A Trip to Your Wedding
3. SCENE 11 - 14

INT. PESAWAT. RUANG PENUMPANG - DAY

PRAMUGARI (O.S.)

Saat ini anda berada di pesawat menuju Bandara Kuala Namu, Medan, dengan ketinggian pesawat sepuluh ribu kaki...

Pesawat tak terlalu ramai, banyak bangku-bangku kosong, Arfa fokus membaca buku tadi yang di belinya.

ISTRI PARUH BAYA (O.C.)

Mau ku kemanakan mukak ku ini bang? Pulang ke Tapanuli gak bawa apa-apa? bakal kekmana keluarga lihat kita? Belum lagi mulut-mulut orang kampung cem paret semua...

Suara Perempuan Paruh Baya mengganggu konsentrasi Arfa membaca, ia melihat ke seberang tempat duduknya, sepasang suami istri yang tengah bercakap-cakap. Ia kembali menekuri bukunya itu.

SUAMI PARUH BAYA (O.C.)

Tet, jaga volume suara kau sikit, malu kita...

ISTRI PARUH BAYA

Ini semua gara-gara abang, udah kubilang kita buka kelontong saja, abang malah buka warung tuak...

SUAMI PARUH BAYA

Tet, jangan keras-keras

ISTRI PARUH BAYA

(marah dan berteriak)

Jangan kau atur-atur aku ya bang! Gara-gara ide warung tuaknya abang, miskin kita..

Seluruh penumpang terusik dengan teriakan Istri paruh baya itu, semua mata tertuju pada mereka. Berdiri seorang bapak tua di belakang mereka.

BAPAK TUA

Heh butet, kau kira ini pesawat bapak kau apa? Gak bisa tidur aku dengar suara berisik kau macam corong gereja?

ISTRI PARUH BAYA

Sopan sikit kau ngomong ya tua, kutepok menghadap Tuhan kau...

BAPAK TUA

(ke suami paruh baya)

Jang, cak kau kontrol mulut jahannam istri kau itu...

SUAMI PARUH BAYA

Udah tet udah, jangan kau bikin kita tambah malu,

ISTRI PARUH BAYA

Kau pun dari tadi udah-udah aja yang kau hapal, udah burung kau pendek, keberaniankau pun sama, bukan kau bela istri kau ini.

Suasana ruang pesawat jadi heboh karena pertengkaran itu, tak henti-henti adu mulut. Pilot dan pramugara datang dan mendamaikan mereka. Arfa tak tahan dengan kegaduhan itu, lalu ia pindah ke bangku kosong di belakang, ia melihat Zumi yang duduk santai melihat pertengaran itu di sebrang bangku. Arfatak memperdulikannya. Ia duduk dan langsung fokus membaca.

ZUMI

(tersenyum geli)

Parah ya perempuan kalau udah jadi emak-emak...

(menghadap Arfa)

Ngeributin apaan sih?

Arfa tak menanggapi omongan Zumi. Zumi melihat buku yang sedang dibaca oleh Arfa.

ZUMI

Mendalam banget ya kata-katanya sampe menghayati gitu bacanya...

Arfa kesal.

ARFA

Mas, saya lagi fokus baca, kalau masnya tetap ngekeh saya gak peduli. Dan tampilan masnya bukan tipe saya, jadi maaf...

Arfa kembali membaca bukunya.

ZUMI

(tengil)

Katanya cewe lihat cowo gak mandang fisik...

Arfa acuh, Zumi tak mati kutu. Zumi melihat Arfa yang fokus membaca buku, ia berusaha mengajak berbicara Arfa.

ZUMI

(provokasi)

Dilihat jadi judulnya sih, pengarangnya depresi, cintanya yang putih nan suci ditolak berkali-kali oleh perempuan kelam dan dingin...

(Arfa tak acuh)

Kata-kata yang di pakai pasti menye-menye, gambaran lelaki lemah yang cemen dalam memperjuangkan cintanya.

Arfa terusik selera bacanya dicibir Zumi.

ZUMI

Terus, pengarangnya gak pakek nama asli lagi, Zafaruddin Maulana Ihsan... mana ada orang Indonesia namanya kayak orang Pakistan gitu. Sok-sokan mencerminan diri kayak seniman-seniman Urdu, alah, dasar cengeng...

ARFA

(kesal)

Mas nya mau apa sih? Gak usah sok-sokan bijak deh.

ZUMI

(tersenyum cool)

Ya saya kurang suka aja sama cowo yang milih ungkapin perasaannya pake puisi, hari gini pikat hati cewe pake syair-syair..hello..abad tahun abad dua puluh ni cok, jangan cemenlah jadi cowo.

ARFA

(marah)

YAUDAH, SUKA-SUKA MASNYA AJALAH, NGAPAIN BILANG KE SAYA??

Semua penumpang melihat Arfa karena ia berteriak. Mereka memandangnya dengan kesal, seorang pramugari mendatangi Arfa. Menyeruhnya tenang. Ia malu dan meminta maaf. Arfa melihat Zumi dengan kesal.

ZUMI

katanya orang berpendidikan...kok diskusi pake emosi..

ARFA

(terpancing emosinya)

Diskusi apaan...

(sadar akan siapa Zumi)

Bentar-bentar, lu Zumi kan?

ZUMI

(pura-pura)

Ooo ya, gue inget, elu gengnya si ina ndut itu

ARFA

Bener-bener rese ya elu...

ZUMI

Hehhehe, sorry, gua cuma pengen ngobrol aja ama elu, bosen gua sendiri dari tadi, liat elu baca buku sastra, ya gua coba aja skill gua

ARFA

Emang lo ngerti apa tentang sastra?

ZUMI

Ia ngerti dikit-dikit..

ARFA

Ya gimana?

(menantang)

Katanya mau diskusi, ayo kita diskusi tentang sastra...

ZUMI

(terkejut)

Eh?

ARFA

Terus, kalau kamu ngerti ama sastra, udah buat karya apa aja?

ZUMI

(terpojok)

Ha?

ARFA

(mengangkat buku di genggamannya)

Buku yang kamu bilang gak mutu ini, buku Best Seller, udah laku puluhan ribu copy, udah 3 kali cetak ulang dan mau diterjemahkan ke dalam bahasa inggris...pengarang yang kamu bilang cemen tadi udah go internasional dengan kata-kata...lo Modal bacot doang, sok-sokan ngerendahin orang. Ngaca sana.

Zumi terdiam mendengar ucapan Arfa.

ARFA

Sok-sok-an ngerti sastra. Heh.

(meremehkan)

Kalau niat lo mau goda gua, sorry ya jack, bukan level gua..

Zumi terdiam, duduk dikursinya kehabisan kata-kata. Arfa tersenyum penuh kemenangan, ia kembali menekuri buku itu.

Jeda.

PRAMUGARI (V.O.)

Pesawat telah mendarat di Bandara Kuala Namu Medan, bagi anda yang ingin turun, silahkan lewat pintu diseblah kiri pesawat... bagi anda yang ingin melanjutkan perjalan ke Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, mohon tetap tinggal di pesawat, sampai jumpa di penerbangan kami selanjutnya...

Sebagian penumpang mengambil bawaan mereka di kabin, penumpang transit tak beranjak dari tempat duduknya.

Zumi mengambil tasnya, lalu melihat Arfa yang masih duduk sambil tersenyum licik ke arahnya. Arfa tak turun karena tujuannya ke Banda Aceh.

ARFA

Sorry ya jack...

Zumi berlalu dari hadapan Arfa, ia tersenyum tanpa sepengetahuan Arfa. Zumi turun dari pesawat. Arfa kembali menekuri bukunya. Tiba-tiba perutnya berbunyi, Arfa kesakitan sambil memegang bukunya.

ARFA

Aduh..gua lupa sarapan lagi...

Sambil kesakitan memegang perut, ia segera berdiri sambil memegang bukunya, meninggalkan bawaan karena tak tahan menahan perutnya yang sakit. Ia menuju toliet di belakang. Membuka pintu itu, terkunci.

PRAMUGARI #2

Maaf mbak, penuh. Mohon di tunggu yaa..

Arfa mengangguk dan duduk di bangku dekat toilet. Sakit perutnya semakin parah, ia sudah tak tahan lagi, ia langsung berlari ke pintu keluar pesawat, pramugari tak menyadari Arfa yang meninggalkan pesawat.

CUT TO :

MEDAN

INT. BANDARA KUALA NAMU - CONTINUOUS

Arfa berlarian memegang perutnya, tampak buku tadi tak lepas dari tangannya. Dengan panik, ia berlarian ke segala arah mencari toilet, akhirnya ia melihat tanda toliet. Zumi melihat Arfa yang berlalri kepanikan.

INT. BANDARA KUALA NAMU. TOILET PRIA - CONTINUOUS

Arfa tak sadar bahwa ia masuk toilet Pria. toilet tampak kosong. Ia langsung menuju ke salah satu bilik. Ia buang hajat disitu.

ARFA (V.O.)

(kesakitan)

Aduh, nyesel banget gua gak sarapan..

(sadar memegang buku itu)

Hehehe, sammpe gak sadar ikut kebawa.

Sambil buang hajat, ia membaca buku itu.

PRIA TOILET (O.C.)

Jal, pinjam sabun muka bentar...

ARFA (V.O.)

Anjir...

Arfa yang tengah membaca, tercengang mendengar suara pria toliet, ia sadar ia berada di toliet pria. Ia bingung harus bagaimana. Akhirnya ia menunggu pria itu selesai. Terdengar suara keramaian, makin banyak pria yang masuk, tak henti-hentinya. Arfa semakin panik.

ARFA (V.O.)

Kalau gua tungguin gak bakal sepi nih tempat...

Arfa membenarkan pakaian dan jilbabnya, menarik nafas dan keluar dengan langkah pelan. Seluruh laki-laki tercengan melihat sosok arfa yang berjilbab sendirian di tengah kerumunan pria di toilet laki-laki.

Beat.

CUT TO :

INT. BANDARA KUALA NAMU. PINTU MENUJU PESAWAT - CONTINUOUS

Arfa menuju pintu menuju pesawat, ia tersadar bahwa ia telah ketinggalan pesawat. tas, dompet dan hpnya ketinggalan di pesawat. Ia berusaha meminta bantuan petugas, naum tak ada yang bisa dibantu. Tanpa uang dan hp, ia tak bisa apa-apa.

DISSOLVE TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar