40. EXT. PESTA PERNIKAHAN SENDJA DAN BENO- MALAM
FX: ramai orang bercakap-cakap dalam pesta
Kita melihat suasana pesta pernikahan Sendja dan Beno digelar dalam acara adat yang meriah. Kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan dengan wajah gembira. Tamu-tamu datang memberi ucapan selamat, makanan prasmanan di meja, buah-buahan yang ditata, terob dari anyaman daun kelapa, musik gamelan dan kendang yang ditabuh, dan gadis-gadis cantik menari.
DISSOLVE TO
41. INT. KAMAR SENDJA-MALAM
Kamar Sendja telah disulap menjadi kamar pengantin. Sendja telah berganti pakaian demikian pula Beno. Keduanya duduk berhadapan di tepi ranjang pengantin. Wajah mereka terlihat bahagia. Beno mengusap lembut pipi Sendja.
Sendja tersipu mendengar ucapan Beno.
Beno mengeluarkan sebuah kalung berliontin bentuk jantung. Sendja memandang benda itu dengan takjub.
Beno memberikan kalung itu pada Sendja. Sendja tampak tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
Beno mendekat dan mencondongkan tubuh makin dekat dengan Sendja.
Sendja mengangkat rambut agar Beno bisa memasangkan kalung di lehernya. Beno menatap wajah Sendja dengan pandangan mesra.
Beno mengangguk dan meraba kulit leher Sendja. Pandangan mata mereka bertemu, perlahan Sendja memejamkan mata saat Beno mencium bibirnya. Pelan-pelan tirai kelambu tertutup.
DISSOLVE TO
42. INT. RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT-SIANG
Sundari duduk di ruang tunggu dokter. Ada beberapa pasien ibu-ibu hamil yang juga menunggu dan diantar oleh suaminya. Mereka memandang Sundari yang datang sendiri. Sundari tampak tidak nyaman, tapi ia berusaha mengalihkan pandangan dan pura-pura tidak tahu.
Sundari segera berdiri dan menjawab.
Sundari buru-buru berjalan masuk, perawat muda itu tersenyum dan menutup pintu. Pasien lainnya memandang Sundari penuh rasa ingin tahu. Lalu saling berbisik.
Pasien 1 terkejut dan buru-buru mengelus perutnya yang besar.
CUT TO
43. INT. RUANG PERIKSA RUMAH SAKIT-SIANG
Sundari turun dari bed periksa, ia berjalan ke kursi di depan meja Dokter. Dokter perempuan setengah baya tengah mencuci tangan lalu duduk di depan Sundari.
Dokter saling pandang dengan perawatnya. Lalu dokter itu kembali menatap lembut pada Sundari, nada suaranya terdengar bersimpati.
Sundari mengangkat wajah dan memandang dokter serta perawat bergantian. Ia tersenyum sekilas.
Sundari bangun dan berjalan keluar lalu menutup pintu. Dokter memandang pintu yang tertutup lalu bergumam.
Dokter itu tertawa kecil dan mengibaskan tangan.
Suster ikut tertawa lalu membuka pintu dan berteriak memanggil.
CUT TO
44. INT. LORONG RUMAH SAKIT-SIANG
Sundari berjalan gontai di lorong rumah sakit. Beberapa pasien dan perawat melewatinya. Pandangan matanya kosong. Ia teringat ucapan dokter.
Sundari berhenti sejenak dan tersenyum mengelus perutnya.
CUT TO
45. MONTAGE: VARIOUS LOCATION
SUPER: IBUKOTA JAKARTA SETELAH PERISTIWA G 30 S/PKI tahun 1965
- Kantor-kantor PKI dihancurkan dan dibakar massa yang geram dan marah.
- Koran-koran memberitakan SOBSI, Lekra berafiliasi dengan PKI dan dilarang.
- Wawan pimpinan Harian Semangat Djiwa Rakjat ditangkap di kantornya. Kantornya juga digeledah.
- Sundari yang hendak masuk kantor melihat penangkapan itu. Ia segera berbalik dengan wajah takut lalu menyelinap berbaur di antara kerumunan orang-orang. Sundari mempercepat langkah lalu terus berlari menjauh. Asap hitam membumbung dari kantor yang dibakar.
END MONTAGE
46. EXT. JALANAN SEPI-SORE
Sundari dengan wajah kusut dan baju lusuh berjalan sendirian di jalanan yang sepi. Tiba-tiba ia berhenti dan meringis memegangi perutnya. Wajah Sundari mendadak tegang. Perlahan Sundari menoleh ke bawah. Ada aliran darah mengalir di kakinya. Bibir Sundari bergetar dan menangis.
Sundari jatuh terduduk dan meratap sedih.
DISSOLVE TO
47. EXT. HALAMAN RUMAH MARYANTO-SIANG
SUPER: TAHUN 1966
FX: gamelan dan riuh orang bercakap-cakap sambil tertawa.
Sendja dan Beno memberi selamat pada putri Paklik Maryanto yang sedang melaksanakan upacara mitoni bayi dalam kandungan. Tampak prosesi upacara mitoni seperti siraman, memasukkan telur ke dalam jarik calon ibu, mengganti kain dari sesepuh dan berjualan rujak. Maryanto yang melihat kedatangan Sendja dan Beno segera menyambut riang.
Maryanto menoleh pada Beno dan menepuk bahunya.
Beno mengangguk sambil tersenyum.
Beno dan Sendja saling pandang. Sendja terpaksa tersenyum, sedangkan Beno hanya mengangguk menanggapi ucapan Paklik Maryanto. Diam-diam Beno gelisah.
CUT TO