LOST BUT FOUND
9. Chapter tanpa judul #9
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Gambaran lanjutan dari sebelumnya:

Masih dengan alunan alat-alat music seperti di opera.

 

Anak yang bernama Roy dan Linda tersebut terlalu sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan sering tidur di kamar bersama. Rajasa muda dan istrinya Ria hanya berpikir bahwa mereka adalah kakak adik yang akrab, tapi semuanya berubah malam itu.

 

Saat makan malam, Linda menunjukkan testpack dengan hasil positif. Seketika wajah Rajasa dan Ria muram. Mereka mendesak siapa ayah dari anak yang dikandungnya tersebut dan Roy langsung berdiri dan mengatakan bahwa dialah ayahnya.

 

Semua terasa seperti tidak nyata.

 

Rajasa murka. Dia melempar semua yang ada di atas meja makan sementara Ria menangis pilu sampai bersujud di lantai. Rajasa mengambil sabuk dan hendak memukul Linda tapi dengan sigap Roy melindungi dengan tubuhnya.

 

Mereka berdua dicambuk dengan sabuk tersebut beberapa kali hingga Rajasa kelelahan, sementara Roy dan Linda sudah cukup terluka dengan banyak bekas cambuk di tubuh mereka.

 

Para pengawal dan pelayan berusaha untuk menenangkan Rajasa, termasuk Pak Akbar yang masih sangat muda saat itu.

 

    Cut to:

 

INT. RUANGANNYA PAK GATOT – AS BEFORE

 

CU.Adria dengan mata yang sudah basah dengan air mata.

 

KAKEK RAJASA:

Saya orang tua terburuk di dunia.

Saya tidak mampu menjaga keluarga saya sendiri.

 

Adria tetap mendengarkan dengan saksama.

 

KAKEK RAJASA:

Semua semakin parah dengan

kematian istri saya.

 

Cut to:

 

Gambaran lanjutan:

 

Semua pelayan dan penjaga di rumah hanya tahu bahwa Linda hamil, tapi tidak ada yang tahu bahwa Roy lah ayahnya. Penjagaan semakin ketat dan mereka dipisahkan di kamar masing-masing.

 

Bulan demi bulan berlalu. Perut Linda semakin membesar. Tiap hari rumah tersebut terasa semakin suram. Roy lebih sering memilih untuk keluar kota mengurus bisnis, sementara Ria sendiri di rumah yang meratapi keluarga mereka yang hancur berantakan.

 

Malam itu hujan deras, Roy kabur dari kamarnya dengan mendobrak pintu menggunakan kursi dan menghajar penjaga di depan kamar. Dia menuju kamar Linda dan juga menghajar penjaganya. Dia mengambil kunci pintu di saku penjaga tersebut dan membuka pintu kamar Linda.

 

Linda menangis haru dan mereka berpelukan erat.

 

Segera setelahnya, Roy mengambil paksa jas penjaga dan berpura-pura sebagai penjaga yang sedang menemani Linda untuk mencari udara segar. Tapi tak semudah itu, para penjaga segera mengetahui kebohongan tersebut.

 

Ria mencoba mencegah mereka tapi malang dia terjatuh dan kepalanya membentur anak tangga dengan keras, Roy dan Linda tidak melihatnya karena mereka sibuk kabur.

 

Roy dan Linda bergegas menuju mobil dan mereka melesat keluar dari rumah tersebut. Para penjaga pun bersiap dengan mobil mereka mengejar mereka di belakang.

 

Jalanan cukup licin karena hujan dan sebelah kiri adalah jurang meskipun tidak terlalu dalam. Karena terlalu focus melihat Linda yang terlihat kesakitan, seperti yang bisa diduga, Roy kehilangan control atas kemudinya dan akhirnya mobil mereka menabrak pagar pembatas, terjun bebas ke jurang.

 

Semua terjadi begitu cepat. Para penjaga langsung memanggil ambulance dan Pak Akbar, selaku sekretaris Kakek Rajasa.

 

DI RUMAH SAKIT – Roy meninggal karena luka dalam yang terlalu parah, sementara Linda masih selamat. Kakek Rajasa langsung ke rumah sakit, ia pun juga mengetahui bahwa Ria istrinya luka parah dan Roy sudah tiada. Rajasa seperti kehabisan tenaga untuk bernapas. Rumah sakit menjadi sedikit sibuk saat itu, tapi para penjaga dan staf Rajasa Holdings mengatasinya dengan baik.

 

Setelah beberapa hari, dokter menyatakan bahwa Ria tidak bisa diselamatkan, sementara Linda dirawat di ruangan intensif dan sudah sadar. Rajasa sangat terpuruk saat itu, tapi dokter memberikan lagi berita menyedihkan bahwa hanya salah satu yang bisa diselamatkan, Rajasa harus memilih Linda atau anak yang ada di kandungannya.

 

Dunia runtuh untuk Rajasa, tapi Rajasa memilih agar Linda yang selamat, tapi di akhir hidupnya, Linda memohon agar anak yang ada dikandungannya untuk diberi kesempatan hidup. Rajasa seperti menghabiskan stok air matanya.

 

Kemudian lahirlah, Arsa Rajasa.

 

DISSOLVE TO:

 

INT. KAMAR APARTEMENT ADRIA – DINI HARI

 

CU. Adria di atas kasurnya dengan menatap kosong langit-langit kamarnya.

 

CUT TO:

 

INT. STUDIONYA ARSA – SORE

 

CU. Adria tegang karena sedang berpikir cara untuk membuka pembicaran mengenai orang tua Arsa.

Tidak mudah karena ini adalah topic sensitive.

 

Mereka berdua duduk di sofa.

Adria mencuri pandang ke Arsa sementara Arsa sedang menikmati film yang terputar di layar dari mini proyektor.

 

ADRIA:

Mas…

 

ARSA:

Hm?

 

ADRIA:

Ehm…

Sebenernya beberapa hari yang lalu,

Kakek Rajasa datang ke kantor aku…

 

Arsa langsung mematikan proyektor dan memperhatikan penuh Adria.

 

ARSA:

Ngapain dia kesana?

 

ADRIA:

Engga, dia cuma cerita sedikit…

Di malam orang tua kamu kecelakaan…

 

Arsa hanya diam. Tapi terlihat bahwa dia tidak suka pembicaraan ini.

 

ADRIA:

Dia bilang bahwa dia terima kasih

Karena aku ada di samping kamu Mas…

Dia sayang sama kamu-

 

Arsa membanting proyektor yang ada di meja depan mereka.

 

CU. Adria sangat kaget dan menutup mulutnya.

CU. Arsa dengan urat di kening seperti mau meledak.

 

ARSA:

Keluar.

 

CU. Adria hanya diam dan tidak mau berdebat panjang.

Dia mengambil tasnya dan keluar dari studio dengan kekecewaan.

 

CUT TO:

 

EXT. STUDIONYA ARSA – SORE (KEESOKAN SORENYA)

 

Adria memiliki kunci serep studio tapi dia terlalu takut untuk masuk tanpa ijin Arsa sendiri yang mempersilahkannya setelah pertikaian mereka kemarin.

 

CUT TO:

 

Hari berganti hari, adegan ini berulang terus, dimana Adria berusaha untuk masuk tapi terlalu takut.

 

CUT TO:

 

INT. KAMAR APARTEMEN ADRIA - MALAM

 

CU. Adria dengan kantung mata tebal dan badan bertambah kurus, tanpa keceriaan.

 

Gayatri menemani Adria di kamarnya.

 

GAYATRI:

Yaaaaa…

Ampuun deehh

Muka lo kusut banget sihh

Sini cerita

 

Adria hanya diam dengan tatapan kosong.

 

GAYATRI:

Kenapa?

soal Arsa?

 

Adria mengangguk.

Gayatri sudah mengetahui garis besar yang terjadi karena memang mereka sangat dekat seperti saudara.

 

GAYATRI:

(menghembuskan napas kasar)

Ya, kalau memang pengen memperbaiki

keadaan, ya adepin dong.

Gimana bisa selesai

Kalo lo cuman nyamperin di depan pintunya doang?

Gini deh, besok gue temenin

ke studionya Arsa oke?

 

Adria terlihat lebih bersemangat.

 

Malam itu Adria tidak sambil mengumpulkan keberanian.

 

Cut to:

 

EXT. STUDIONYA ARSA – KEESOKAN SORENYA

 

Adria dengan berani memencet bel.

Setelah beberapa kali, terlihat Arsa membuka pintu dengan pakaian cukup rapi, seperti habis keluar ada acara penting.

 

CU. Wajah Adria yang menyiratkan rindu.

Sudah 2 minggu mereka tidak bertemu.

 

ARSA:

Kenapa kesini?

ADRIA:

Mas mau pergi?

Bisa ngobrol sebentar gak?

Aku uda bawa kopi kesukaan Mas

dari kafe-

 

Arsa memotong kalimat Adria.

 

ARSA:

Sorry, gue capek.

Kita udahan aja.

 

 

Arsa menutup pintu.

Beberapa detik berlalu dan Adria masih diam di depan pintu.

 

CU. Adria menangis tanpa suara sambil memegangi dadanya, dia meringkuk seperti kehilangan tenaga.

 

Beberapa menit setelahnya Adria kembali ke mobil dimana Gayatri menunggu dengan lesu.

 

CU. Adria membuka mobil dengan mata merah sehabis menangis.

 

CU. Gayatri yang paham bahwa misi tidak berhasil tidak berkomentar banyak.

 

Gayatri mulai menyetir ketika dia sadar bahwa Adria ternyata pingsan di kursi sebelahnya dengan memeluk erat kunci studio Arsa.

 

Cut to:

 

INT. RUMAH SAKIT – AS BEFORE

 

Gayatri duduk di samping kasur di mana Adria tidur.

CU. Dokter dan perawat masuk.

Gayatri beranjak dan menyambut dokter.

 

DOKTER:

Saya dokter yang bertanggung jawab

untuk pasien,

Saya dokter Reyhan.

 

GAYATRI:

Saya Gayatri.

Ehm, gimana keadaan pasien dok?

 

 

DOKTER:

Ah, saya kesini memang

mau membicarakan itu

Bisa saya bicara dengan

orang tua atau saudara pasien?

 

GAYATRI:

Ah, dia anak panti asuhan dok.

Engga ada orang tua atau saudara.

Di sini untuk kerja saja.

Memangnya ada apa?

 

DOKTER:

Mbak siapanya pasien?

 

GAYATRI:

Saya sahabatnya dok, dia sudah seperti

Saudara sendiri buat saya

 

DOKTER:

Ya sudah, gini saja.

Bisa ikut ke ruangan saya sebentar?

Ada yang mau saya bicarakan.

 

GAYATRI:

(jeda)

Oh, iya dok…

 

CUT TO:

INT. RUANGAN DOKTER REYHAN– AS BEFORE

 

Dokter Reyhan mempersilahkan Gayatri duduk.

CU. Dokter Reyhan menyodorkan beberapa hasil test lab dan rontgent.

 

 

GAYATRI:

Ehm, ini maksudnya apa dok?

 

DOKTER:

Ini hasil test dari pemeriksaan

menyeluruh pasien, juga rontgentnya…

 

 

GAYATRI:

Oke terus dok?

 

CU. Wajah dokter Reyhan yang sangat serius dan iba.

CU. Wajah Gayatri dengan mata membulat sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

 

CUT TO:

 

INT. RUMAH SAKIT – RUANG RAWAT ADRIA (4 hari kemudian)

 

CU. Adria yang mulai tersadar, membuka mata pelan.

 

Gayatri sedang duduk di sofa sambil mengupas buah.

Melihat Adria sadar, dia segera memanggil perawat.

Setelah beberapa treatment, perawat meninggalkan ruangan.

 

GAYATRI:

Ya Tuhannn~

Akhirnya lo bangun juga

Lo sering begadang, sekalinya tidur langsung

berhari-hari gini sihh…

 

Gayatri memeluk Adria yang masih belum sadar sepenuhnya.

 

ADRIA:

…Arsa…

Arsa mana Tri?

 

Gayatri melepas pelukannya dan menuju meja. Seolah membereskan kulit buah yang dia baru saja kupas.

 

ADRIA:

…Tri…

Arsa mana…?

 

GAYATRI:

Engga ada.

Dia engga disini Ya.

 

ADRIA:

(mulai menangis dengan suara seraknya)

Arsa…

 

Gayatri mencoba menenangkan Adria yang mulai menangis meraung-raung.

Tangisan tersebut terdengar sangat memilukan.

 

CUT TO:

 

INT. RUMAH SAKIT – RUANG RAWAT ADRIA (SEMINGGU KEMUDIAN)

 

Adria masih tiduran di kasur ketika Gayatri dan Pak Brata membesuk dia.

 

CU. Pak Brata dan Adria yang membawa parsel berisi buah dan makanan enak lainnya kemudian meletakannya di meja.

 

CU. Adria tersenyum kecil.

 

ADRIA:

Makasih…

 

GAYATRI:

Paan si pake terima kasih segala.

Dasar,

Nih makan yang banyak biar

cepet balik apartemen.

Sedih gue engga ada lo.

 

CU. Dokter Reyhan dengan dua perawat lainnya memasuki ruangan.

 

DOKTER:

Selamat sore.

Wah, maaf saya mengganggu

Mbak sedang ada yang besuk ya…

 

ADRIA:

Sore dok.

Iya ini temen kerja saya di kantor.

 

DOKTER:

Sepertinya saya menggangu ya,

Maaf lho ini.

 

ADRIA:

Oh engga apa apa dok.

Sekalian memang saya mau tahu kapan

saya bisa keluar dari rumah sakit.

Saya takut kerjaan saya

semakin engga bisa kehandle.

 

CU. Gayatri dengan raut muka kaget dan sedih

 

DOKTER:

Ehm, ada yang mau saya bicarakan

dengan Mbak Adria.

Mengenai kondisi Mbak…

Mungkin Mbak bisa ikut

ke ruangan saya sebentar?

 

 

CU. Adria yang tidak berprasangka apapun, mengikuti Dokter dari belakang.

 

CUT TO:

INT. RUANGAN DOKTER REYHAN – AS BEFORE

 

CU. Adria dengan mata membulat penuh.

CU. Dokter Reyhan terlihat menunduk sedih.

 

ADRIA:

Kanker otak?

Stadium empat?

 

DOKTER:

(jeda)

Iya Mbak.

Untuk kasuk mbak ini, tidak ada gejala,

Adapun hanya gejala ringan

yang kebanyakan pasien acuh.

 

Adria seperti tidak percaya telinganya sendiri.

CU. Seluruh tubuhnya bergetar hebat.

Dan, blank.

Semuanya hitam.

 

Cut to:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar