Toko Tanah Bambang
3. Pengusaha dilarang Malas

FADE IN.

34. INT. RUMAH KELUARGA BIMA — KAMAR BIMA — SHUBUH — PAGI

Adzan berkumandang. BIMA menggeliat. Tampak badannya pegal-pegal karna semalaman tidur dengan posisi yang kurang pas, masih memakai celana jeans pula. 

BIMA mandi, ganti pakaian sholat kemudian menunaikan sholat shubuh.

Selesai sholat BIMA berdoa dengan sangat khusyu’.

BIMA
(Menengadahkan tangan)
Ya Allah... engkau tau apa niat hamba memilih berwirausaha,daripada bekerja kepada orang lain. Jika niat hamba keliru, hamba mohon untuk diluruskan. Jika lebih baik hamba menutup toko itu, berikanlah petunjuk juga ya Allah.


BIMA terdiam, menatap tempat sujud, hingga akhirnya tertidur masih dalam posisi duduk dan kepala menyender ke ranjang tempat tidurnya.

Zoom in sisi lain kamar BIMA yang belum tertangkap kamera. Foto wisuda sarjananya bersama BAYU dan LINDA, foto bersama teman-temannya di depan kampus, BIMA saat itu memakai slempang bertuliskan ‘Muhammad Abimana Rizky, S.Ak’.

Tiba-tiba ponsel berdering.

BIMA meraih ponselnya yang tidak jauh dari tempatnya sholat. Ada satu pesan whatsApp dari teman sekolahnya dulu, Anita, yang berisikan: “Bim, Spill gamis yang bisa dipake buat seragaman pengajian dong. 37pcs yaa, yang sekalian sama jilbabnya.”


BIMA melompat dari atas sajadahnya. Melakukan selebrasi yang heboh, lalu kembali lagi ke atas sajadah. “Makasih ya Allah!”.


Jam digital menunjukkan pukul 6.30 pagi. BIMA menelepon BONO

BIMA
Bon, berangkat sekarang.

CUT TO:


35. INT. KAMAR BONO — PAGI 

BONO
(terlihat masih malas-malasan di kasur)
Lah, katanya ngga usah berangkat dulu,
(meniru gaya bicara bima)
Tokonya ngga ada kemajuan, ngabis abisin bensin.
(melirik jam dinding di kamarnya)
Ini juga belum jam tujuh.

CUT TO:

36. INT. KAMAR BIMA — PAGI 

BIMA mengambil baju dari lemari, ponsel tergeletak di atas ranjang dengan mode loudspeaker on.

BIMA
Yaa maka dari itu kita harus ada perubahan, nggak telat terus buka tokoknya.
(Beat)
Udah, aku berangkat duluan ya, naik onlinejek. Nanti kamu langsung ke toko aja.


BIMA masuk ke kamar mandi tanpa menutup telponnya, sementara terdengar suara BONO yang mengomel karna BIMA lagi-lagi seenaknya sendiri.

CUT TO:

37. INT. DAPUR RUMAH BIMA — PAGI 

LINDA tengah asik memotong sayuran sembari mendengarkan playlist lagu-lagu kenangan yang ia putar melalui DVD. Tampak di layar televisi video klip lagu Titiek Sandora yang berjudul ‘Dunia Belum Kiamat’. Sesekali ia ikut bernyanyi lalu menengok ke arah pintu kamar BIMA.


Tiba-tiba BIMA muncul dari balik pintu kamar dengan pakaian rapi dan wajah sumringah.


LINDA terlihat kaget sekaligus lega.

LINDA

(Masih dengan posisi yang sama, duduk memotong sayuran)
Bono udah jemput kah?


BIMA

Ngga, Ma. Bima mau naik onlinejek.


LINDA

Kemana?


BIMA

Ke perusahaan aku dong. Nih, ada tender seragaman dari client.
(menunjukkan chat dari Anita)


LINDA

(Terkejut, gembira)
Waaah... mantep nihh...
(Beat)
Eh sebentar, ini Anita yang...
(mencoba mengingat sesuatu)

BIMA

(mengambil gelas)
Yang pernah main ke sini bareng temen komunitas itu loh Ma.


LINDA

Oh, yang cantik pinter itu kan? Yang pernah bantuin Mama masak masak juga pas acara tasyakuran sidang skripsi kamu?


BIMA

Iyaa... betul !
(membuka kulkas)
Martabak semalem mana, Ma?


LINDA
Tuh, di samping air fryer. Baru diangetin.
(Beat)
Eh, gimana kabar Anita sekarang? Kalian masih kontak ngga?


BIMA

(Mengambil kotak makan dan memasukkan beberapa potong martabak)
Baik, sehat. Masih kok.Sekarang dia kerja jadi CS provider gitu.


 LINDA

Oh gitu.. masih intens ngga?
(berhenti memotong sayur)


BIMA

Yaa.. nggak lah, dia kan udah repot, punya anak bayi. Jadi udah jarang muncul di grup.


LINDA

Ooh.. udah nikah..
(Tampak raut wajah kecewa, kemudian melanjutkan memotong sayur)


BIMA

Bima berangkat dulu ya, Ma. Udah order onlinejek nih,bentar lagi sampe.


LINDA

Loh, ngga sarapan dulu?

BIMA

Ngga, nanti aja di toko.
(Menyalami tangan Linda)
Assalaamu’alaikum, Mama tersabar di dunia.
(tersenyum, lalu pergi)


LINDA

(Tersenyum)
Waalaikum salaam,
(Beat)
Anakku yang hatinya paling lembut.
(dengan suara pelan, sambil menatap punggung Bima yang menjauh)


CUT TO:

38. EXT. JALANAN — PAGI 

BIMA dan Abang oljek melewati jalan yang biasa dilaluinya bersama Bono menuju toko, dengan kondisi lebih ramai karna saat itu hampir jam 7 pagi, di mana banyak pelajar sekolah memadati ruas jalan. 

BIMA melamun dan tiba-tiba terlintas di fikirannya, percakapan dengan ibunya tadi. 

CUT TO:

39. INT. DAPUR RUMAH BIMA — FLASHBACK - PAGI 

LINDA

Oh gitu.. masih intens ngga?
(berhenti memotong sayur)

BIMA

(Melihat rauh wajah LINDA yang sumringah dari bayangan cermin dapur)
Yaa.. nggak lah, dia kan udah repot,punya anak bayi. Jadi udah jarang muncul di grup.


LINDA

Ooh.. udah nikah..
(raut wajah kecewa, kemudian melanjutkan memotong sayur)


BIMA melihat perubahan ekspresi LINDA dan menunduk sedih.

CUT TO:


40. EXT. JALANAN — PAGI 

BIMA

(menepuk bahu abang oljek)
Bang, nanti lewat SLB Harapan Baru yaa !
(sedikit berteriak)


ABANG OLJEK

(menepikan motor)
Gimana? SLB HARBAR?
(melepas helm)
Kan ngga searah mas..


BIMA

Searah bang, kalo lewatnya pasar kemis.


ABANG OLJEK

(Merengut)
Sama aja muter jauh mas, jaraknya bisa dua kali lipat itu


BIMA

Pliisss... yaaa...


ABANG OLJEK

Gimana ya mas, kalo muter jauh bensinya jadi ....


BIMA

Tenaang, ada tip lah pasti nanti.
(menepuk bahu abang gojek)
Dah yuk, jalan.


ABANG OLJEK

(Memakai kembali helmnya)
Yaudah deh..


Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan hingga hampir melewati SLB Harapan Baru.

BIMA

(Menepuk pundak Abang ojek lagi)
Bang !! bang !!


ABANG OLJEK

(Dengan raut wajah kesal)
Apa lagi...


BIMA

Ntar kalo pas lewat depan gerbang pelan pelan ya.. Pokoknya pelaan banget.


CUT TO:

41. EXT. DEPAN GERBANG SLB HARAPAN BARU - PAGI 

Mereka berdua melewati SLB Harapan Baru. Sesuai arahan, ABANG OLJEK memperlambat laju motornya, sehingga BIMA bisa menyaksikan dengan jelas rutinitas pagi siswa yang berangkat sekolah, mereka akan bersalaman dengan para guru yang menyambut, dan salah satu guru yang ada di situ adalah ... “Sabila”


Sabila tampak sangat cantik mengenakan setelan seragam khaki dengan jilbab warna sepadan yang dililitkan di leher, persis model jilbab ala bu Cinta, istri Ridwan Kamil.


Wajahnya yang putih ditambah lesung pipi yang semakin kentara saat dia tersenyum lebar, membuat perempuan itu terlihat manis maksimal. Senyumnya sangat tulus, terlihat dari bagaimana ia memeluk hangat anak-anak disabilitas yang bersekolah di situ.


BIMA mengamati Sabila seraya tersenyum, antara terpesona dan getir. Karena merasa belum berani mendekatinya.


42. INT. TOKO BUKU – FLASHBACK - PAGI

Awal mula BIMA dan SABILA bertemu. Sekitar seminggu yang lalu.

Keduanya sedang memilah buku di baris rak yang sama, tanpa sengaja SABILA meninggalkan totebagnya di dekat BIMA.


BIMA yang tampak kebingungan menemukan totebag, lalu mencoba mencari informasi identitas untuk mengembalikannya. Tapi saat membuka pouch kecil yang ia kira adalah dompet berisikan kartu pengenal, ternyata berisi beberapa lembar amplop berisikan uang pecahan 20.000 dengan tulisan: ‘semangat para pejuang nafkah keluarga, semoga Allah memudahkan rezeki dan segala urusanmu’.

BIMA langsung paham, bahwa amplop itu pasti akan diam-diam ia selipkan untuk orang-orang yang berdagang di tepi jalan. Pada detik itu, BIMA sudah jatuh cinta bahkan sebelum melihat pemilik totebag tersebut.


Kemudian BIMA menemukan identitas yang dibutuhkan, sehingga menemukan nama pemiliknya, yaitu “Sabila Yasmin Hadi” pada nametag guru SLB Harapan Baru. BIMA segera membawa totebag itu ke bagian informasi. Tapi sebelum ia sampai, Sabila justru tiba-tiba muncul di hadapannya.


SABILA

(menunjuk tasnya)
Maaf, Mas. Itu.. tas-ku.
(menatap BIMA tegas)


BIMA

(Salah tingkah, tapi berusaha tetap tenang)
Coba, sebutkan nama lengkap pemilik tas ini.


SABILA

(Terkejut)
Mas udah buka-buka tas saya ya?


BIMA

Ya, saya hanya berusaha menjaga tas ini agar tidak diambil oleh orang yang pura-pura mengaku menjadi pemiliknya.


SABILA

Sabila Yasmin.
(tatapannya tertuju pada tasnya)


BIMA

Nomor handphone?


SABILA

(Melotot kaget, tapi justru jadi lebih cantik dan lucu)
Maksudnya?


BIMA

(Gugup)
Oh iya.. ngga perlu ya, maaf.
Ini, 
(menyerahkan tas)


SABILA

Terimakasih.


SABILA juga terlihat salah tingkah, lalu ia meraih tasnya dan beralih pergi menuju kasir, tanpa menolah ke belakang lagi.

BIMA memperhatikan Sabila dari belakang hingga terlihat bahwa buku yang hendak dibeli Sabila berjudul ‘Jodoh Jatuh Tempo – Dwi Suyiknyo’. BIMA menahan senyum bahagianya, karna bisa secepat itu memastikan bahwa perempuan itu masih jomblo.

CUT TO:

43. EXT. DEPAN GERBANG SLB HARAPAN BARU - PAGI 

ABANG OLJEK

Mas, versi slow-mo nya udah belum nih? pegel saya kalo pelan banget begini.

Laju motor sangat pelan, bahkan mesin sampai dimatikan dan Abang gojek berjalan di atas motor, layaknya anak balita yang sedang menggunakan sepeda tanpa pedal.


BIMA

(Terlihat ngga enak)
Hehe.. maaf bang, yuk lanjut.
Naikkan speed !
(menepuk kembali pundak abang oljek)


ABANG OLJEK

(Menarik nafas dalam, tampak kesal)
OK.
(menggumam)
Awas aja kalo tipnya cuma lima ribu.


CUT TO:


44. EXT. DEPAN HALAMAN TOKO TANAH BAMBANG - PAGI 

BIMA dan ABANG OLJEK tiba di halaman toko. BIMA melepas helm dan ABANG OLJEK pergi.

Betapa kagetnya BIMA saat melihat BONO ternyata sudah ada di teras toko dengan aura kelam dan ekspresi horor sehoror-horornya. 

BIMA melirik jam tangannya dengan takut. Ternyata betul, jam sudah menunjukkan pukul 7.40 pagi.


BIMA

(Menepok jam tangannya, ngomel sendiri)
Ah, kelamaan tadi flashbacknya sih !

BONO masih menatap BIMA tajam dengan tatapan kesal tapi pasrah, seakan berkata ‘terserah lu deh’.

BIMA

(Mencoba basa basi)
Maaf ya Bon, belum bisa masuk ya..


BONO

(dengan nada datar, menahan emosi)
Ya engga kan kuncinya di elu.


BIMA

Iya sih ya.. ngga ada serepnya.


BONO

(masih dengan nada yang sama)
Ya engga, kan diilangin terus sama elu.


BIMA

O Iya... hehe.
(berarah menuju pintu toko, kemudian melihat ada cup bekas bubur bayi di teras)

BONO melirik jutek ke arah BIMA yang terlihat seakan-akan mau mengomentari cup bubur bayinya.  

BIMA

Ngga papa kok.. enak kok bubur bayinya. Bikin sehat, aktif dan ceria.
(mencoba membuka pintu toko)


BONO

(membantu BIMA membuka pintu)
Ada apa sih tadi malem?


BIMA

Biasa.. Overthinking.


BONO

Pasti dimarahin lagi sama Mas Bayu, ya?


BIMA

Ngga marah langsung kaya biasanya sih. Cumaa, nyindir gitu. Katanya aku ngga realistis lah, Ngga cocok jadi pengusaha lah,


BONO

Emang bener sih.
(Selesai membuka pintu)


BIMA

Lah, kok gitu?


45. INT. TOKO TANAH BAMBANG – PAGI 


BONO

(Masuk toko, ambil sulak)
Kayanya lo keliru dalam memahami arti berwirausaha, deh.


BIMA

(Mengikuti BONO yang sedang mondar-mandir menyulaki baju-baju yang digantung)


BONO 

Lo pasti mikirnya jadi pengusaha UMKM gini akan lebih santai dan fleksibel daripada karyawan biasa karna ngga terikat jam kerja.
Padahal justru kita ini harusnya lebih cape. Harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih sore dari mereka, belum lagi harus mikirin target-target penjualan juga.
(Menatap BIMA serius)
Dan menurut gue, lu itu ... males. Sekarang aja gue lagi beres-beres lu malah diem aja.


BIMA

(Kikuk, ambil sapu)

BONO 

Formalitas doang kan lu, nyapunya, paling juga ngga bersih kaya biasanya.


BIMA

(canggung, kemudian membawa sapu ke arah BONO)
Tapi tau ngga, kenapa tadi pagi aku tiba-tiba semangat dan ngajakin buka toko?


BONO

Kenapa?


BIMA

Ada yang order set gamis buat seragaman 37pcs.


BONO

Hah? Serius?
(ekspresi juteknya berubah menjadi antusias)


BIMA

Ya, Lah. Makes-males gini juga aku yang ngiklan terus tiap hari.


BONO

Ya udah, ayok bungkus. Minta yang mana dia?


BIMA

Bentar tak video call dulu.
(Mengambil handphone di kantong dan menyerahkan sapu ke BONO)


BIMA mencoba menelpon ANITA dengan gayanya yang tengil.

Setelah beberapa lama, telepon tersambung. BIMA segera mengubahnya menjadi mode Videocall.


ANITA

(Tampak di layar sedang menyuapi anaknya)
Yo, gimana Bim?


BIMA

(Meletakkan handphone di tripod live streaming)
Aku udah di toko nih.


ANITA

O iya.. mana aja pilihannya?


BIMA

Kalo yang ready 37pcs sih ada nih 4 model. Ntar aku kasih liat ya,
(Memberi kode kepada BONO untuk mengambilkan)


ANITA

Widih, mantep nih punya karyawan.


BIMA

Oh bukaaan .. kita partner kok.
(menyanggah tapi tersenyum senang)


ANITA 

Halah, mosok.


BONO masih memegang sapu, mulai jengkel lagi melihat ekspresi BIMA yang tengil, dan karena dianggap sebagai karyawan.

BONO

Yang set hijab bahan Wolfis sama katun Madina bukan sih?


BIMA 

Iya, yang bahan Wolfis pink polos, sama Magenta kombinasi lavender. Trus katun Madina Warna peach sama Sage green.
Dipasangin ke manekin sekalian ya, Bon.


BONO 

Hmmmm...


ANITA

Lo gaji berapa sih dia? Jutek amat.


BIMA 

Haha Apaan si.


BONO

(memasang baju di manekin sambil menirukan perkataan BIMA)
Hihi ipiin si.
(menggumam)
Bilang tuh, gue ke toko aja ngga modal,nebeng karyawan terus.


BIMA

Bentar ya Nit.
(Memposisikan salah satu manekin sejajar dengan layar. Persis seperti mode live streaming)


BIMA

Yang ini material wolfis, resleting dada,tangan kerut, ada variasi renda di bawah, satu ukuran. L.


ANITA

Jangan yang satu ukuran dong, soalanya ada 6 emak-emak yang bohay nih.


BIMA

Kalo gitu berarti tinggal satu model doang nih, yang katun Madina warna peach.
(Memberi kode kepada BONO untuk mengganti baju yang di manekin)
Ada ukuran M, L, XL.


ANITA

Nah,coba yang XL.


BIMA

Yang XL Bon.


ANITA

LD nya berapa tuh?


BIMA

Hah? Apaan?


ANITA

LD, Lingkar dada. Masa jualan baju ngga ngerti sih?


BIMA

Oh.. itu.. mm.. engga.. bukannya nggak tau, tapi ngga denger tadi.
(Ngeles)
Bentar,kayanya kelupaan belum diukur deh.
(melihat Bono)
Bon, bon. Itu yang di manekin tolong ukurin Lingkar dadanya dong.


BONO

(tampak kebingungan)
Apanya yang diukur?
(membolak balikkan meteran)


BIMA 

Udah belum bon?


BONO

(Menatap BIMA)
Lingkaran gimana woi??


BIMA

Dadanya.
(Memberi kode lingkaran dengan telunjuknya)


ANITA

Berapa Bim?


BIMA

Berapa Bon?


BONO

32cm.
(Sedikit berteriak agar ANITA mendengar)


ANITA

Hah kok bisa? Kecil amat. Coba gue liat.


BIMA

(Memberi kode kepada BONO untuk membawa manekinnya ke depan layar)


BONO

(Menuruti instruksi BIMA dan mengukur bulatan buah dada manekin di hadapan Anita)
32 nih.


ANITA

Hah? Hah? Kok bisa gitu ngukurnya?
(Tertawa sangat keras)
Bego sumpah !
(Tertawa lagi sampe ngik ngik)
Lingkar dada tuh ngukur dari ketek ke ketek melingkar woi, bukan ngukur buah dadanya.
(Masih sambil tertawa)
Ajaib karyawan lo Bim.


BONO

(Mengukur ulang LD dengan betul. Mukanya merah padam menahan marah sekaligus malu)
106cm. Gimana, XL nya 6pcs sisanya yang 31pcs ukuran L ya? Mau dikirim kapan?
(Cecar BONO, tegas. Berusaha sebaik mungkin mengembalikan harga dirinya)

ANITA 

Ntar, gue bilang suami dulu. Bye.
(Mematikan telfon)


BONO dan BIMA syok, kemudian saling tatap.


BIMA

Artinya apa tuh?


BONO

Artinya dia ngga jadi beli.


BIMA

(terkejut)
Sumpah, Bon?


BONO

Kebanyakan cewe kan gitu kalo ngga mau beli. Ngelesenya kalo ngga “Belum di ACC suami”, ya “Nanti kalo gajian kukabarin lagi”.
(Kembali ke aktivitasnya bersih-bersih toko)


BIMA

Semoga aja jadi deh ya..
(Melepas handphonenya dari tripod)
Tapi seenggaknya dia udah ngajarin kita cara ngukur Lingkar Dada tadi ya..
(Berusaha menghibur diri)
Tapi aku yakin kok, pasti ada alasan baik kenapa kita tetep jadi buka toko hari ini. Siapa tau ada yang hari ini mampir dan borong kan?


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar