Who Did It?
2. Act 2 (Part 1)

12 INT. - APARTEMEN ARIA - MALAM 12

Ruby mengikuti Ian masuk ke dalam apartemen Aria. Ruby melihat ruang tengah apartemen, menyadari ada beberapa interior yang berbeda. Ian duduk di sofa.

IAN

Jadi, ada apa lo kemari?

RUBY

(duduk diseberang Ian) Gue khawatir dengan Aria.

IAN

Lo ga perlu khawatir. Polisi menyelidiki kasus ini, mereka juga sedang mencari dimana keberadaan Aria sebenarnya.

RUBY

Tapi ini udah lebih dari seminggu ga ada kabar apa-apa dari pihak kepolisian. (pause). Lo emang ga khawatir?

IAN

(memajukan posisi tubuhnya) Jelas gue khawatir. Gue udah bersama Aria lebih dari tiga tahun.

Ruby hanya ngeliatin Ian.

IAN (CONT'D)

Tapi apa yang bisa kita lakuin sekarang hanyalah bersama, menunggu kabar dari polisi. Kalaupun lo mau cari, lo mau cari kemana?

FIONA

Ian?

Terdengar suara wanita dari kamar Aria. Ruby dan Ian spontan menoleh ke asal suara. Raut wajah Ian menegang. Seorang wanita keluar dari kamar Aria, hanya mengenakan celana pendek dan kemeja putih oversize. Dia berhenti di tempat saat melihat Ruby. Mata Ruby melebar, ekspresinya kaget ketika melihat Fiona.

Ruby spontan menatap Ian, matanya menuntut penjelasan.

IAN

Gue bisa jelasin.

Ian langsung buru-buru bangkit dari sofa.

IAN (CONT'D)

Dia sekretaris gue. Kita lagi bahas urusan kantor.

RUBY

(sambil menatap Ian tajam) Dia bahkan nggak memakai celana yang layak.

Ian terlihat kehilangan kata-kata sesaat.

Ruby terus menatap Ian, lalu pandangan beralih pada wanita itu.

IAN

Tadi dia izin untuk membersihkan diri. Pas banget lo datang. (pause) Lo ga usah mikir yang aneh-aneh. Gue ga mungkin berbuat kayak gini ke Aria. Ini nggak kayak yang ada di pikiran kotor lo.

RUBY

Di pikiran kotor gue?

FIONA

Itu benar.

Ruby dan Ian menoleh pada Fiona.

FIONA (CONT'D)

Gue dan Ian rekan kerja. Tadi gue izin bersih-bersih sebentar karena celana gue ketumpahan noda makanan.

Ruby hanya ngeliatin Fiona penuh sangsi.

FIONA

Terserah lo mau percaya atau nggak.

IAN

Mending lo pulang sekarang.

Ian menunjuk pintu keluar.

IAN (CONT'D)

Lo dateng cuma mau bahas masalah Aria, gue udah jawab buat sekarang kita serahin aja semuanya dulu ke polisi. Berdoa Aria cepat ketemu. Sekarang lo mending pulang, gue masih ada urusan kantor.

Setelah menatap tajam Ian sekali lagi, Ruby mengambil tasnya dan bangkit dari kursi. Dia sempat berhenti sebentar untuk melihat ke dalam kamar Aria. Dia melihat ada koper dan beberapa baju disana.

CUT TO:

13 INT. - KORIDOR APARTEMEN ARIA - MALAM 13

Ruby berhenti berjalan, ia berdiri membelakangi pintu apartemen Aria. Ia menoleh ke belakang, menatap pintu itu.

RUBY

Seseorang harus menangkap mereka.

CUT TO:

14 INT. - APARTEMEN ARIA - RUANG TENGAH - MALAM 14

IAN

Kenapa kamu pake acara keluarga segala? (terlihat kesal)

FIONA

Aku kira tadi cuma orang delivery, aku ga tau kalau orangnya masuk ke dalam.

Ian berjalan mondar-mandir, lalu duduk di sofa.

IAN

Itu tadi teman dekatnya Aria, Ruby. Mereka sudah lama berteman. Kamu pikir apa yang nanti bakal dia bilang ke Aria karena melihatmu disini?

FIONA

(duduk di sebelah Ian) Dia tidak akan menemukan Aria.

Ian tidak menjawab apa-apa.

Fiona menggengam tangan Ian.

FIONA

Sudahlah, kamu jangan cemas.

Ian masih tidak menoleh ke arah Fiona.

FIONA (CONT'D)

Dia tidak akan penjadi penghalang. Lagipula apa yang bisa cewek itu lakukan? Mencari Aria? Polisi saja bahkan belum menemukannya sampai sekarang.

IAN

(suara pelan) Aku bahkan tidak tau apa yang dilakukan para polisi itu.

FIONA

Hei. (memutar dagu Ian ke arahnya). Kita hanya harus bersabar. Semuanya sudah diamankan.

IAN

Aku tetap saja khawatir karena Ruby sudah melihatmu disini saat Aria menghilang, hanya mengenakan celana pendek. Dia bisa bercerita pada siapa saja.

FIONA

Kamu mikirin omongan orang-orang sekarang?

IAN

Aku selalu mikirin tanggapan orang-orang. Kamu tahu, aku orang yang sangat berhati-hati.

FIONA

Oke, baiklah. Tapi kamu tidak perlu khawatir.

beat.

FIONA (CONT'D)

Kita hanya perlu berbohong beberapa lama lagi.

CUT TO:

15 INT. - RESTORAN - SIANG 15

RUBY

He definitely did it.

SARAH

Lo yakin, Ian selingkuh?

RUBY

Gue liat dengan mata kepala gue sendiri cewek itu keluar dari kamar Aria. Jelas-jelas dia abis bangun tidur atau semacamnya. (memajukan posisi tubuhnya) dan beritahu gue mana ada sekretaris numpang mandi terus pake celana pendek dan kemeja oversize dan terlihat sangat kasual dengan bosnya?

SARAH

(melipat tangannya) beberapa orang memang kasual dengan bosnya.

RUBY

(meraih minumannya) iya lah, orang-orang yang punya affairs. Friends with benefits. Boss with benefits.

Ruby menyeruput (sedotan) minumannya.

SARAH

Tapi gue masih ga percaya Ian selingkuh.

Ruby hanya melihat Sarah.

SARAH (CON'T D)

Gue tau Ian sayang banget sama Aria, ga pernah selama tiga tahun ini mereka engga terlihat mesra atau Ian main cewek lain. Apalagi sekarag ditambah Aria menghilang entah kemana. (pause). Gue ga yakin Ian bakal ngelakuin hal semacam itu.

RUBY

Aria cerita ke gue malam sebelum dia menghilang kalau dia mencurigai Ian bermain dibelakangnya.

SARAH

Serius?

RUBY

Aria bilang kalau dia nyium aroma parfum wanita lain di pakaian kerja Ian, dan dia juga sempat nemuin bros yang bukan punya dia di kotak aksesoris.

SARAH

Bros? Gimana bros cewek lain bisa ada disana?

RUBY

Itu pertanyaannya.

Sarah hanya diam saja.

RUBY (CON'T D)

Lo tau kan, Ian sering tinggal di apartemen Aria. Gue juga bingung itu cowok apa ga punya tempat tinggal atau gimana. Dan Aria kadang ke luar kota atau engga pulang ke apartemennya karena ada urusan, jadi Ian juga yang kadang ngurus itu apartemen.

SARAH

Itu wajar bukan? Mereka pernah bilang mau menikah.

RUBY

Kenapa lo susah banget percaya?

SARAH

Karena gue kenal Ian. Dia sayang banget sama Aria.

Ruby menghela napas.

RUBY

Awalnya pas Aria cerita tentang aroma parfum dan bros, gue juga engga terlalu menanggapi serius. Tapi setelah apa yang gue liat kemarin malam, I felt there is something fishy about them. (pause) But I don't have the proof.

SARAH

Like what?

Ruby hanya tersenyum misterius.

CUT TO:

16 INT. - KANTOR ARIA - SIANG 16

Ruby ikut Sarah ke kantornya. Hari ini Sarah ditugaskan kembali ke kantor yang sebelumnya yang merupakan kantor Aria juga. Ruby, Sarah, Aria dan Ian satu perusahaan, tapi Ruby berbeda gedung kantor.

Sarah menghampiri salah satu meja dan menanyakan soal laporan minggu ini.

WANITA DIBALIK MEJA

Oh iya, sebentar.

Sarah menunggu, Ruby mendekat ke sisinya.

Wanita itu memberikan laporan pada Sarah.

SARAH

Terima kasih.

Tepat saat itu mata Ruby dan wanita dibalik meja bertemu pandang. Wanita itu ternyata adalah Fiona. Kedua mata Ruby dan Fiona melebar. Wajah Fiona terlihat speechless. Sepersekian detik mereka hanya saling menatap. Fiona kembali duduk di tempatnya dan Ruby berlalu bersama Sarah.

17 INT. - LORONG KORIDOR KANTOR - SIANG 17

RUBY

Siapa cewek yang tadi lo mintain laporan? Gue belum pernah liat.

SARAH

Oh, dia yang gantiin posisi Aria selama Aria gaada.

RUBY

Dari kapan dia mulai kerja?

SARAH

Beberapa hari yang lalu, kayaknya. Kalo ga salah bos nyuruh Ian buat cari pengganti sementara posisi Aria sebagai sekretaris utama.

RUBY

Itu ceweknya.

SARAH

Hah? Kenapa sih, Rub?

Ruby mondar-mandir dua kali, ia memegang dahinya.

RUBY

Cewek yang lo mintain laporan mingguan tadi, itu cewek yang gue liat di apartemen Aria sama Ian. Cewek yang cuma pake celana pendek.

Ekspresi Sarah berubah jadi serius.

SARAH

Serius lo?

Ruby mengangguk.

RUBY

Gue rasa gue tahu.

SARAH

Apa?

RUBY

I feel like they know where Aria is.

beat.

RUBY (CON'T D)

Gue bakal cari tahu tentang mereka, dan menyelidiki kasus Aria.

Sarah terdiam sebentar.

SARAH

Kalo gitu kita ga boleh terlihat terlalu dekat. (pause). Fiona pasti udah menyadari keberadaan lo.

CUT TO:

18 EXT. - LOBI LUAR KANTOR - HUJAN - SORE 18

Ruby menunggu di depan pintu di lobi luar. Kepalanya terdongak melihat kujuran air hujan. Fiona keluar dari pintu otomatis. Dia melihat Ruby berdiri disana, lantas menghampiri dan berdiri di sebelahnya.

FIONA

Nunggui hujan reda?

Ruby menoleh. Ia sedikit terkejut melihat Fiona disebelahnya, tapi berhadil mengendalikannya dengan baik.

RUBY

Yeah.

beat.

FIONA

(sambil menatap ke depan) Jangan terlalu banyak bersangka-sangka.

Ruby menoleh lagi.

FIONA (CON'T D)

Itu bukan urusan lo. Dan apapun yang lo kira lo tau, nggak perlu terlalu percaya diri.

RUBY [V.O.]

Hah apa yang dia katakan sekarang?

RUBY

Em, maaf?

FIONA

Nggak usah mencampuri urusan gue dengan Ian. (nada angkuh)

Kini tubuh Ruby sepenuhnya menghadap Fiona.

RUBY

Hello? Lo berusaha menceramahi gue sekarang? Setelah apa yang gue liat kemarin malam?

Ekspresi wajah Fiona tetap angkuh.

FIONA

(menoleh pada Ruby) Lo ga perlu bersikap sok jagoan. Lo cuma noda kecil yang sama sekali nggak penting. (melirik Ruby dari bawah ke atas) Dan apapun yang lo pikir tentang gue dan Ian, itu salah.

Fiona membuka payungnya. Dia berjalan menembus hujan meninggalakan Ruby.

Ruby menatap tajam punggung Fiona, mulutnya terbuka tidak percaya, satu sudut bibirnya terangkat.

CUT TO:

19 INT. - RUANG INSPEKTUR POLISI - SIANG 19

Ruby membuka pintu ruang inspektur polisi. Inspektur polisi sedang berbicara dengan rekannya mengenai kasus minggu lalu. Rekannya kemudian keluar. Inspektur polis menyapa Ruby dan mempersilakan duduk.

INSPEKTUR POLISI

(sambil duduk) Apa yang membawamu kemari, Nona?

RUBY

(duduk di kursi) Saya ingin menanyakan kasus hilangnya teman saya, Pak. Aria Ganesha.

Inspektur membuka mulutnya sebagai reaksi, lalu mengangguk. Ia menggunakan gestur tangan untuk menyuruh Ruby berbicara.

RUBY

Apa sudah ada informasi terbaru tentang keberadaan Aria, Pak?

INSPEKTUR POLISI

(sambil mengaitkan kedua jarinya) Sejauh ini belum.

RUBY

Kalau boleh saya tahu, selama proses pencarian apa pihak polisi mempunyai acuan tertentu dalam kasus ini? Seperti saksi atau barang bukti yang bisa dijadikan sebagai pelacak?

INSPEKTUR POLISI

Kami tidak memiliki apapun, kecuali kesaksian dari Saudara Ian yang merupakan pacar dari Saudara Aria sebelas hari yang lalu. Dia mengatakan jika Aria hanya menghubunginya sekali saat pagi hari, tapi tidak pernah pulang ke rumah di hari yang sama Aria menghubunginya. Saudara Ian juga berkata Saudara Aria juga hanya menelfon singkat, bertanya sedang berada dimana, yang mana saat itu Saudara Ian sedang berada di luar kota.

Inspektur terdiam sesaat.

INSPEKTUR POLISI (CON'T D)

Jika harus jujur, sebenarnya pihak kepolisian cukup susah menyelidiki kasus ini. Mengetahui tidak banyak yang bisa dimintai keterangan.

Ruby juga terdiam. Ekspresinya memikirkan sesuatu.

RUBY

Tapi Ian berkata pada saya Aria tidak pernah menelepon di hari dia menghilang itu.

Ekspresi Inspektur Polisi terlihat tertarik, Ia memundurkan posisi tubuhnya.

RUBY (CON'T D)

Saya orang terakhir yang bersama Aria. Kami sempat pergi ke bar malam sebelumnya, lalu keesokan harinya Aria menghilang.

INSPEKTUR POLISI

Apa Saudara Aria mengatakan sesuatu malam itu?

Ruby menggeleng.

RUBY

Tidak. Kami hanya hang out seperti biasa. Setelah pertemuan itu Aria juga langsung pulang ke apartemennya, seperti biasanya.

Inspektur Polisi hanya bergumam.

INSPEKTUR POLISI

Apa ada kemungkinan dia sedang berlibur atau semacamnya?

RUBY

Saya meragukan itu, Pak.

INSPEKTUR POLISI

Jadi tidak ada yang aneh di malam sebelum dia menghilang?

Ruby terdiam selama tiga detik.

RUBY

Tidak, Pak.

CUT TO:

20 INT. - KANTOR POLISI - SIANG 20

Ruby duduk di bangku panjang di ruang tunggu kantor polisi. Ekspresi wajahnya berpikir. Ia menyadari semunya.

DISSOLVE TO:

21 INT. - KORIDOR APARTEMEN RUBY - MALAM - FLASHBACK 21

Sarah menelepon Ruby, memberitahu Aria meneleponnya tapi tidak berkata apapun lalu sambungan telfon terputus.

CUT BACK TO:

22 INT. - KANTOR POLISI - SIANG 22

Ruby memikirkan Ian. Kesaksian Ian pada pihak polisi dan apa yang dikatakannya pada Ruby jelas berbeda. Ruby mengangkat wajahnya, mengerti.

CUT TO:

23 EXT. - DAERAH GUDANG TERBENGKALAI - MALAM 23

Ian dan Fiona berjalan ke mobil. Fiona berhenti di pintu kursi penumpang sementara Ian berputar ke pintu pengemudi.

FIONA

Sekarang apa yang harus kita lakukan selanjutnya?

IAN

(sambil mengangkat wajahnya) Tidak ada. Menurutku sampai sekarang sudah cukup.

Fiona menoleh ke arah daerah gudang. Dia kembali melihat Ian.

FIONA

Berapa lama kita harus menahan Aria?

IAN

Sampai kita tahu pasti apa yang harus kita lakukan selanjutnya.

FIONA

Tapi kita udah mendapatkan apa yang kita incar kan?

IAN

Belum selesai. Masih banyak yang harus dibereskan.

Fiona bersandar pada pintu mobil.

IAN

Paling nggak, sampai sekarang semuanya udah aman.

Ian membuka pintu pengemudi dan masuk ke dalam. Fiona juga membuka pintu penumpang dan masuk. Mesin mobil menyala.

CUT TO:

24 INT. - APARTEMEN ARIA - MALAM 24

Ponsel Ian berdering, nama Ruby tertulis di layarnya. Dia mengangkatnya dengan masam.

IAN

Ada apa?

INTERCUT TO:

25 INT. - APARTEMEN RUBY - MALAM 25

RUBY

Halo, Ian? Gue mau ketemu sama lo. Lo bisa malam ini?

INTERCUT TO:

26 INT. - APARTEMEN ARIA - MALAM 26

IAN

(terlihat masam) Emangnya ada apaan?

RUBY

Gue mau ngomongin kasuknya Aria.

IAN

(makin terlihat malas) Harus banget ketemu?

INTERCUT TO:

27 INT. - APARTEMEN RUBY - MALAM 27

RUBY

Harus! (sambil berjalan) Banyak hal yang mau gue diskusiin sama lo (duduk di sofa) siapa tahu kita bisa menemukan titik terang keberadaan Aria.

INTERCUT TO:

28 INT. - APARTEMEN RUBY - MALAM 28

Ian mengusap wajahnya.

RUBY

Halo? Ian?

IAN

Lo ga usah repot-repot. Polisi udah menangani kasus ini.

RUBY

Ya, tapi kita ga bisa bergantung pada polisi doang. Mereka aja sampai sekarang belum punya kabar. Apa lo ga pengan Aria cepat ketemu?

Ian hanya terdiam beberapa lama.

IAN

Biarin polisi aja yang nanganin, lo ga perlu ikut campur.

Ian mematikan sambungan telfon.

INTERCUT TO:

29 INT. - APARTEMEN RUBY - MALAM 29

RUBY

Halo? Ian? Ian!

Ruby melihat layar ponselnya. Sambungan telfon diputus. Wajahnya terlihat kesal.

30 INT. - LOBI APARTEMEN ARIA - MALAM 30

Lift berdenting terbuka dan Ian keluar dari dalamnya. Ian memasukkan satu tangan ke saku celananya dan menunduk melihat jam tangan di pergelengan tangannnya.

RUBY

Ian!

Ian menoleh ke asal suara.

Ruby berada tidak jauh dari pintu masuk utama apartemen. Dia berlari kecil ke arah Ian.

Ekspresi Ian berubah kesal. Ia mengatupkan gigi dan mulutnya.

IAN

(saat Ruby sampai di depannya) Ngapain lo kesini?

RUBY

Kayak yang udah gue bilang di telfon, gue mau ngomongin soal—

IAN

(memotong dengan nada membentak) Berapa kali gue bilang nggak usah ikut campur?

Ruby terdiam, terkejut Ian meninggikan suaranya.

IAN

Sekarang gue tanya sama lo, apa sih yang bisa lo lakuin, hah? Polisi aja bahkan ga bisa selesain ini masalah dalam waktu singkat, terus lo berharap gue mau kerja sama lo, gitu? Lo kira gue ga ada kerjaan lain yang harus gue urus?

RUBY

Lo ga perlu bentak-bentak gitu. Gue cuma khawatir dengan Aria.

Ian hanya mendengus.

IAN

Lo kira gue juga ga sibuk? (suara meninggi, membalas) Lo sebagai pacarnya harusnya lebih khawatir, bukannya kaya gini. Heran gue, cewek lo hilang lo malah bisanya tenang-tenang aja, seneng ya lo Aria hilang, bisa tempatin apartemennya sesuka hati?

Ian langsung menoleh dengan tatapan tajam.

IAN

Nggak usah banyak omong lo. (pause). Gue emang sering ngurusin dan bertanggungjawab atas keperluan Aria, karena gue pacarnya. (memandang Ruby dari bawah ke atas). Ga kayak lo, yang cuma teman lamanya yang dia temui seminggu sekali, buat cuma numpahin sampah-sampahnya pada lo.

Wajah Ruby mengeras.

IAN

Gue ga ngerti, kenapa lo sampai segininya sama orang yang cuma hang out sama lo karena kasihan.

RUBY

Jaga ya mulut lo. Gue dan Aria udah berteman dari SMA, kita selalu berteman baik. Dan lo, baru juga kenal dia selama beberapa tahun.

IAN

(mencemooh) Tapi waktu gue lebih intens ketimbang lo.

Ruby diam saja.

IAN (CON'T D)

(melirik Ruby) Sampah.

Ian langsung pergi begitu saja meninggalkan Ruby. Wajah Ruby memerah karena marah dan kesal. Dia mengambil ponsel dari tas selempangnya.

RUBY

(sambil menatap tajam punggung Ian) Sar, gue butuh bantuan lo.

CUT TO

31 INT. - KANTOR - SIANG 31

Sarah duduk di meja kerjanya. Ruby lewat di depan meja kerja Sarah, berhenti sesaat. Mereka berdua saling lirik. Ruby mengangguk pada Sarah, lalu kembali berjalan. Sarah bangkit dari kursinya sambil menganggak beberap berkas.

CUT TO:

32 INT. - LORONG GEDUNG APARTEMEN ARIA - SIANG 32

Ruby berjalan ke sebuah tanaman yang berada di lorong apartemen, dekat lift. Dia melihat sekeliling, lalu membungkuk. Ruby mencari di antara daun dan mengais di antara tanah di dalam pot, lalu menemukan kunci. Ruby berjalan menuju apartemen Aria, memutar kunci dan masuk ke dalam.

CUT TO:

33 INT. - RUANG TENGAH APARTEMEN ARIA - SIANG 33

Ruby menutup pintu. Dia melihat sekeliling ruangan. Sudah banyak yang berubah. Dia bahkan melihat barang-barang baru yang bukan milik Aria. Ruby memerhatikan meja panjang tempat Aria menata foto-fotonya. Hanya tersisa satu foto Aria disana, digantikan dengan tanaman hias.

Ruby muli menggeledah apartemen Aria. Membuka-buka laci, memeriksa sofa, vas bunga, semuanya yang bisa dijadikan barang bukti. Ruby menghela napas gusar, ia tidak menemukan apapun.

CUT TO:

34 INT. - KAMAR MANDI APARTEMEN ARIA - SIANG 34

Tirai kamar mandi tersibak. Ruby memeriksa shower dan bath up. Ada sabun dan sampo yang bukan merk yang biasa Aria pakai. Ruby memerika kotak dan laci di westafel. Ia bersandar membelakangi westafel dengan ekspresi kesal/ironi/paham.

RUBY

Cewek itu jelas-jelas tinggal disini selama Aria ga ada.

Ruby keluar dari kamar mandi.

CUT TO:

35 INT. - KAMAR TIDUR ARIA - SORE 35

Ruby membuka pintu kamar tidur Aria. Dia terkejut melihat kamar tidur Aria benar-benar berubah. Ada barang-barang Fiona dimana-mana. Ruby mengecek lemari, dengan gusar ia memilah-milah baju yang dia tahu bukan milik Ruby. Tidak ada apapun.

Ruby beralih ke meja rias Aria. Ia membuka-buka laci. Di laci terakhir tangannya berhenti bergerak.

Ponsel Aria ada disana.

RUBY

(mengambil ponsel itu) Hah. (menatap ponsel itu) They will get the reward.

Ruby berjalan melintasi ruangan, mencari charger. Sembari mencari satu pesan masuk ke ponselnya. Dari Sarah.

SARAH [PESAN]

Gue nggak bisa nahan Ian lebih lama lagi, berkas-berkasnya udah selsai dan udah dia tanda tangani semua. Fiona juga baru aja pergi. Mending lo keluar dari sana sekarang juga.

Ruby menggigit bibirnya, ia mendesah keras.

Ruby cepat-cepat mengembalikan ponsel itu ke dalam laci, memposisikannya seperti semula. Dia juga merapikan beberapa baju Fiona, dan meja rias. Menutup pintu laci dan keluar dari kamar Aria.

Lacinya belum tertutup sepenuhnya, ada bagian yang miring sedikit.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar