SATU SAYAP UNTUK BAPAK
2. Bagian 2 - Scene 13-23

Cut to

13. INT. MOBIL — PAGI

Bryan masuk ke mobil tergesa-gesa.

BRYAN
Lama ya? Maaf ya
NAYRA
Kamu serius mau jadi imamku?

Bryan menatap Nayra kaget.

BRYAN
Ya gak perlu ditanya, bukannya itu memang tujuan kita?
NAYRA
Kalau gitu, kamu siap jadi muslim?

Bryan terdiam. Mengalihkan pandangan ke depan. Nayra menatapnya bingung. 

BRYAN
Kamu kan tau sendiri kalau aku gak percaya sama Tuhan.
NAYRA
Tapi mau sampai kapan? Tuhan saja tidak kamu percayai apa lagi aku?
BRYAN
Itu beda, Nay.
NAYRA
Apanya yang beda? 
BRYAN
Nay, kamu tau sendiri gimana Tuhan mempermainkan hidupku. Aku dibuang ke panti asuhan, setelah itu aku diangkat jadi anak oleh sepasang suami istri yang aku pikir, akan menyayangiku denga tulus, tapi nyatanya kehadiranku cuma demi mendapatkan warisan! Aku dibuang lagi, dan akhirnya diangkat anak sama pasangan lain. Tapi baru sebulan aku ngerasain kasih sayang, Tuhan mengambil mereka dengan cara kecelakaan. Aku memang punya segalanya dari warisan mereka, tapi semua itu kembali diambil Tuhan akibat kebakaran. Dan sekarang kamu minta aku peraya Tuhan
NAYRA
Aku dijodohkan sama Bapak.

Bryan terdiam. Bryan tampak kaget. Nayra ke luar dari mobil, Bryan mengejar. 


CUT TO:


14. EXT. DI LUAR MOBIL — PAGI

Bryan menarik tangan Nayra yang hampir pergi mencari taksi. 

BRYAN
Sama siapa?
NAYRA
Keponakan dari Ustadz Ahmad, teman Bapak.

Bryan melepaskan genggamannya. 

BRYAN
Lagi-lagji Tuhan mau bermain-main denganku.
NAYRA
Bukan Tuhan yang jahat, tapi kamu, Bry! Tuhan menguji hamba-Nya karena sayang, bukan karena membencinya.
BRYAN
Aku dibiarkan jadi gelandangan sampai usiaku tujuh belas tahun, dihina, ditendang di jalanan, mana Tuhan yang kataya menyayangiku. Nay!

Nayra terdiam. Nada suara Bryan yang semakin meninggi membuatnya tak bisa berkata apa-apa. 

BRYAN (CONT'D)
(bersandar di mobil)
Tuhan gak akan membiarkanku sendirian dan mengambil semua yang aku miliki, kalau DIA memang sayang aku, Nay. Dan sekarang, dia mau mengambilmu dariku. Permainan apa lagi ini, Nay.
(terisak)
Kenapa bukan aku saja yang diambil sama Tuhan. Nay. 

Nayla mendekat, mengusap bahu Bryan. 

NAYRA
Aku minta maaf, Bry. 
BRYAN
Kasih aku waktu untuk memikirkannya, Nay. Tolong beri aku waktu.

Nayra mengangguk. Bryan menunduk mencoba menghentikan tangisan.

15. INT. RUMAH — MALAM

Nayra masuk, keluarganya sedang berkumpul bersama Adam di ruang tamu.

NAYRA
Assalammu'alaikum.
YUSUF
Wa'alaikumsalam, akhirnya kamu pulang, Nay. Dari tadi Adam sudah menunggumu. Sini duduk.

Nayra duduk di samping sang Ibu. Adam tersenyum ramah.

NAYRA
Ada apa, Pak, Nay capek, mau tidur.
YUSUF
Masih juga jam delapan, masa mau tidur. 
(tersenyum terpaksa di depan Adam)
Nak Adam ini mau ngajak kamu besok ke toko buku. Dia kan baru di sini, jadi belum hapal betul jalanjalan di kota ini. Kamu gak sibuk kan?
NAYRA
(mencari alasan)
Nay besok mau bimbingan skripsi, Ayah.
YUSUF
Batalin saja, temanin dulu Adam sesekali.

Nayra menghela napas kesal. Almira menatapnya. 

ADAM
Bisa kan, Nay? Aku sekalian mau cari beli sesuatu.

Sesaat Nayra terdiam. Yusuf kembali mendesak. Nayra menganguk terpaksa. Semua tersenyum lega kecuali Almira. 

ADAM
Kalau begitu, besok aku jemput jam sepuluh siang ya?
NAYRA
(mengangguk)
YUSUF
Apa saya biang, Nay pasti mau.

Adam tertawa kecil. Nayra megalihkan pandangannya ke Almira yang masih menatapnya. Nayra langsung menundukkan kepala. 

16. EXT. INT. MOBIL ADAM — PAGI

Adam menyetir, melirik ke Nayra yang duduk di sampingnya sambil melihat ke luar jendela. 

ADAM
Sebelum ke toko buku, temani aku dulu ya?
NAYRA
Mau ke mana?
ADAM
Ada yang mau aku antar.

Nayra menatapnya, lantas menoleh ke kursi belakang yang tidak ada satu barang pun.

NAYRA
Mau ngantar apaan barangnya gak ada. Jangan macem-macem ya! Aku bisa telepon Bryan nanti!
ADAM
Bryan? 

Nayra menggigit bibir bawahnya. 

ADAM (CONT'D)
Pacar kamu?
NAYRA
Bukan urusan kamu.

Adam menganggukkan kepala tanda mengerti batasannya.

ADAM
Aku tau kamu gak setuju dengan perjodohan kita. Aku gak akan maksa. Tapi gak ada salahnya kita bersahabat. Kan? Siapa tau ke depannya kamu butuh bantuanku, minimal uluran tanganku.
(tertawa)
NAYRA
Gak usah ngarep!
ADAM
Gak ada salahnya berharap, kan?
NAYRA
Udah, fokus aja sama jalanannya, entar nabrak lagi!

Adam tertawa. Nayra memanyunkan bibirnya sembari melipat tangan di dada.

17. EXT. PANTI ASUHAN — SIANG

Nayra ke luar dari mobil, melihat Adam yang langsung di kerumuni anak-anak. Seorang wanita datang mendekati Nayra.

MILA
Masuk, Mbak. 
NAYRA
Eh, iya.

Mila berbalik masuk, Nayra menyusul. 

CUT TO:


18. INT. RUANG TAMU PANTI ASUHAN — SIANG

Nayra melihat-lihat bingkai foto yang tergantung. Mila datang membawa dua gelas teh dan meletakkannya ke atas meja. 

MILA
Saya senang akhirnya Mas Adam bawa pacar ke sini.

Nayra kembali duduk di hadapan Mila yang sudah duduk di kursi. 

NAYRA
Eh, saya bukan pacarnya, cuma teman.
MILA
Eh, maaf, Mbak. Saya pikir calonnya Mas Adam. 
NAYRA
(tersenyum kikuk)
Adam memang sering ke sini?
MILA
Jarang, Mbak, soalnya Mas Adam kan tinggal di Palembang, kerja di sana. Tapi setiap bulan Mas Adam selalu mengirimkan sumbangan buat anak-anak di sini.
NAYRA
Adam ... Anak di sini juga?
MILA
(menggeleng)
Ustadz Ahmad, Pamannya Mas Adam pemilik panti ini, Mbak. Makanya Mas Adam ikut merawat anak-anak di sini.

Nayra berdecak kagum mendengar kebaikan Adam. 

MILA
Mas Adam itu orangnya baik, Mbak, biar pun jauh, selalu sigap memperhatikan anak-anak di sini. Selalu ingin tau tentang keadaan anak-anak.
NAYRA
(berbisik)
Kepo.

CUT TO:


19. INT. CAFE — SORE

Nayra dan Adam duduk di cafe. Nayra mengaduk sedotan di lemon tea nya. 

ADAM
Makasih ya, Nay, hari ini sudah nemanin aku seharian.
NAYRA
Oke. Sama-sama.
ADAM
Emangnya aku ada ngelakuin apa, sampai kamu bilang sama-sama?
NAYRA
Yah, karena kamu sudah bawa aku ke Panti Asuhan.
(teraenyum tipis)
Dari dulu, aku ingin jadi pengurus panti, tapi gak pernah jadi.
ADAM
Kenapa?
NAYRA
Soalnya aku gak suka anak-anak.
(tertawa)
Aneh, kan?
ADAM
(tertawa)
Gimana jadinya pengurus panti gak suka anak-anak. Bisa-bisa kalau lagi badmood, bisa-bisa kamu pasung mereka satu persatu.
NAYRA
(tertawa malu)
Gak sampai segitunya juga kali, jahat banget.

Nayra tertawa, Adam menatapnya sebari tersenyum. Nayra berhenti saat menyadari tatapan Adam. 

NAYRA (CON'T)
Kenapa ngelihatin aku kayak gitu?
ADAM
Aku berhasil buat kamu tertawa, apa aku gak pantas jadi sahabat kamu, Nay?
(mengulurkan tangan)

Nayra membalas jabatan tangan Adam tanda setuju.

NAYRA
Hanya teman.
ADAM
Oke, hanya teman.

Nayra terseyum lebar. Demikian juga Adam.

20. INT. RUANG SHALAT — MALAM

Almira berbalik, menatap teduh Nayra yang kini menjadi imamnya saat shalat Isya. Nayra mencium tangan Almira. 

ALMIRA
Kamu bahagia, Nay?
NAYRA
Bahagia soal apa, Bu?
ALMIRA
Soal Adam.
NAYRA
(manyun)
Ibu maunya Nayra sama Adam ya?
ALMIRA
Ibu maunya Nay bahagia.
NAYRA
Kalau Nay bahagianya bukan sama Adam, apa Ibu setuju?
ALMIRA
Kenapa Ibu harus gak setuju? Asalkan pilihan Nay gak salah, Ibu pasti setuju.

Nayra meletakkan kepalanya di pangkuan Almira.

NAYRA
Bu, apa seseorang bisa berubah demi orang lain?
ALMIRA
Em ... Jika itu demi orang yang dia cintai, pasti bisa. Asal semua itu karena Allah.

Nayra terdiam. Almira mengusap kepala Nayra.

ALMIRA (CONT'D)
Ingat satu hal. Nak, ada banyak perubahan yang bisa dilakukan. Namun tidak semua orang bisa bertahan dengan perubahan itu. Jika semua itu karena manusia, dia pasti bisa kembali ke dirinya semula saat dikhianati, tapi jika karena Allah, Insya Allah dia akan bertahan di perubahan yang dia ambil. 

Nayra tersenyum tipis, menundukkan kepala memikirkan Bryan yang kini mulai dia ragukan.

21. EXT. KORIDOR KAMPUS — PAGI

Bryan menanti di depan ruang sidang. Tampak cemas memperhatikan pintu ruang sidang yang masih tertutup. Namun akhirnya terbuka dan terlihat Nayra ke luar dari dalam. 

BRYAN
Lulus juga, kan?
NAYRA
(menggelengkan kepala)
BRYAN
Jangan bohong!
NAYRA
(tertawa, mengangguk)
Nilaiku A!

Bryan bersorak senang. Ingin memeluk Nayra, namun sadar kalau cewek berhijab itu bukan muhrimnya. 

BRYAN
Telepon Bapak sama Ibu gih.
NAYRA
(mengangguk)
Di mobil kamu saja ya, kita jadi pergi, kan?
BRYAN
Kamu yakin mau ikut? Gak risih?
NAYRA
Kok risih sih, malah aku tuh gak sabar banget mau ke sana. 

Bryan terdiam, tampak ragu.

NAYRA
Kenapa? Jangan-jangan kamu yang risih ngajak aku. Ada cewek lain yang sering kamu aja ke sana ya?
BRYAN
Apaan sih, ya kagaklah. Aku tuh takut kamunya gak nyaman. 
NAYRA
Kagak bakalan. Hitung-hitung belajar buat ke depannya. Yuk, keburu siang.

Bryan mengangguk, melangkah ke parkiran bersama Nayra di sampingnya yang mulai bercerita tentang kondisi saat sidang.

22. INT. RUANG TV — PAGI

Almira menerima telepon dari Nayra. 

ALMIRA
Alhamdulillah. Bapak, Nayra lulus!

Yusuf ke luar dari kamar sembari membenarkan sarung, duduk di samping Almira di sofa usang depan tv.

YUSUF
Loudspeaker, Bu!

Almira menurut.

YUSUF
Beneran kamu lulus, Nak?
NAYRA
Iya, Pak!
YUSUF
Alhamdulillah, sekarang kamu di mana? Langsung pulang kan?

CUT TO:

23. EXT. INT MOBIL BRYAN — PAGI

NAYRA
(menatap Bryan yang masih menyetir di sampingnya)
BRYAN
(bingung)
Ada apa?
(tanpa suara)

Nayra terdiam, menarik tatapannya ke depan.

BACK TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar