Who Did It?
4. Act 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

60 INT. - DALAM MOBIL - MALAM 60

IAN

(berteriak) Bodoh bodoh bodoh!! Kenapa situasinya jadi seperti ini!? (menoleh ke belakng beberapa kali)

FIONA

(berteriak) Sudah kubilang dari awal seharusnya kita tidak datang kemari! (menoleh kebelakang, muka panik)

Ian sibuk mengemudi mobil dengan grasa-grusu, keringatan bercucuran di dahinya. Ian menginjak pedal gas dalam-dalam.

Fiona merebahkan tubuhnya di bangku mobil. Dia mendesah keras.

FIONA

Sekarang semuanya sudah terbongkar. (ia menoleh ke belakang lagi) Bahkan bos sudah tau. Aturan dari awal kita tabrakan saja mobil ini kemana biar ga jadi datang kemari. Sekarang apa yang harus kita lakukan?

IAN

(menoleh ke belakang) Apa ada yang mengejar?

FIONA

Inspektur itu tidak akan bisa mengejar kita. Dia jauh dibelakang.

IAN

Sekarang kita harus kabur ke luar kota.

FIONA

Jangan. Kita pergi ke pulau lain sekarang juga.

Fiona mengambil ponselnya dan mengecek layarnya.

FIONA (CONT'D)

Kita ke pelabuhan merak sekarang. Jam segini siapa tahu masih ada kapal yang beroperasi menyebrang.

Ian membanting stir dan mengarahkan mobil menuju jalan tol.

Keadaan aman disekitar mereka selama beberapa lama, sampai Ian merasa mereka sudah lepas dan kabur. Lalu tiba-tiba terdengan suara sirine mobil polisi dari kejauhan. Fiona dan Ian saling menatap dalam kengerian. Ian menancap gasnya lebih dalam lagi. Dua mobil polisi muncul dari arah berlawanan, menutup jalan mobil Ian lewat.

IAN

Ah, sial!

Ian langsung memutar stir, tapi ternyata mobil polisi yang lain muncul di belakangnya. Beberapa polisi turun dari mobil, mengarahkan pistol. Lampu mobil polisi menyinari wajah Ian dan Fiona.

POLISI

Jangan bergerak! Turun dari mobil sekarang juga atau kami tembak!

Mobil Ian tidak bergerak. Polisi berlari mendekat.

Sambil disinari lampu mobil polisi, Ian dan Fiona mengangkat tangan mereka.

CUT TO BLACK:

61 INT. - BAR - MALAM 61

Ruby sedang duduk di bangkunya yang biasa di bar. Segelas wine ada di hadapannya. Ia menyesapnya sedikit. Seseorang datang dan duduk di sebelahnya.

ARIA

Hai. (mengangkat tangan pada bartender) Tolong segelas beer. Terima kasih.

Ruby memiringkan kepalanya pada Aria. Ia menatap sahabatnya sambil tersenyum miring.

RUBY

Lihat siapa yang ada disini. (ia memerhatikan Aria). Kayaknya sudah lama sekali gue nggak ngeliat lo disini.

Bartender datang memberikan beer pesanan Aria.

ARIA

Pasti minggu-minggu yang menyedihkan buat lo karena ga ada kehadiran gue disini. (tersenyum, lalu meminum beernya)

RUBY

(mengangkat bahu) Yeah, I miss you just a little bit.

Mereka berdua tertawa dan mengobrol-ngobrol.

RUBY

Semua barang dan surat-surat berharga lo udah aman?

ARIA

(mengangguk) Ya. Pihak polisi menginterogasi Ian tentang itu, kalau-kalau ada hak milik gue yang masih dia pegang. Tapi sejauh ini gue udah klaim kepemilikan gue semua.

RUBY

(pipi bersandar pada telapak tangannya) Bagus lah. Pelajaran juga buat lo jangan langsung percaya sepenuhnya sama pasangan, apalagi masih pacar.

ARIA

(menyesap beernya) Salah gue juga sih engga berani bertindak cepat dan telat menyadari. I'm quite used to that Ian handling all my things.

RUBY

Lesson learned, then. (menyesap winenya)

Mereka mengobrol lagi.

ARIA

Anyway, kok lo bisa tahu gue ada di gudang itu?

Ruby hanya tersenyum miring.

ARIA

Lo sempet ke apartemen gue atau ngobrol sama Ian atau gimana?

Ruby menceritakan seluruh kejadian saat Aria disekap oleh Ian dan Fiona.

Aria menyatukan alisnya, ia menyilangkan kedua lengannya.

ARIA

Wow. (pause). Gue tersanjung. Tapi gue agak ga yakin, lo ngelakuin itu semua buat gue?

RUBY

(mengangkat sebelah bahunya) Yah, disamping lo teman lama gue, they also mess with the wrong person.

Ruby menoleh ke kamera sambil tersenyum miring.

CUT TO BLACK.

TAMAT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar