LOST BUT FOUND
6. Chapter tanpa judul #6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. KAFE INN – MALAM (beberapa hari setelahnya)

 

BFF NIGHT OUT.

Gayatri dan Adria sedang duduk berhadapan dengan dua cangkir di meja mereka.

 

ADRIA:

Tri.

 

GAYATRI:

Hm? Paan?

 

ADRIA:

Ini tentang temen gue…

 

Gayatri berhenti memainkan smartphone nya dan mendongak menatap wajah Adria.

 

GAYATRI:

Hah? Temen lo?

temen lo yang mane?

temen lo kan bisa diitung pake satu tangan.

 

ADRIA:

Heh, kenalan gue banyak tau.

 

GAYATRI:

ya udah iya iya.

Temen lo kenapa?

 

Gayatri mengiyakan agar Adria mau cerita.

 

ADRIA:

Ehm… dia itu akhir akhir ini

kaya ngerasa aneh…

 

GAYATRI:

Hooooooo

Aneh? Aneh gimana?

coba jelasin sini coba~~

 

ADRIA:

gue-

Eh dia maksudnya temen gue itu

Ehem.

Dia bilang kalo dia sering

mikirin seseorang, bahkan tanpa sadar

muncul di mimpi.

 

GAYATRI:

Ouhh… so sweet~~~

 

Gayatri heboh dengan reaksinya mendengarkan cerita Adria.

 

ADRIA:

Dihhhhhh.

Lo itu yah.

Bukannya bantu malah heboh gitu.

 

Gayatri berhenti heboh dan raut mukanya mulai serius.

 

GAYATRI:

Alright, I am sorry.

Ehem. Terus?

 

Adria dengan muka sedikit memerah.

 

ADRIA:

Dia engga yakin dia suka sama

orang ini atau engga.

 

Gayatri tertawa kecil.

Kemudian menatap Adria lembut.

 

GAYATRI:

Ya,

Bukannya itu artinya lo udah suka sama dia?

 

ADRIA:

Ha?

GAYATRI:

Ketika lo ragu kalo lo suka dia

apa engga,

Sebenernya tanpa sadar itu artinya

Lo udah tertarik

 

ADRIA:

He…

Hmmm…

 

Gayatri memandang Adria dengan tertawa mengejek.

Adria tersadar bahwa dia baru saja mengakui bahwa dialah yang memiliki permasalahan itu, bukan temannya.

 

GAYATRI:

BAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAK!

 

ADRIA:

Triiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!!!!

 

Adria berteriak sampai beberapa pengunjung memandang mereka.

Sementara Gayatri menutup mulutnya dengan satu tangan sementara tangan lainnya menahan perut karena tertawa tepingkal pingkal.

 

CU.Gayatri dan Adria dengan kebahagian sederhana mereka yang terlihat melalui jendela kafe.

 

Dissolve to:

 

 

INT. OFFICE – SIANG

 

Adria sedang di pantry membuat segelas kopi dingin.

Ada notifikasi masuk di smartphonenya.

Dari Gayatri.

Adria saling bertukar pesan di app chat tersebut sambil mengaduk kopi dinginnya.

 

GAYATRI:

Yaaaa, ntar temenin gue ke rumah sakit ya.

Gue mau ambil hasil check up laki gue.

 

 

ADRIA:

Iya, boleh.

Hari ini gue engga ada lembur.

 

 

GAYATRI:

Okeee.

Ntar jam 6 an tunggu di lobby yak.

 

 

ADRIA:

Iye.

 

Adria kembali ke bilik kerjanya sambil memeriksa beberapa dokumen di atas mejanya.

 

Cut to:

 

INT. RUMAH SAKIT – MALAM

 

Gayatri dan Adria sudah sampai di tempat parkir rumah sakit.

Mereka keluar dari mobil bebarengan.

 

GAYATRI:

Ya, gue kayaknya juga mau konsultasi sebentar

Ke bagian kulit.

 

ADRIA:

Kenapa?

Alergi lo kumat lagi?

 

GAYATRI:

Iye kayaknya.

Cuman belum parah.

Gue cuman mau minta antibiotic aja.

 

ADRIA:

Oh ya uda.

Its okay, gue tunggu ntar di mobil.

 

GAYATRI:

Okayyy.

Ya uda yok masuk.

 

 

Gayatri dan Adria sudah masuk ke bagian ruang tunggu untuk pasien hasil pemeriksaan laboratorium.

 

Gayatri menuju ke ruangan bagian kulit sedangkan Adria menuju tempat parkir.

 

CUT TO:

 

EXT. TEMPAT PARKIR RUMAH SAKIT – AS BEFORE

 

Adria menuju mobil tempat mereka parkir dan tanpa sengaja melihat Amelia yang baru saja keluar dari mobilnya.

 

CU. Wajah Adria yang mengingat Amelia sebagai sosok yang mengajak Arsa bicara saat ia di rumah sakit sebelumnya.

 

Adria mencoba menyapa Amelia.

 

ADRIA:

Malam…

 

Amelia yang disapa menengok ke arah Adria dengan sedikit kening berkerut.

 

AMELIA:

Malam…

Ehm, siapa…?

 

Adria dengan raut muka ramah menjulurkan tangan.

 

ADRIA:

Ah, saya Adria.

Ehm, saya kenalannya Arsa…

Seniman lukis yang beberapa minggu kemarin

ke rumah sakit ini

 

Amelia tertegun sejenak.

AMELIA:

Arsa?

Arsa yang itu?

 

ADRIA:

Iya…

Yang itu…

 

AMELIA:

Heee…

Saya kira dia engga bakal mau

punya teman…

 

ADRIA:

Oh, bukan kok.

Kami bukan teman yang akrab atau gimana.

Ehm, saya kenal dia karena perusahaan

kami ada bisnis seni.

Ituuu, ehm Pandora Arts Centre

yang baru-baru ini buka,

Itu untuk galeri lukisannya

kami pakai lukisan karyanya mas Arsa…

 

AMELIA:

Wah, galeri Pandora itu?

Banyak teman saya yang bilang tempatnya keren

Apalagi galeri lukisannya,

katanya indah banget

 

 

ADRIA:

Iyaaa, ehm,

Sebenernya setiap kali datang ke studionya mas Arsa

saya tau Mas Arsa punya bakat.

 

CU. Adria dengan pipi sedikit memerah.

Amelia melihat tersebut dan seperti menyadari bahwa Adria tertarik dengan Arsa.

 

AMELIA:

Ehem.

Adria, suka kopi dingin atau panas?

 

CU. Adria yang bingung dengan pertanyaan Amelia.

 

CUT TO:

 

INT. RUMAH SAKIT – RUANGANNYA AMELIA

 

Adria yang sempat bingung ternyata diajak ke ruangannya Amelia.

Amelia ternyata psikiater yang sudah cukup lama bekerja di rumah sakit tersebut.

Di ruangan tersebut ada ruangan kosong sebagai tempat istirahat Amelia, lengkap dengan sofa, meja, TV, pantry dan kamar mandi.

 

AMELIA:

Silahkan duduk~

Kopi dingin ya?

Want it bitter or sweet?

 

ADRIA:

Ehm,

Sweet please.

 

AMELIA:

Roger that.

 

Amelia menuju pantry dan menyiapkan kopi, sedangkan Adria melihat sekeliling sambil duduk di sofa. Pemandangan kota dari jendela besar dekat sofa membuatnya sedikit melamun.

Suara Amelia yang meletakkan gelas berisi kopi dingin di meja membuyarkan lamunannya.

 

AMELIA:

Silahkan~

 

ADRIA:

Ah, terima kasih.

Maaf ngerepotin.

 

AMELIA:

No, don’t mind.

(jeda)

Ehm, so Adria

…Kamu kenal Arsa darimana?

 

Adria menatap Amelia yang tidak berbasa – basi.

 

ADRIA:

Ehm,

Karena kerjaan kok Mbak.

Saya juga cuma beberapa kali aja ke studionya.

Jadi engga yang akrab banget.

Hehe.

 

AMELIA:

Hahahaha.

Adria, kamu tau gak kalau

Engga ada seorang pun yang pernah

diundang sama Arsa

atau berlama - lama di studionya?

 

Adria yang sedang minum kopinya hampir tersedak.

Amelia hanya tertawa ringan menyaksikannya, sambil menyodorkan box tisu ke Adria.

 

ADRIA:

Ehm.

Sebenernya saya cuma penasaran aja

Kenapa Mas Arsa kayak benci banget ke kakeknya.

 

Amelia yang sekarang menatap Adria.

 

ADRIA:

Sebenernya waktu di rumah sakit

beberapa minggu lalu,

Saya denger percakapan mbak sma mas Arsa…

Maaf…

 

Adria menatap Amelia dengan tatapan bersalah, kemudian melanjutkan kalimatnya.

 

ADRIA:

Waktu itu saya gak sengaja ngelukain

Tangan saya, jadi Mas Arsa nemenin

Saya ke rumah sakit biar tangan saya diobatin…

Gitu aja kok mbak,

Engga lebih…

 

Amelia menatap Adria dengan lembut kemudian beranjak dari sofa mengambil beberapa dokumen di salah satu rak.

Kemudian menyodorkannya ke Adria.

 

Tertulis:

SUMMARY REPORTS

NAMA PASIEN: ARSA RAJASA

 

AMELIA:

Ya… Arsa itu, pasien saya.

 

CU. Mata Adria yang terbuka lebar.

Dia membuka satu persatu lembar laporan tersebut dengan mata membulat.

 

AMELIA:

…dia jadi pasien VIP karena kakeknya,

Dan dia…dipaksa untuk datang ke rumah sakit

Karena dia uda ngelakuin percobaan

bunuh diri…beberapa kali…

 

Adria mendengarkan dengan paru-paru yang seperti tertekan.

Seperti sesak.

Di lembar demi lembar laporan yang dia baca, tertulis mengenai Arsa dan percobaan bunuh dirinya.

 

 

AMELIA (V.O.):

Dia pernah coba gantung diri…

 

Gambaran: Arsa yang menaiki sebuah kursi dengan tali yang terikat dari langit-langit sebuah kamar. Bersiap melingkarkan tali tersebut ke lehernya.

 

AMELIA (V.O.):

Dia pernah hampir sengaja menabrakkan diri

ke jalanan ramai…

 

Gambaran: Arsa yang berdiri di pinggir jalan yang ramai kendaraan

dan sengaja melewati trotoar ketika lampu sudah hijau.

 

AMELIA (V.O.):

Dia pernah overdosis…

 

Gambaran: Arsa yang langsung meminum semua obat yang ada dalam satu botol besar di pinggiran kasur kamarnya.

 

AMELIA (V.O.):

Dia juga pernah nyoba untuk terjun

dari atap gendung lantai 25

 

Gambaran: Arsa yang menaiki pembatas di atap gedung berlantai 25. Dia seperti bersiap terjun dengan mata lurus menatap ke depan.

 

Kembali ke Adria dan Amelia di rumah sakit.

 

CU. Adria melongo, kehabisan kata-kata.

 

Amelia menatap ekspresi Adria dengan tatapan memahami.

Kemudian dia beranjak ke samping tirai jendelanya sambil menyeruput kopi panasnya. Menerawang melalui jendela.

 

AMELIA:

Dia… punya masa lalu yang…

Engga semua orang bisa terima…

Bukan, mungkin engga ada orang yang

bisa terima…

engga ada orang yang bisa paham…

 

ADRIA:

…Maksudnya?

 

AMELIA:

Dia benci, bukan

Dia jijik dengan asal usulnya…

 

ADRIA:

Kenapa?

kenapa dia jijik dengan asal usulnya?

 

AMELIA:

…Orang tuanya itu… saudara kandung…

 

Freeze.

Adria benar-benar kaget, matanya membulat penuh.

Sementara Amelia terlihat tenang meskipun terlihat dia sedikit gemetar dan menelan ludah terasa sakit.

 

CUT TO:

 

Lagu seperti sedang di opera, alunan alat musik klasik mengiringi gambaran anak - anak kecil, satu laki – laki bernama Roy dan satu perempuan bernama Linda di sekitar tahun 70an. Roy dan Linda di halaman rumah, bersama dengan versi muda Kakek Rajasa dan istrinya, Nenek Ria, yang terlihat bahagia, ikut bermain bersama mereka.

 

Menginjak umur pubertas, dua anak tersebut semakin dewasa. Dikarenakan bisnis kakek Rajasa, sejak kecil dua anak tersebut tidak sekolah di luar selayaknya anak biasa. Mereka pun tidak diperbolehkan keluar tanpa pengawasan.

 

Terlihat Roy dan Linda sering mencari cara agar bisa kabur bermain keluar dari rumah, tapi penjaga selalu dapat menghentikan mereka. Karenanya mereka terlalu sering menghabiskan waktu bersama, saling meluapkan rasa sedih dan kesepian ke satu sama lain.

 

Tahun demi tahun berlalu, Roy dan Linda saling menatap dan tersenyum, berpegangan tangan erat seperti tidak memiliki orang lain di hidup mereka.

 

CU. Adria meletakkan dokumen laporan tersebut di atas meja dan sudah melupakan kopinya.

 

ADRIA:

jadi…jadi…

Maksudnya dia itu…

Tunggu, sebentar,

 

Tiba-tiba Adria merasa kepalanya terasa berat.

Napasnya semakin sesak.

Amelia yang melihatnya langsung duduk kembali dan menenangkan Adria dengan mengelus punggungnya.

 

AMELIA:

Saya ceritakan ini ke kamu,

Bukan karena saya mau buka aib pasien saya sendiri,

Tapi-

 

ADRIA:

Kok Mbak bisa tahu sejauh ini…?

AMELIA:

Engga ada pasien yang bisa

menyembunyikan rahasia dari dokter.

 

Adria tidak menjawab, hanya diam memandang dokumen laporan atas nama Arsa.

 

AMELIA:

Dia butuh seseorang Ya.

Engga etis bagi seorang dokter

untuk menceritakan kondisi pasiennya ke orang lain,

Tapi…

Saya ambil risiko itu kalau

memang bisa meringankan kesedihannya Arsa.

 

Adria menatap Amelia seakan mengerti.

 

CUT TO:

 

INT. DALAM MOBIL NYA GAYATRI – AS BEFORE

 

Gayatri dan Adria sedang dalam perjalanan pulang ke apartemen mereka. Gayatri merasa aneh karena Adria diam saja.

 

GAYATRI:

Ya, lo kenapa?

 

Adria tidak menjawab, hanya terlihat seperti berpikir.

 

GAYATRI:

Yaaa…

Jangan ngelamun ah.

Ntar susah gue ngeruqiyahnya.

 

Gayatri mencoba melawak mencairkan suasana.

 

ADRIA:

…Tri,

Kalau semisal ternyata…

Lo tertarik sama orang yang ternyata…

Bermasalah…

Gimana?

 

GAYATRI:

Bermasalah gimana maksudnya?

 

ADRIA:

…Ya gimana kalau ternyata,

Dia punya hal di masa lalu yang…

Bener – bener kelam?

 

Gayatri menengok sebentar ke arah Adria yang menanyakan pertanyaan tersebut dengan wajah sangat kebingungan.

 

GAYATRI:

Ya,

Orang itu masih idup kan?

 

ADRIA:

Hah?

Ya iyalah

 

GAYATRI:

Ya udah.

Selama dia manusia bukan setan,

Dia masih punya kesempatan

Mau kayak apa juga masa lalunya.

 

ADRIA:

Gitu ya…

 

GAYATRI:

Lagian, lo juga jahat Ya.

 

ADRIA:

He? Gue?

Kok bisa gue jahat?

 

GAYATRI:

Sebelum lo tertarik sama dia,

Engga ada perjanjian kan kalau dia harus

orang yang sempurna?

 

Adria menatap Gayatri dengan mata sedikit basah karena terharu.

 

ADRIA:

Triiiiiiii

Hiks, gue sayang sama lo Tri...

 

 

Sisa perjalanan tersebut dihabiskan dengan Adria yang membulatkan tekad untuk membantu Arsa melanjutkan hidup.

 

Cut to:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar