian ini, baik dari Karina dan juga Irfan. Dan kami sudah memutuskan bahwa Karina akan di skors dari sekolah selama sebulan.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

SUGENG

Kami masih berbaik hati, mempertimbangkan Karina memiliki nilai yang bagus di sekolah ini. Tapi melihat apa yang dilakukan Karina kepada Irfan, itu tidak bisa di maafkan.

HARINI

Kami belum mendengar kronologi kejadian dari Pak Irfan.

Sugeng melihat sekitar, Irfan hanya diam.

KARIM

Itu benar, Pak. Bagaimanpun Ibu Harini dan Karina berhak mendengarkan kronologi dari Pak Irfan.

Semua orang di ruangan itu melihat Irfan, tersadar ia di lihat semua orang.

SUGENG

Irfan, kamu bisa jelaskan.

Irfan melihat sekitar.

IRFAN

Saya di goda Karina, awalnya ia memancing saya dengan menggunakan kecelakaan yang dia alami, kemudian, menanyakan kepada saya, apakah saya punya kenalan fisioterapis. Tapi mulai dari situ, ia memojokkan saya, puncaknya di UKS. Ketika saya memberikan kompres kepadanya, Karina justru membuka seragamanya di depan saya dan memancing saya. Dan munculah masalah ini.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

SUGENG

Keputusan kami sudah bulat, Karina akan tetap di skors, tidak ada tawar menawar lagi. Jika Ibu merasa keberatan, Karina bisa keluar dari sekolah dan saya akan memberikan surat rekomendasi.

HARINI

Secara tidak langsung Bapak menyuruh Karina keluar dari sekolah ini, menutup kasus ini begitu saja, membuat Anak saya terlihat bersalah.

SUGENG

Saya rasa Ibu sudah berlebihan di titik ini. Kami tidak ada bermaksud demikian.

HARINI

Iya, Bapak bermaksud demikian. Kami hanya ingin Irfan meminta maaf kepada Karina, mengakui perbuatannya secara terbuka, hanya itu.

IRFAN

Untuk apa saya minta minta maaf terhadap sesuatu yang saya tidak lakukan --

HARINI

Dan untuk apa anak saya di skors karena membela dirinya sendiri.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

SUGENG

Jika Ibu bersikap seperti ini, kami tidak punya pilihan selain mengeluarkan Karina dari sekolah.

HARINI

Apa kami punya pilihan?

Ada jeda di antara mereka.

SUGENG

Ibu bisa bawa masalah ini ke Polisi jika ingin sesuai keinginan Ibu.

HARINI

Saya tahu apa yang akan terjadi kalau saya bawa masalah ini ke Polisi. Saya akan menghadapi hal yang sama seperti disini. Tidak ada bedanya.

SUGENG

Berarti Ibu tidak punya pilihan. Karina diskors atau Karina pindah sekolah dengan sukarela, itu pilihannya.

Harini memegang tangan Karina dengan erat. Karina juga tidak mengendorkan pegangannya, semakin kuat.

HARINI

Saya lebih suka melihat Karina pindah sekolah karena pilihannya untuk membela dirinya sendiri --

KARINA

Saya tidak bersalah, mengikuti apa yang dikatakan sekolah membuat saya menjadi tersangka, dan saya bukan tersangka. Saya ingin Pak Irfan meminta maaf kepada saya.

Harini melihat Karina, terkejut. Tetapi Karina mengatakannya dengan yakin, terlihat dari wajahnya.

IRFAN

Saya akan meminta maaf kalau Karina bisa memberikan bukti nyata bahwa saya melakukan pelecehan --

KARINA

Seperti yang Bapak lakukan kepada murid-murid lain. Itu yang Bapak katakan kepada saya waktu itu.

Sugeng melihat Irfan. Karim melihat Karina, ia mengangguk kecil, setuju.

KARIM

Saya sebagai wali kelas Karina, juga tidak setuju kalau Karina di keluarkan begitu saja. Saya setuju dengan usulan Pak Irfan.

Sugeng melihat Karim, menyadarinya, Karim melihat ke arah lain.

SUGENG

Baik, kami akan memberikan waktu buat Karina. Jika tidak bisa menemukan, kami akan mengeluarkan Karina dari sekolah.

Harini melihat Karina, tetapi Karina tetap dengan pendiriannya.

KARINA

Baik, saya mengerti.

Harini sesaat melihat Karim, ia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Karina menggenggam lebih erat Tangan Harini.

SUGENG

Baik, dengan ini pertemuan ini di tutup. Selamat siang.

Karina menghela nafas panjang, ia melihat Harini yang melihat dirinya, datar. Karim berjalan mendekati mereka.

Para Guru berjalan keluar, termasuk Sugeng.

Di jendela, Anak-anak mulai riuh, begitu juga dengan Pram yang melihat Karina.

EXT. DEPAN RUANG GURU - SEKOLAH — PAGI

Anak-anak masih berkumpul di depan, mereka bubar setelah Sugeng keluar dari Ruang Guru.

Tama, masih di tempatnya, melihat Sugeng, yang juga melihatnya ketika keluar, datar dari Sugeng, tapi tatapan serius datang dari Tama.

Bersama dengan guru lainnya, Sugeng berjalan menjauhi Ruang Guru. Dengan Tama yang masih melihatnya.

Ketika ia ingin berjalan, ia berhenti. Di depannya ada Okta yang berdiri tak jauh darinya, mereka saling melihat, datar. Kemudian, Okta berjalan menuju kelasnya, sedangkan Tama hanya diam di tempatnya.

EXT. PINTU MASUK - SEKOLAH — PAGI

Harini memegang tangan Karina dengan erat, sesaat Harini melihat Karina.

HARINI

Jangan nangis lagi.

Karina menunduk, ia menahan tangisnya, sesekali ia cegukan. Di sebelahnya ada Karim, hanya diam, ia juga menunduk.

KARIM

Saya minta maaf, Bu. Gak bisa bantu Karina.

HARINI

Bapak udah lakuin yang Bapak bisa. Jangan minta maaf ke saya. Saya juga minta maaf, bikin Bapak repot.

Harini melihat Karina yang masih menangis.

HARINI

Kita hanya harus cari bukti untuk Irfan. Kalau kamu nangis, Ibu gak percaya.

Karina berusaha berhenti menangis, ia membersihkan air mata di wajahnya.

KARIM

Saya akan bantu Karina sebisa saya, Bu.

Harini tersenyum dan bersalaman dengan Karim.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar