Telepon Yang Tak Pernah Berdering
5. Babak 2 (4)

53. EXT. JALAN RAYA ANTAR PROVINSI — SIANG

Pak Samudji dan supir telah selesai memasang ban baru bus. Para penumpang yang tadinya beristirahat di luar bus sembari menunggu bus diperbaiki kini mulai masuk kembali. Ban lama yang pecah diangkat oleh Kenek dan di simpan di bagasi.

SUPIR BUS
(bahasa Jawa)
Makasih banyak pak udah bantuin saya

PAK SAMUDJI
(bahasa Jawa)
Oh sama-sama, udah biasa saya kalo bantu-bantu orang

Pak Samudji kemudian menghampiri Tini yang sedang mengantri masuk di depan pintu bus dan memanggilnya

PAK SAMUDJI (CONT'D)
Tin, maafin ucapan saya tadi ya

Tini tersenyum kecil dan sedikit kebingungan

TINI
(bahasa Jawa Cilacap)
Gak apa-apa pak

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam bus secara bergantian.


54. INT. DI DALAM BUS — MOMENTS LATER

Tini dan Pak Samudji duduk di kursinya masing-masing, mereka bersiap untuk kembali berangkat, Pak Samudji membenarkan kopiahnya dan meluruskan lengan baju yang tadi ia gulung.

Supir bus menyalakan mesin, namun mesin tak mau menyala dan tersendat, ia mencoba beberapa kali dan masih sama hasilnya. Para penumpang kembali keheranan, termasuk Tini yang duduk di sebelah Pak Samudji.

SUPIR BUS
(bahasa Jawa)
Coba dorong dari belakang sambil kunyalain

Supir memerintahkan Kenek untuk turun. Tini mulai berdiri dari kursinya dan melihat ke arah kursi Supir. Para penumpang kembali menggerutu dan berceloteh satu sama lain

PENUMPANG 3
(bahasa Jawa)
Heleh kenapa lagi ini?

PENUMPANG 2
(bahasa Jawa)
Wah ngaco ini busnya

SUPIR BUS
Sabar ya bapak-bapak, ibu-ibu, busnya emang udah tua jadi banyak masalah. Ini lagi kami coba perbaiki

Supir kembali mencoba menyalakan mesin


55. EXT. JALAN RAYA ANTAR PROVINSI — CONTINUOUS

Kenek bus mencoba mendorong bus dari belakang seorang diri dengan susah payah ketika bus dinyalakan. Beberapa penumpang yang duduk di kursi belakang melongok untuk melihat aksi si Kenek.


56. INT. DI DALAM BUS — CONTINUOUS

Supir kembali mencoba menyalakan mesin, mesin tak mau menyala dan tetap tersendat. Pak Samudji dan Tini resah karena bus belum bisa menyala. Tini dengan ragu-ragu lalu keluar dari tempat duduknya 

TINI
(ke Pak Samudji)
Permisi pak

Pak Samudji keheranan melihat Tini. Tini berjalan ke depan bus lalu keluar. Orang-orang memperhatikan Tini

PAK SAMUDJI
(bahasa Jawa Cilacap)
Tin, mau ke mana?

57. EXT. JALAN RAYA ANTAR PROVINSI — CONTINUOUS

Tini berdiri di samping Kenek dan menempelkan tangannya di bagian belakang bus, ia membantu si Kenek untuk mendorong bus dengan sekuat tenaga ketika mesin berusaha dinyalakan oleh si Supir. Orang-orang di dalam bus melihat Tini membantu si Kenek.

Sendal Tini bergesekan dengan aspal, dia mendorong dengan kuat, si Kenek juga memasang kuda-kuda dan mendorong di sebelah Tini.


58. INT. DI DALAM BUS — CONTINUOUS

Beberapa orang yang melihat Tini mulai bangun dari tempat duduknya dan keluar dari bus, Pak Samudji yang penasaran bangun dari kursi dan celingkukan melihat ke sekeliling bus. Pria dan wanita berbondong-bondong turun dari bus.

PENUMPANG 3
(bahasa Jawa)
Yok bantuin yuk! Masnya ayo sini bantuin kita

PENUMPANG 4
(bahasa Jawa)
Yok biar kita bisa cepet berangkat

PENUMPANG 1
(bahasa Jawa)
Ayo bantu ayo bantu!

Pak Samudji akhirnya juga mengikuti mereka yang turun, Pak Supir keheranan karena tiga perempat penumpangnya sudah meninggalkan kursi mereka dan turun dari bus.


59. EXT. JALAN RAYA ANTAR PROVINSI — CONTINUOUS

Para penumpang mulai menempelkan tangannya di dinding bus dan memasang kuda kuda. Sebagian besar berada di belakang, dan sisanya bersiap-siap mendorong dari bagian samping.

Pak Samudji melihat Tini dengan semangat berada di tengahtengah kerumunan orang yang ingin mendorong bus, ia kemudian kembali menggulung lengan bajunya dan ikut menempelkan telapak tangannya di bagian belakang bus.

Semua mata saling berpandangan dan tak ada suara sedikitpun, hanya senyuman kecil dan ekspresi optimis.

TINI
(berteriak dengan bahasa Jawa)
Satu, dua, tiga!

Suara mesin dinyalakan dan tersendat-sendat, para penumpang mulai mendorong bus secara bersamaan dengan sekuat tenaga. Keringat mulai menetes dari dahi Pak Samudji dan penumpang lain, bus mulai bergerak perlahan tapi mesin masih belum menyala

PAK SAMUDJI
(berteriak)
Dorong!

TINI
Satu, dua, tiga!

Mereka kembali mendorong dengan sekuat tenaga, knalpot bus menembakkan asap hitam, mesin mulai menyala dan para penumpang melepaskan tangannya dari bus, mereka terbatukbatuk karena kepulan asap tadi. Para penumpang bersorak sorai, bus telah melaju dengan pelan dengan mesin menyala.

Tini dan Pak Samudji tersenyum sembari melihat bus berjalan maju dengan lancar. Tiba-tiba si Kenek berlari ke arah bus, sontak membuat para penumpang yang berada di luar kebingungan.

KENEK BUS
(berteriak dengan bahasa Jawa)
Pak, Bu, ayo langsung masuk! Jangan sampe mesinnya mati lagi

Si Kenek kemudian berhasil sampai ke pintu dan masuk ke dalam bus. Penumpang lainnya langsung berlari mengejar bus mengikuti perintah si Kenek. Pak Samudji dan Tini juga ikut berlari. 

Satu persatu penumpang pria berhasil masuk lebih awal dibantu oleh Kenek yang mengulurkan tangannya, mereka segera meraih tangan itu dan si Kenek menariknya ke dalam. Bus terus melaju dan perlahan kecepatannya meingkat. Pak Samudji berhasil naik ke dalam bus.

Tini masih berlari di belakang penumpang wanita lainnya, Pak Samudji berpegangan di pintu bus sembari membantu Kenek untuk manarik masuk penumpang. Satu persatu penumpang wanita juga berhasil masuk. Pak Samudji mengulurkan tangannya ke Tini, Tini meraihnya dan berhasil masuk juga.

Bus kembali berjalan di jalanan beraspal dengan kecepatan normal, bannya berputar dengan lancar, perlahan kita melihat bus menyisiri jalanan panjang dengan hamparan hutan hijau di kanan dan kirinya, makin lama bus makin jauh dan terlihat semakin kecil, beberapa kendaraan lain juga melintas di jalanan yang sama.


FADE OUT


60. INT. RUANG INTEROGASI — MALAM

Black screen.

SURTI (V.O.)
Tini, kalau ibu meninggal, apa yang akan kamu ingat tentang ibu?

Wajah Surti melamun, pandangannya lurus, matanya sayu dan memerah membendung air mata, bibirnya kering dan bergetar sembari digigit sedikit oleh giginya. Surti tidak melakukan apa-apa, hanya diam di posisinya tanpa bergerak, tapi kita melihat ekspresi wajahnya campur aduk antara takut, sedih, dan kecewa. Nafasnya tak beraturan.

Surti kemudian memejamkan matanya dan menarik nafas panjang.


61. EXT. (FLASHBACK MONTAGE) AREAL PERSAWAHAN — SIANG

10 tahun lalu. TINI KECIL (6) berlari di pematang sawah tanpa mengenakan alas kaki. Lumpur kering mengotori bajunya. Rambutnya terkibas angin, jemari kecilnya meraih-raih ke atas untuk menangkap capung yang beterbangan di sekitar sawah. Senyumannya bergantian dengan tawa bahagia ketika ia meloncat-loncat kegirangan.

Dari jauh SURTI (25) tersenyum memandangi Tini yang tengah bermain, ia duduk lesehan di dekat gubuk sambil membuka rantang berisi lauk pauk. Surti melambaikan tangannya ke arah yang berlainan. 

Lambaian itu dibalas oleh tangan kekar seorang pria yang mengenakan caping dari anyaman bambu, tangan pria itu lalu menggenggam gagang cangkul dan memikulnya di bahu. Setelahnya ia mengusap keringat di dahinya, pria itu tersenyum menatap Surti dari tengah sawah yang tengah dibajaknya, ia adalah Bambang.

Bambang berjalan menuju Surti, kakinya keluar masuk lumpur sedalam betisnya. Surti memanggil Tini dengan isyarat tangan, Tini lalu berlari ke arah Surti.

Mereka bertiga duduk bersama di dekat gubuk yang berada di tengah hamparan sawah, sembari bersiap untuk makan siang.


62. INT. (FLASHBACK MONTAGE) RUMAH TINI — SORE

Di dalam rumah, Surti memeras kain bekas yang digunakan untuk mengepel rumah, air tetesannya jatuh ke ember plastik hitam di lantai. Surti tersenyum memandang Tini yang berdiri di sampingnya sembari memperhatikan cara memeras kain pel.

Kain itu dilipat dua dan dibentangkan di lantai, Surti dan Tini memegang masing kain pada ujungnya dan membungkuk. Tini terus mengamati Surti yang tengah mengajarinya.

Kain tersebut kemudian didorong mengikuti pola lantai rumah yang sudah kusam oleh Surti, permukaannya yang tadinya kering kini mulai basah setelah dilintasi kain tersebut. Tini mengikuti gerakan yang dilakukan Surti sembari tertawa-tawa mengitari lantai sekitar seperti sedang bermain seluncuran. Surti yang melihat Tini juga ikut tertawa. 


63. INT. (FLASHBACK MONTAGE) RUMAH TINI — MALAM

Hujan badai di luar rumah, suara petir silih berganti. Seisi rumah remang-remang diterangi lampu semprong, atap rumah Tini bocor, sehingga tetesan airnya menetes ke lantai. Beberapa titik kebocoran airnya ditampung di kaleng-kaleng dan ember kecil yang tersedia.

Tini, Surti, dan Mbah Putri sedang sibuk mondar-mandir dari satu ruangan ke ruangan lain. Surti membawa kaleng dan ember lalu menadahkannya, Mbah Putri mengamati langit-langit rumah untuk mengecek sumber kebocoran, dan Tini membuang air yang telah penuh di kaleng ke luar rumah melalui jendela.


64. EXT. (FLASHBACK MONTAGE) LAPANGAN DESA — MALAM

Surti dan Tini tengah duduk di kerumunan warga desa yang juga tengah menonton layar tancep. 

Suara musik horor yang menggelegar memutarkan film Suzzana membuat beberapa penonton terkaget-kaget.

Tini bersandar ke tubuh Surti sembari menutup mata dengan tangannya, sesekali ia memberanikan diri untuk mengintip adegan yang sedang ditampilkan melalui celah-celah jemarinya. Surti menonton film dengan serius, ia melihat ke arah Tini yang sedikit ketakutan lalu tersenyum dan merangkulnya. 


65. EXT. (FLASHBACK MONTAGE) PEMAKAMAN — SIANG

Surti dan Tini berada di atas liang lahat yang belum tertutup, keduanya melihat ke bawah, Tini menangis sesengukan dan ekspresi sedih Surti terlihat di wajahnya tanpa mengeluarkan air mata. Keduanya mengambil bunga dari keranjang dan menaburkannya ke dalam makam. 


66. INT. (FLASHBACK MONTAGE) RUMAH TINI — MALAM

Surti yang tengah menyandarkan kepalanya di pangkuan Mbah Putri setelah mengemasi barang-barang ke dalam tas melihat Tini keluar dari kamar dan beridiri di dekat pintu dengan wajah mengantuk. Tini terbangun dari tidurnya di tengah malam.

Surti segera menghampirinya, menuntunnya untuk masuk ke kamar. 


67. INT. (FLASHBACK MONTAGE) KAMAR TINI — CONTINUOUS

Tini merebahkan tubuhnya di kasur dan kembali tidur, Surti memandangi wajah Tini sembari menahan kesedihan.


68. EXT. (FLASHBACK MONTAGE) JALANAN PEDESAAN — SIANG

Surti melihat Tini (10) berlari mengejar mobil pick up nya di jalanan pedesaan tanpa alas kaki, ia memalingkan pandangannya dari Tini. Ia hanya melihat pepohonan yang silih berganti selama mobil melaju di sepanjang jalanan desa. 


FADE TO BLACK


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar