A Trip to Your Wedding
5. SCENE 18 - 21

INT. RUMAH MAKAN PADANG - AFTERNOON

Arfa dan Zumi duduk di sebuah meja makan. Zumi membuka tasnya, ia mengambil karton terlipat. Menaruhnya di atas meja.

ARFA

Apaan tuh?

Zumi melepas lipatan Karton, menggelarnya di atas meja makan.

ZUMI

Peta

ARFA

Pake maps dong pak, jaman udah canggih gini.

ZUMI

(cool)

Kalau ini, persoalan estetik..

ARFA

Jiah.. sok keren lu

ZUMI

Ia dong, bukan Zumi kalo gak keren...

ARFA

Serah lo dah...

Zumi mengambil sebuah spidol. Mereka berdua fokus menatap peta di atas meja.

ZUMI

Jadi gini.. Tujuan kita ke Banda Aceh kan?

(melingkar sebuah titik di peta)

ada dua jalur, menyusuri pesisir. Langsa, trus lhoksumawe, bireun, Sigli...

(menggaris alur-alur kota di maps)

Terus satu lagi..

(berpindah ke titik lain)

Jalur bukit barisan, pegunungan louser, Kuta Cane, Blangkejeren, Takengon..

(melihat Arfa)

Lu mau pilih jalur mana?

ARFA

Enakan lewat mana?

ZUMI

Enakkan lewat pesisir, jalannya lurus gitu, gak banyak hambatan, orang juga rame, cuma ya bosen, paling laut doang yang kita liat. Kalau lewat sini, kita bakal dapat dua-dua. Gunung ama laut...

ARFA

Lautnya dimana?

ZUMI

(menunjuk titik melingkar di peta)

Disini.. tapi ya lo tau sendiri jalan gunung gimana, nanjak, orang sepi, ngelewatin hutan, sekarang terserah lo, kita mau lewat jalur mana?

Arfa berpikir sambil melihat peta.

ARFA

(menunjuk jalur peta)

Lewat sini aja, jalur pergunungan

ZUMI

Yakin lo?

ARFA

Kan udah gua bilang, gua males liburan ala zona nyaman, pengen ngerasain hal baru.

ZUMI

(mengacungkan jempol)

Ok, sip ya?

ARFA

Sip.

Pelayan datang membawa makanan. Zumi melipat petanya, memasukkan kembali ke dalam tas. Lalu para pelayan menaruh banyak piring dengan beragam menu di atas meja. mereka kesenangan melihat banyak menu masakan.

ARFA

Kita di medan nih pak, kok kuliner padang sih?

ZUMI

Laper banget gua, gua gak pernah makan makanan sini. Ini bukan persoalan estetik, ini soal perut. Jadi, aman-aman aja lah...

ARFA

Ya juga sih...

CUT TO:

I/E. JALAN RAYA. JEEP TERTUTUP - NIGHT

Zumi kelelahan menyetir, ia melihat jam tangan yang menunjukkan pukul dua belas.

ARFA

Jalanan sepi banget ya...

ZUMI

(letih)

Bukan jalan utama, pasti sepi lah, lagian kita lagi di hutan

ARFA

Lo capek? Sini gua yang nyetir.

ZUMI

(menguap)

Huapp..Lo emangnya gak capek?

ARFA

Cape juga sih, tapi ya gimana..

(melihat sesuatu di kejauhan)

Eh itu ada penginapan, istirahat bentar yuk, nunggu pagi..

ZUMI

Ok...

Mereka memakir mobil mereka, tampak truk-truk besar dan mobil-mobil banyak terpakir di depan hotel yang tak mewah, bahkan kusam.

ZUMI

Jelek ya penginapannya ya?

ARFA

Lumayan lah buat istirahat bentar, pagi kita langsung cabut, ok?

ZUMI

Ok buk..

mereka masuk ke dalam.

INT. HOTEL BIASA. MEJA RESEPSIONIS - CONTINUOUS

Mereka berdua menuju meja respsionis yang biasa, tak mewah, tampak seorang lelaki, berdiri di meja resepsionis di depannya ada sebuah buku besar. Tangannya memegang pulpen. Zumi mengeluarkan dompetnya sambil memegang kartu kredit.

ZUMI

Bisa pakek credit card gak?

RESEPSIONIS

Gak ada kredit-kredit, Cash!

ZUMI

(mencungkan credit card)

Kartu kredit.

Zumi sadar respsionis itu tak mengerti pembayaran dengan credit card.

ZUMI

Netnya?

RESEPSIONIS

(bingung)

Hah?

Zumi menyadari kalau resepsionis juga tak paham istilah-istilah canggih perhotelan

ZUMI

Gini-gini, berapa sewa kamar per harinya?

Resepsionis memperhatikan Arfa dan Zumi dengan tatapan mesum

RESEPSIONIS

Abang... butuh kamar... per jam gak?

Zumi dan Arfa terkejut. Zumi tampak marah dengan respsionis

ZUMI

(mengacungkan telunjuk)

Kau jawab aja apa yang aku tanya, gausah macem-macem ya, berapa sewanya?

Resepsionis takut melihat Zumi, Arfa disampingnya berpikir lalu menyela

ARFA

(marah ke Zumi)

Ngapaind satu hari mik? kita kan gakkan tinggal satu hari..

ZUMI

Fa, biar gue aja yang ngomong...

ARFA

Kita bisa sewa kamarnya per jam, hemat biaya..

ZUMI

Fa, gini...

ARFA

...Duit kita tinggal dikit lagi, bego. Udah sewa per jam aja..

(berbicara ke resepsionis)

Bang kita sewanya per jam aja...

ZUMI

Fa, Lo gak ngerti, maksud dia...

ARFA

(menyela)

Kenapa ribet amat sih, kan kita gak sampe satu hari disini, ... udah bang, deal ! kami sewa per jam...

RESEPSIONIS

(tersenyum)

Berapa jam bang?

Zumi melihat Arfa, Arfa berpikir

ARFA

Hmmm, tiga..tiga jam cukup kan?

(berpikir)

Ok, ambil aman aja, 4 jam... 4 jam udah lebih dari cukup itu.

Zumi menggeleng-geleng, tak percaya pada polosnya Arfa.

ZUMI

(mengacungkan angka empat)

Empat jam bang..

RESEPSIONIS

(tersenyum geli)

Siap

Resepsionis menulis di buku besarnya, menyerahkan kunci pada Arfa, Zumi mengambil dompetnya. Setelah menerima kunci, Arfa berlalu dari hadapan mereka menuju lorong kamar.

RESEPSIONIS

(memanggil Zumi)

Psstt...

Dengan isyarat tangan, resepsionis menyuruh Zumi mendekat padanya. Mereka berbisik-bisik

RESEPSIONIS

(kode, mengerlingkan mata ke arah Arfa)

Nemu di mana bang?

ZUMI

(intens)

Di bandara...

RESEPSIONIS

Bandara?

Zumi mengangguk. Ia menyerahkan uang dari dompetnya padaa resepsionis, dari kejauhan, Arfa melihat mereka dengan curiga.

RESEPSIONIS

Mahal gak bang?

ZUMI

(menggeleng)

Pake skill

RESEPSIONIS

(tak mengerti)

Hah?

(Rumi menunjuk seluruh mukanya pakai tangannya)

Wah... enak ya bang kalau ganteng, udah dapet lobang bagus, grentis pula..

ZUMI

Hehehe...4 jam ya?

RESEPSIONIS

Sip.

INT. HOTEL BIASA. KAMAR - CONTINUOUS.

Zumi masuk ke dalam kamar, tampak Arfa duduk di atas ranjang dengan wajah cemberut.

ARFA

Ngomonging apa lu sama die? Sampe bisik-bisik gitu

ZUMI

(tertawa)

Lu pura-pura bego, apa gimana sih?

ARFA

Kan gua ada benernya, ngapaind coba sewa sehari kalo bisa per jam?

ZUMI

Lu gak punya temen cowo apa?

ARFA

Ya punya, anak buah gue banyak yang cowo, cuma gak ada yang berani aja...

(mengancam)

Awas aja lo kalo apa-apain gua, gini-gini gue bisa karate

ZUMI

Tujuan lo bilang ama gua lu bisa karate buat apa?

ARFA

Gak ada, cuma bilang aja.. aku udah sabuk biru...

ZUMI

(tersenyum geli)

Biru... jadi kalau gue macem-macem ama lo, lu bakal ngeluarin jurus karate tingkat sabuk biru ke gua?

ARFA

(kesal)

Gua gak becanda ya, awas aja lo

(menujuk pangkal paha Zumi)

 gua bikin tuh masa depan depan suram

Zumi tertawa terbahak-bahak sampe memegang perutnya. Lalu ia melihat Arfa yang kesal di atas ranjang.

ZUMI

Tenang aja kok, satu macem aja gua gak berani, apalagi macem-macem sama lo

ARFA

Alah bacot...

ZUMI

Serius, gua belum pernah gitu-gituan..

ARFA

(ketus)

Ini trik lo ya, pura-pura gak pernah, biar cewenya simpati, alah, kebaca mi di gua.

ZUMI

Serius fa, gua gak pernah...gini ya gua bilang sama lo, ciuman aja gue belum pernah.

ARFA

(tak percaya)

Serius lo?

(zumi mengangguk, Arfa semakin tak percaya)

Sumpah?

ZUMI

Demi Allah, yang menciptakan alam dan seisinya

Mereka tertawa

ARFA

Masak tampang-tampang buaya kaya lo gak pernah sih, gak pecaya gua

ZUMI

Tampangkan nipu...

ARFA

Elo pernah pacaran?

Zumi menggeleng, Arfa semakin penasaran

ARFA

Masak?

(Zumi menggeleng)

Kenapa?

Zumi memandang jauh, menarik nafas. Arfa antusias mendengar jawaban Zumi.

ZUMI

Gimana ya jelasinnya?

ARFA

Masak orang banyak bacot kaya elo susah ngejelasin pertanyaan simpel kayak gitu..

ZUMI

Kek dosen ya lo..

ARFA

Hehhehe, bawaan.. udah jawab, kenapa lo gak pernah punya pacar?

ZUMI

Sibuk kerja

ARFA

Serius mi, gak usah kasih gua jawaban murahan gitu napa, coba jawab yang jujur...

ZUMI

Gimana yaa...ehm.. gini, gua suka sama seseorang, cuma ya tuh cewe gak pernah tau, jadi karena kelamaan nunggu dia tau, gua gak pacaran-pacaran...

ARFA

(terpana)

Hah? Serius?

(Zumi tersenyum mengangguk)

Masya Allah, gak nyangka gua... keliatannya aja fakboy, taunya softboy...

ZUMI

(tertawa kecil)

Trus, lu sendiri pernah pacaran?

(Arfa menggeleng)

Kenapa?

ARFA

(tersenyum)

Gak dibolehin sama abah

ZUMI

(tertawa)

Hahaha... anak mami ternyata

ARFA

Iya dong, gua pengen masuk surga

ZUMI

Hahaha... amin...

Zumi mengusap wajahnya dengan tangan yang terkatub.

ARFA

Gak nyangka gue, Zaman udah canggih ini, masih nemu cowo klasik kaya lo

ZUMI

Gue juga gak nyangka, seorang manager perusahaan gede, gak pacaran gara-gara takut di jewer sama papa

ARFA

(kesal)

Gak gitu ya, seharusnya..

Suara Arfa meredup, layar menampilkan Arfa yang berbicara tanpa suara, Zumi terlamun bahagia melihat Arfa yang menjelaskan panjang lebar kenapa ia tidak pacaran.

DUK!DUK! Suara pintu digebuk. Zumi sadar dari lamunan. Arfa berhenti berbicara, mereka dua terdiam. 

RESEPSIONIS (O.C.)

(berteriak)

RAZIA! ADA RAZIA! CEPAT KELUAR

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar