13. Script Unforgettable Night Part 2

INT. APARTEMEN RANTAI - MALAM HARI

Hari Selasa, Pukul 22.16

Rantai melangkah mundur terus menerus menjauh dari pintu apartemen nya. Suara gedoran semakin kencang.

Rantai berlari kecil menuju ruang televisi. Dia mengambil ponselnya yang ada di sofa. Ketika dia sedang memencet nomor telepon polisi sambil gemetaran, terdengar suara tembakan sekali. Rantai yang kaget langsung menjatuhkan ponselnya ke lantai. Seketika dia berlari panik masuk ke dalam kamar tidurnya.

Di dalam kamar Rantai langsung bersembunyi di kolong tempat tidur. Dengan muka ketakutan bersimbah keringat Rantai berkomat-kamit membaca doa.

Terdengar suara tembakan beberapa kali di dekat pintu apartemen. Empat orang berbadan kekar berhasil masuk ke dalam apartemen lalu mengacak-acak beberapa perabotan yang ada di ruang televisi.

Di kolong tempat tidur Rantai langsung menutup mulut dengan telapak tangannya. Terdengar suara langkah kaki menuju kamarnya. Pintu kamar terbuka.

PREMAN 1 (VO)

Kemana tuh pecun?

Langkah kaki itu terdengar menjauh. Rantai menghela napas lega.

RANTAI

Ahhhhh!!!

Rantai berteriak kencang. Dirinya terseret mundur keluar dari kolong tempat tidur nya. Kakinya diseret oleh dua preman dari belakang.

Setelah berhasil mengeluarkan Rantai dari kolong tempat tidur, satu preman menjambak rambutnya lalu memaksa Rantai berlutut di bawahnya. Rantai mencoba berontak, kedua tangannya meremas tangan sang preman yang menjambaknya. Preman satu lagi menodongkan pistol ke arahnya.

PREMAN 2 YANG MENJAMBAK

Tai banget nih cewek!

PREMAN 3 DENGAN PISTOL

Woi diem Lo pecun! Gue bunuh Lo sekarang!

Rantai seketika melihat ke arah preman yang membawa pistol. Rantai langsung terdiam, mukanya pucat pasi, bibirnya bergetar.

Dua preman lainnya masuk ke dalam kamar.

PREMAN 1

Mampus Lo ketipu ma gue. Udah langsung aja sikat!

PREMAN 4

Tapi cakep ini cewek bang.

Preman 4 mendekati Rantai dan berjongkok tepat di depan Rantai, mengelus pipinya. Rantai tetap terdiam, tapi matanya mulai berkaca-kaca ketakutan.

PREMAN 4

Alus bener kulitnya.

Preman 1 menendang pelan Preman 4 mengisyaratkannya untuk menjauh dari Rantai. Preman 4 pun kembali berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar untuk mengawas. Giliran Preman 1 berjongkok di depan Rantai mengamati wajah Rantai.

PREMAN 1

Oh.. jadi ini nih kacrutnya si Toro.

Rantai membelalakkan matanya ketika mendengar nama Toro. Kepalanya menggeleng pelan, kali ini air matanya menetes jatuh tak tertahan.

RANTAI

Saya ga kenal Toro. Sumpah Bang.

Preman yang masih menjambak rambutnya tertawa kecil.

PREMAN 2 YANG MENJAMBAK

Eh bego, ga kenal tapi cepet banget jawaban Lo. Udah sikat aja sekarang.

Rantai semakin menggelengkan kepala cepat, dia menangis histeris tanpa suara, hanya sesenggukan. Mukanya memerah, sudah penuh bersimbah air mata.

Preman 1 berdiri lalu mengisyaratkan Preman 3 yang membawa pistol untuk menjalankan tugasnya. Preman 1 berjalan ke arah pintu mendekati Preman 4.

Preman 2 yang menjambak rambut Rantai melepaskannya dengan kasar, mendorong kepala Rantai lalu berjalan ke arah Preman 3 yang memegang pistol. Preman 3 bersiap-siap menarik pelatuk.

Rantai berusaha menghentikan tangisannya, masih sesenggukan sesekali. Rantai memutuskan menutup mata. Bibirnya kembali bergetar.

RANTAI

Saya mohon, jangan bunuh saya.

Tiba – tiba terdengar dua suara tembakan. Rantai terkaget sambil tetap menutup matanya, badannya terduduk mundur. Rantai langsung memberanikan diri membuka mata dan menengok ke arah pintu kamar.

Dua preman yang ada pintu kamar jatuh pingsan ke lantai bersimbah darah di punggung belakang. Dua orang pria baru berjaket kulit memegang pistol masuk ke kamar melewati preman-preman yang pingsan tersebut lalu menodongkan pistol ke arah Preman 2 dan Preman 3.

Preman 3 mengalihkan pistolnya ke arah dua orang berjaket kulit tersebut, sayang dua orang berjaket kulit tersebut lebih cepat beraksi dengan langsung menarik pelatuknya ke arah kaki Preman 2 dan Preman 3. Kedua preman tersebut langsung jatuh berlutut bersimbah darah dan pistol yang ada di tangan Preman 3 pun terlepas dari tangannya.

Seketika seorang pria lain berjaket kulit sama masuk ke dalam kamar dan menendang jauh pistol milik sang Preman 3. Kemudian pria tersebut menghampiri dan mendekati Rantai. Rantai dan pria tersebut saling bertatapan intens. Rantai mengerutkan dahinya tidak percaya ketika melihat wajah pria tersebut.

GENTA

Percaya sama kami. Nanti kami jelaskan. Ikut kami sekarang!

Pria tersebut langsung membantu Rantai berdiri dan memapahnya keluar kamar tidur, diikuti juga dengan 2 pria berjaket kulit yang lain yang memegang pistol tadi.

Rantai dan ketiga pria berjaket kulit itu berjalan cepat menyusuri lorong apartemen. Rantai berjalan berdampingan dengan pria yang tadi memapahnya keluar kamar tidur, sedangkan dua pria lainnya mengikuti mereka dari belakang sambil tetap membawa pistol.

Sambil berjalan Rantai menengok ke arah pria di sebelahnya.

RANTAI

Genta??

Genta menengok juga ke arah Rantai. Dia mengangguk, lalu kembali mengarahkan wajahnya ke arah depan. Genta memegang lengan Rantai lalu menyeretnya sedikit agar mengikuti langkah kakinya yang cepat.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar