SATU SAYAP UNTUK BAPAK
1. Bagian 1 - Scene 1-12

1. INT. RUANG SHALAT — NIGHT

Yusuf, Almira, Raihan dan Nayra sedang melakukan shalat Isya berjama'ah. Yusuf menjadi imam, mengucapkan salam terakhir, lantas diikuti ketiga keluarganya. Yusuf langsung menyudahi segala kegiatan shalat dengan berbalik ke belakang. Ketiganya langsung mencm tangan Yusuf secara bergantian. 

YUSUF
Bapak senang melihat kita berkumpul seperti ini. Semenjak Raihan menikah, kita sudah jarang shalat bersama-sama seperti ini, kan?
ALMIRA
Raihan kan sudah punya keluarga sendiri, Pak. Mana bisa sering-sering ke sini.
NAYRA
Abang aja tuh yang gak mau datang ke sini, padahal gak jauh banget
RAIHAN
Kakakmu kerja, pulang juga sampai rumah maghrib. Jadi kasihan kalau diajak. Vano juga sekolah besok

Almira dan Yusuf mengangguk tanda mengerti. Naura hanya mencibirkan bibirnya. 

YUSUF
Bapak dan Ibu tidak minta banyak sama kalian, hanya luangkan waktu untuk bersama keluarga walau sebentar. Mumpung semuanya masih lengkap. 
NAYRA
Agh, Bapak, mulai deh ngomongnya gitu. Nayra gak suka kalau bapak udah mulai ngomong seperti itu, kaya mau ke mana aja.

Almira tertawa kecil, merangkul anak perempuannya saat yusuf tersenyum menundukkan kepala. 

YUSUF
Bukan mau ke mana-mana, hanya saja kita tidak tahu, kapan kita berpisah.

Suasana hening seketika. Nayra hanya memegang tangan Yusuf diikuti semua anggota keluarga.

2. EXT. TERAS RUMAH — NIGHT

Raihan melangkah ke luar diikuti Nayra.

NAYRA
Gak nginap aja di sini, Bang?
RAIHAN
(memakai sepatu)
Gak bisalah, kasihan mereka di rumah berdua doang. Lagian gak jauh juga.
NAYRA
Tapi kan udah malam banget. Abang sih ngapain juga ngajakin Bapak main catur, jadi kemalaman, kan?
RAIHAN
(mengacak rambut Nayra)
Ulu-ulu, perhatian banget adik abang. Mentang udah kuliah, jadi makin dewasa
NAYRA
Iya dong, masa mau jadi anak-anak mulu.
RAIHAN
Iya yah, entar lagi juga bakalan nikah. Eh, ngomong-ngomong udah punya pacar belum?
NAYRA
Apaan sih, udah sana pulang!
RAIHAN
(tertawa)
Bapak sama Ibu gak ke luar?
NAYRA
Bapak kayaknya udah ngantuk banget. Ibu lagi di kamar mandi. Udah, nanti biar Nayra yang bilang sama mereka kalau abang pulang.

Raihan memberikan tangan kanannya ke Nayra yang langsung disalam Nayra seperti biasa. 

RAIHAN
Assalammualaikum.
NAYRA
Wa'alaikumsalam.

Raihan melangkah pergi ke mobilnya lantas meninggalkan halaman diiringi lambaian tangan Nayra.

3. INT. RUMAH — PAGI

Nayra telat bangun. Situasi rumah kalang kabut.

YUSUF
Kamu ini, dibangunin sejak subuh malah gak bangun-bangun.
NAYRA
(memakai tas dan mengambil selembar roti)
Namanya Nayra lagi datang bulan, Pak, Jadi malas bangun pagi.
ALMIRA
Makan nasi dulu, jangan cuma roti.
(memberikan sepatu Nayra)
Nanti sakit perutnya.
NAYRA
Udah telat, Bu. Entar aja makan di kantin.
(mencium tangan kedua orang tuanya)
Assalammualaikum.
YUSUF DAN ALMIRA
Wa'alaikumsalam.
ALMIRA
Hati-hati, Nak.
NAYRA
(menjerit dari luar)
Iya, Bu!

Yusuf tersenyum sembari menggelengkan kepala.

YUSUF
Sama saja seperti Ibunya.
ALMIRA
Lho, kayak bapak yang iyanya, kok malah ibu.
YUSUF
(tertawa)
Malah tidak mengakui. Akui saja, Bu.

ALMIRA

Ogah, orang ibu gak seperti itu kok.
(manyun manja)
Ya sudah sarapan dulu, keburu dingin tuh nasi gorengnya.

Yusuf melahap nasi goreng yang sudah disediakan Almira di piringnya.

4. EXT. KORIDOR KAMPUS — PAGI

Nayra berlarian. Ada tugas yang ingin dia kumpulkan. Seseorang berteriak memanggil, lantas menyusulnya ikut berlari.

BRYAN
Kenapa lari-larian sih?
NAYRA
Ada janji sama Bu Ridha mau ngumpulin BAB terakhir
BRYAN
Bimbingan terakhir ini?
NAYRA
Mudah-mudahan.

Nayra menghentikan larinya, tepat di depan ruang dosen, merapikan pakaian dan hijabnya, lantas masuk tanpa diikuti Bryan. 

SESAAT KEMUDIAN

Nayra ke luar dengan ekspresi lega.

NAYRA
(menghela napas)
Alhamdulillah, akhirnya bisa daftar sidang juga.
BRYAN
(menggelengkan kepala)
Lain kali bangun lebih pagi, ini udah di teleponin pun, gak bangun juga.
NAYRA
Iya, maaf. Tadi malam Bang Raihan datang, jadi pada tidur larut semua.
BRYAN
Udah sarapan?
NAYRA
(menggelengkan kepala)
Gak sempat tadi.
BRYAN
Ya udah, sama kalau gitu. Kita makan dulu yuk.

Nayra menurut, melangkah bersama Bryan menuju kantin yang tidak terlalu jauh dari tempat ruang dosen berada.

5. EXT. HALAMAN DEPAN — PAGI

Seperti biasa, Yusuf dan Almira membersihkantaman kecil dengan rumah. Yusuf mencabut rumput liar, dan Almira menyiram bunga. Seorang pria berpakaian koko melewati rumah dan berhenti di depan pagar.

USTADZ AHMAD
Assalammu'alaikum, Pak Yusuf.
YUSUF
Wa'alaikumsalam.
(berlari dan membuka pagar).
Masuk, Pak Ustadz.
USTADZ AHMAD
Tidak, di sini saja. Seperttinya lagi sibuk.
YUSUF
Cuma kegiatan rutin saja, Pak Ustadz, kerjaan setelah pensiun.

Keduanya sama-sama tertawa. Almira hanya tersenyu sembari melanjutkan menyiram bunga.

USTADZ AHMAD
Begini, lusa ada syukuran di rumah saya, saya dengar-dengar, Ananda Nayra pandai membaca Al-Quran. Kalau diiznkan, apa boleh Nayra membacakannya di acara nanti, Pak Yusuf? 
YUSUF
Bagaimana ya, Pak, bukannya saya tidak mau, tapi anak saya yang satu itu berbeda sekali dengan abangya. Dia pemalu, tidak berani jika melakukan apa pun di depan umum.

USTADZ AHMAD

Sayang sekali, Pak. Padahal ini kesempatan untu saya menepati janji saya sama Bapak yang waktu itu.

Yusuf tampak berpikir, mencoba mengingat janji apa yang pernah dibuat Ustadz Ahmad padanya.

YUSUF
Taaruf untuk Nayra?

Almira melongo, menghentikan pekerjaannya mendengar seruan sang suami.

USTADZ AHMAD
(tersenyum).
Kebegulan, di acara itu nanti ada banyak anak-anak sahabat saya yang hafidz Al-Quran datang. Dan saya ingin memperkenalkannya pada Nayra.
YUSUF
(bersemangat).
Baik, Ustadz, Insya Allah saya akan bujul Nayra untuk ikut.

Almira terdiam. Dia tampak tidak setuju dengan rencana usuf menjodohkan Nayra secepat itu.

6. INT. KAMAR — SIANG

Almira membawa beberapa pakaian yang baru dia setrika dan disusun ke dalam lemari. Yusuf tampak duduk bersandar di tempat tidur.

ALMIRA
(melirik ke Yusuf)
Pak, soal ta'aruf untuk Nayra, apa tidak sebaiknya kita bicarakan dulu sama Nay?
YUSUF
Buat apa dibicarakan, Bu. Bapak yakin Nay pasti setuju.
ALMIRA
Tapi kan kita harus tanya Nay dulu, Pak. Siapa tau dia sudah seseorang yang dia pilih.

Almira duduk di samping sang suami.

99ALMIRA
Biar gimana pun, ini hidup Nay, Pak. Kita biarkan dia menentukan pilihan.
YUSUF
Bapak tidak mekaksa untuk dia harus lansung memilih besok, Bapak hanya ingin dia ikut. Siapa tau besok ada yang nyantol.
(tertawa).
ALMIRA
(menghela napas).
Terserah bapak saja

Almira pergi meninggalkan sang suami di kamar. Yusuf menggelengkan kepala sembari kembali membaca buku di tangannya.

7. INT. RUANG TV — MALAM

Nayra menonton tv, Almira menjahit pakaian yang sobek saat Yusuf memberitahukan permintaan ustad Ahmad pada Nayra. 

NAYRA
Apaan sih, Pak, Bapak kan tau sendiri kalau Nay gak bisa tampil di depan orang banyak
YUSUF
Dicoba saja dulu. Waktu kecil juga kamu sering aca ayat pendek di depan orang banyak, terbukti menang kan?
NAYRA
(kesal)
Beda kali, Pak. Itu masih kecil, Nay belum tau malu. Sekarang?
ALMIRA
Apa ibu bilang, Nay gak bakalan mau. Bapak sih, pakai acara janji segala sama Ustadz Ahmad. 

Yusuf menundukkan kepala. Dia tampak sedih yang membuat Nayra serba salah. 

YUSUF
Kamu tega, buat bapak malu di depan teman-teman bapak?
NAYRA
(menghela napas)
Kenapa gak Mas Raihan saja sih, Pak?
YUSUF
Raihan kan sudah bukan warga kampung ini lagi, Nay, dia sudah tinggal di kampung sebelah, sudah jadi imam mesjid juga di sana. Mana punya waktu untuk acara kecil seperti ini. 
ALMIRA
Coba saja, Nay. Hitung-hitung untuk anak panti asuhan biar pada semangat mengaji seperti kamu.

Nayra terdiam, melirik ke Yusuf yang masih tampak memelas, lantas mengangguk pelan.

YUSUF
Nah, ini baru anak Bapak!

Almira menggelengkan kepala. Yusuf merangkul Nayra yang tampak memanyunkan bibirnya.

8. INT. MESJID — SIANG

Lantunan ayat suci terdengar. Semua terkesima. Nayra menyelesaiknnya dengan baik. Suaranya menggema ke luar mesjid hingga membuat Bryan yang menanti di depan mobil, tersenyum kagum. 


CUT TO :


9. INT. MESJID — SIANG

USTADZ AHMAD
(bersalaman dengan Yusuf)
Terima kasih sudah mau membantu saya dengan hadir bersanma Nayra, Pak.
YUSUF
Sudah kewajiban saya ntu, hadir dan membantu ustadz.
USTADZ AHMAD
0h iya, kenalin ini Adam, keponakan saya yang baru pulang dari Qatar.

Adam melangkah maju, bersalaman dengan Yusuf, lantas merapatkan kedua tangan saat tatapanya beradu dengan Nayra. Nayra melakukan hal yang sama.

USTADZ AHMAD
Mudah-mudahan Nayra bisa membantu adam untu lebih mengenal semua hal di komplek kita ini ya, Pak.
NAYRA
(bingung)
Kok Nay?

Ustadz Ahmad dan Yusuf saling berpandangan bingung.

YUSUF
Agh, begini, Nay, siapa lagi yang sebaya sama kalian di komplek ini, gak ada, kan? Jadi gak ada salahnya kalau ke depannya, Adam serig berkomunikasi dengan kamu soal kegiatan mesjid, komolek atau bisa tanya-tanya soal Jakarta. Benar kan, Nak Adam?
ADAM
Iya, Pak.

Nayra mengangguk tanda menngerti, beralih ke handphonenya saat suara pesan singkat masuk ke handphonenya.

BRYAN (V.O)
Suara kamu bagus, aku pulang ya.

Nayra tersenyum mendapati pesan dari Bryan. Berpura-pura masuk kembali ke pembicaraan kedua orang tua di hadapannya saat Adam melihatnya teduh.

10. EXT. TERAS RUMAH — MALAM

Nayra datang membawakan segelas teh pahit untuk sang ayah yang sedang duduk sembari membersihkan sayap-sayapan yang dulu pernah dia buat untuk Nayra tampil di sekolah. 

NAYRA
Ngapain sih, Pak, bukannya istirahat. 
YUSUF
Kamu sendiri kenapa belum tidur?
NAYRA
(duduk di sebelah Yusuf)
Karena Bapak belum tidur.
YUSUF
(tertawa)
Eh gimana, Adam tampan kan?

Nayra mengerutkan keningnya. Yusuf melirik ke sang anak.

NAYRA
Kenapa ngomongi Adam sih?


CUT TO:


11. INT. RUMAH — MALAM

Almira menguping dari balik pintu


CUT TO:


YUSUF
Bapak kan cuma mau tau pendapat kamu tentang Adam.
NAYRA
Jangan aneh-aneh deh, Pak. Kalau tujuan Bapak sebenarnya mau ngejodohin Nay, Nayra gak mau.
YUSUF
Emangnya kamu gak mau menikah seperti abang kamu?
NAYRA
Nay mau, Pak, tapi Nay maunya pilihan Nay sendiri, bukan dijodohkan.
YUSUF
Emangnya Nay sudah punya pilihan sendiri? Bapak mau sebelum bapak meninggal, kamu sudah menikah. Bapak ingin jadi wali kamu langsung.
NAYRA
(terharu)
Bapak jangan ngomong gitu. Bapak sama ibu bakalan panjang umur, bisa main-main juga nanti sama cucu-cucu Bapak dan Ibu dari Nay. 
YUSUF
(tersenyum)
Jadi siapa pilihan anak Bapak ini buat jadi imamnya?

Nayra terdiam. Terbayang wajah Bryan yang tidak mungkin dia kenalkan karena perbedaan keyakinan. 

YUSUF
(menatap curiga)
Belum ada, kan?
NAYRA
Pokoknya Nay mau milih sendiri, Pak.
YUSUF
Ya sudah, tapi kamu jangan nutup diri dari Adam. Berteman dengannya gak salah, kan? Dia anak yang baik. Kalau Nay gak mau dijodohkan, ya minimal berteman saja dulu. Ya?

Nayra hanya mengangguk, Yusuf tersenyum. Sedangkan Almira hanya menghela napas berat.

12. INT. KAMAR NAYRA — SIANG

Almira masuk ke kamar Nayra yang tidak tertutup. Nayra tampak asyik dengan komputernya. Almira duduk di tempat tidur di belakang kursi Nayra. 

ALMIRA
Lagi sibuk, Nak?
NAYRA
Gak, Bu, lagi main internet aja. 
(membalikkan kursi)
Ada apa, Bu?
ALMIRA
Ibu mau ngomong soal Adam.

NAYRA

(menghela napas)
Ibu mau jodohkan Nay juga kayak Bapak?
ALMIRA
Enggak, Nak. Semua pilihan, ibu serahkan sama Nay. Tapi apa pilihan Nay saat ini, benar-benar akan menjadi imam terbaik dunia akhirat untuk Nay?

Nayra terdiam. Menatap Almira sedih. 

ALMIRA
Ibu pernah bertemu dengan Nay dan seorang cowok di mesjid. Ibu melihat dia menunggu Nay di parkiran, sedangkan Nay shalat.

Nayra tampak kaget mendengarnya. 

ALMIRA (CON'T)
Kenapa dia tidak shalat? Apa dia sudah shalat sebelumnya? Apa dia malas? Atau apa dia membenci Allah hingga tidak shalat?
(menghela napas)
Apa dia tidak tau kalau shalat itu tiang agama? Bagaimana bisa dia menjaga Nay kalau shalatnya saja tidak dia jaga.

Lidah Nayra kelu mendengar ucapan sang ibu.

ALMIRA
Ibu hanya ingin mengingatkan Nay, pernikahan itu tidak semudah yang nay pikirkan. Seorang imam harus bisa menuntun makmumnya untuk berjalan menuju surga bersama-sama, bukan malah membiarkan makmumnya berjalan sendirian. Ingat itu, Nay. 

Almira melangkah pergi meninggalkan Nayra yang terdiam membisu. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar