LOST BUT FOUND
3. Chapter tanpa judul #3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. OFFICE – MALAM (BEBERAPA HARI SETELAHNYA)

 

Pak Brata & Adria di dalam ruangan meeting yang lampunya cukup temaran, selesai meeting. Duduk berhadapan di meja berbentuk oval.

 

PAK BRATA:

Ya.

 

 

ADRIA:

Kenapa Pak?

 

 

PAK BRATA:

Ehm, kamu dihubungi sama mas seniman itu gak?

 

 

ADRIA:

Hm? Engga Pak.

Saya kira dia masih mau ngereview atau gimana gitu.

 

 

PAK BRATA:

Dia hubungin saya tadi waktu lunch break.

 

 

ADRIA:

Eh?

Terus?

 

CU. Pak Brata mencuri pandang ke Adria.

 

PAK BRATA:

(jeda)

Dia minta kamu datang ke studio nya dia.

 

 

ADRIA:

He? Saya?

Bapak engga ikut?

Kenapa?

Kenapa Cuma saya?

 

Adria menyingkirkan laptop dan dokumen di hadapannya.

 

PAK BRATA:

Satu-satu tanyanya.

 

 

ADRIA:

(bingung)

 

 

PAK BRATA:

 Dia bilang mau nunjukkin karya seni apa aja

yang harusnya masuk ke list.

Saya tanya kenapa harus kamu juga

dia engga jawab.

Dia langsung tutup teleponnya.

 

 

ADRIA:

(melongo)

Wah.

Ceritanya saya jadi tumbal nih?

 

 

PAK BRATA:

Yah kasarannya sih gitu.

 

 

ADRIA (V.O.):

Mampus dah gue.

 

Cut to flash back:

 

 

Kilas balik beberapa adegan di awal pertemuan mereka yang tidak bersahabat sama sekali muncul di benak Adria.

 

Flash back cut to:

 

CU. Wajah Adria yang terlihat pasrah dan menatap laptop didepannya dengan tatapan sedikit kosong.

 

Cut to:

 

EXT. STUDIONYA ARSA – DEPAN PINTU (BESOK SORENYA)

 

CU. Adria yang terlihat tegang.

CU. Jari Adria yang Ragu untuk memencet bel atau tidak.

Setelah memberanikan diri memencet bel, tidak ada jawaban.

Dilihat lagi, ternyata pintu tersebut tidak terkunci.

Adria masuk dengan membuka pintu pelan.

 

 

ADRIA:

Permisi …

 

Studio milik Arsa terlihat sangat minimalis.

Didominasi oleh warna hitam & abu-abu.

CU. Pada tembok - tembok tertutup lukisan abstrak menarik, tapi terlihat penuh makna.

 

 

ADRIA (V.O.):

Woah.

Dia emang seniman.

 

 

CU. Adria menatap banyak lulisan di tembok dan menatap satu persatu dengan kekaguman.

 

BCU. Ia menyentuh beberapa bagian lukisan yang paling menonjol dan merasakan tekstur dari lukisan yang dirasa sangat menarik.

 

Kemudian mata Adria menangkap Arsa yang sedang melukis tembok yang berada di sudut studio. Terlihat cipratan cat di apron hitam yang ia kenakan dan kupingnya yang tersumpal headphones.

 

 

ADRIA (V.O.):

Hmmm, pantesan engga denger.

 

CU. Pada langkah Adria yang berjalan menuju Arsa dan seketika semua menjadi slow motion, saat Adria melihat Arsa menurunkan hoodienya.

 

CU. Rambut ikal tapi terlihat halus tersebut bermandikan cahaya sore.

 

Adria berjalan memelan, dia perhatikan lagi Arsa.

 

Figur Arsa yang jangkung terlihat lebih mempesona dengan apron yang ia kenakan.

 

Adria terdiam di tempat, menatap Arsa yang seperti menari, menyapu tembok di depannya dengan kuas yang berbalut ragam warna.

Arsa terlihat sangat, sangat menakjubkan.

 

Melodi indah pun mulai terdengar, meskipun ia merasa seperti tuli sesaat karena kupingnya mendengung.

 

CU. Adria yang meremas erat ujung blousenya.

Arsa mulai menyadari kehadiran Adria.

Dia menurunkan headphones nya hingga melingkar di leher.

 

ARSA:

Ngapain?

 

 

ADRIA:

(mulai balik ke bumi)

Eh... engga…

Tadi pintunya engga dikunci, jadi saya masuk.

Maaf engga bermaksud masuk tanpa permisi.

 

 

CU. Arsa menatap Adria sejenak.

Kemudian melepas sarung tangan dan apron hitamnya, meletakkannya di atas meja, headphones nya masih melingkar di leher.

 

 

ARSA:

Gue mau nunjukkin lukisan apa aja yang harus

ada di galeri baru besok.

Ikut gue.

 

 

Dengan kikuk Adria mengikuti Arsa.

 

Masuk ke suatu ruangan cukup luas dengan banyak lukisan di dinding, ditambah beberapa yang masih terpajang di easel yang tersebar di beberapa titik ruangan.

 

Penerangan di ruangan tersebut cukup untuk menunjukkan indahnya lukisan-lukisan yang ada di dalam sana.

 

CU.Pada satu lukisan di sudut yang terlihat lebih bersih, tanpa debu daripada lukisan lainnya.

 

CU. Lukisan seorang pria & wanita, wajah mereka terlihat mirip.

Sepertinya pasangan karena sang wanita menggendong anak sekitar umur 3 tahun yang tersenyum lebar dan sang pria memeluk mereka berdua dengan erat.

 

Tapi Adria mengernyitkan kening ketika melihat lukisan anak tersebut, wajahnya terlihat mirip dengan …

 

Suara Arsa memecah keheningan.

 

ARSA:

Itu gue.

Dan mereka, orang tua gue.

 

 

ADRIA:

Eh?

 

 

ARSA:

Muka lo kaya pengen tau mereka siapa.

 

 

ADRIA:

Ah, iya sih…

(teringat perkataan Pak Brata mengenai

orang tua Arsa yang katanya sudah meninggal)

Ehm, tapi beliau berdua keliatan masih

muda banget ya di lukisan ini.

Cantik dan ganteng-

 

 

ARSA:

Cukup.

 

CU. Wajah Arsa yang terlihat sedikit menegang.

Adria menatap dari samping ketegangan tersebut.

 

 

ADRIA:

Eh?

 

 

ARSA:

Lo engga perlu tau lebih dari ini.

 

 

Arsa menutup lukisan tersebut dengan kain putih.

Adria terlihat kikuk.

 

 

ADRIA:

Ah. Iya.

Maaf…

(masih kaget dengan larangan Arsa)

 

 

Arsa mulai beranjak dari depan lukisan tersebut.

 

 

ARSA:

Catet lukisan mana aja yang seharusnya ada di

galeri. Gue engga mau ngulang dua kali.

 

 

 

ADRIA:

Em, iya.

(membuka aplikasi kamera di handphone)

 

 

Ketika Adria siap memfoto dari kamera handphone, tangan Arsa menutupnya.

 

CU. Tangan dan wajah Arsa dari balik kamera.

 

Dia terlihat sedikit tidak senang.

 

ARSA:

Gue uda nandain semua lukisan disini.

Lo engga perlu foto.

Catet aja.

 

 

ADRIA (V. O.):

Dih, ribet banget.

 

CU. Wajah Adria yang merasa bahwa Arsa menyebalkan.

Kemudian ia mulai mencatat nomor lukisan – lukisan yang ditunjuk Arsa.

 

Sore itu berjalan cukup lambat, karena Adria tetap menikmati indahnya lukisan-lukisan di ruangan tersebut.

 

Dan Adria mulai melihat sisi Arsa yang lain.

Sisi yang sedikit temperamental, tapi terlihat lembut ketika menjelaskan lukisan-lukisan yang ada disana. Pun sisi Arsa yang ternyata obsesif terhadap karyanya.

 

Split screen.

Di layar kanan. CU. Arsa yang terlihat Indah ketika menyapu rambut ikal halusnya dengan tangan kiri.

 

Di layar kiri. CU. Adria yang melongo menatapnya.

Karena bagi Adria, Arsa terasa dingin, tapi juga hangat.

 

Cut to:

 

INT. APARTEMEN – DINI HARI

 

Adria sibuk mengetik run down acara pembukaan Pandora Arts Centre.

Berkutat dengen banyak dokumen tersebar di atas meja.

 

CU. Adria yang terlihat serius dengan masih menggunakan pakaian kerja.

 

Cut to:

 

EXT. OFFICE - SIANG

 

Adria dan Pak Brata di ruangan meeting dengan beberapa anggota dari departemen lain terlihat sedang berdiskusi.

 

CU. Wajah beberapa staf lain yang terlihat aktif mengutarakan opini.

 

CU. Ke layar presentasi dimana itu tertulis “PANDORA ARTS CENTRE; GRANDE APERTIO”

 

Pak Gatot memasuki ruangan meeting.

 

 

PAK GATOT:

Ok.

Langsung ke intinya aja.

Opening satu minggu lagi.

Semua departemen diharapkan bisa

melaksanakan bagiannya masing-masing dengan baik.

 

 

CU. Wajah Pak Gatot yang bertambah serius dan menatap intens, terutama ke Pak Brata dan Adria.

 

PAK GATOT:

Pak Brata, bagaimana dengan galeri lukisannya?

 

 

PAK BRATA:

Sudah kami list apa saja yang dibutuhkan.

Tinggal pelaksanannya saja besok serta persiapan

detail-detail kecil saja.

Semua terkendali.

 

 

Pak Gatot terlihat lega.

 

PAK GATOT:

Baik.

Untuk bagian perpustakaan bagaimana?

 

 

Pak Gatot menoleh ke sisi kirinya.

 

 

Staf:

Aman Pak.

Desainnya yang luas, hangat tapi modern bakal

jadi salah satu spot untuk menarik minat

anak muda datang.

Semua sudah ready tinggal pelaksanannya saja.

 

 

PAK GATOT:

Bagus.

Kafe & dining nya gimana?

 

 

Staf:

Karena tema yang diusung adalah seni,

semua desain serta food & beverages nya juga sudah disempurnakan

dengan bantuan dari seniman dan juru masak lokal berbakat.

Kami sudah atur agar sehari sebelumnya sudah

persiapkan bahan dan lain sebagainya.

 

 

PAK GATOT:

Bagus semuanya. Bagus.

Ah, jangan lupa untuk undangan segera

dikirimkan hari ini ya.

Pastikan dapat konfirmasi dari para tamu

siapa saja yang bisa hadir dan

persiapkan grand opening gifts nya.

 

 

Pak Gatot beranjak dari kursi.

Kemudian menengok ke arah Adria & Pak Brata.

 

 

PAK GATOT:

Pak Brata, tolong pastikan lagi semuanya

sama event organizer nya ok?

 

 

Kemudian Pak Gatot melirik sekilas ke arah Adria.

Adria hanya menunduk sedikit memberi hormat.

 

CU. Wajah penasaran Pak Brata yang menyaksikan adegan itu.

 

 

PAK BRATA:

Oh.

OK Pak.

 

 

Pak Gatot keluar ruangan meeting.

Semua staf masih lanjut diskusi untuk acara grand opening.

CU. Adria yang masih memikirkan lirikan sekilas Pak Gatot dan Pak Brata menyadari itu.

 

 

PAK BRATA:

Asal kamu tau aja Ya.

Sebenernya Pak Gatot agak ragu kalau

perusahaan kita bisa dapat deal project ini.

 

 

ADRIA:

He? Kenapa?

 

 

PAK BRATA:

Ini kan project gede Ya.

Arts centre yang juga ada kafe, perpustakaan

dan spot spot kekinian khas anak muda

jaman sekarang, kamu kira main-main?

 

 

ADRIA:

Hm. Iya sih.

 

 

PAK BRATA:

Tapi sebenernya semua itu jadi deal

karena kita bisa dapet approval untuk galeri

lukisan si cucunya Pak Rajasa itu.

 

 

Sejenak Adria membayangkan siluet sosok Arsa yang sedang menyapu tembok dengan kuas berlumur warna miliknya.

 

CU. Adria yang tersenyum tanpa sadar.

 

Pak Brata melirik Adria sekilas.

 

 

PAK BRATA:

Pak Gatot juga tau kalau cuma kamu

yang diminta dateng ke studio nya si cucu

Pak Rajasa tempo hari kemarin.

Makanya dia agak penasaran

kali sama kamu.

 

 

CU. Wajah Adria yang terlihat sedikit memerah dan gugup.

Mengelak pandangan Pak Brata.

 

 

ADRIA:

Duh. Apa sih Bapak?

Masalah kerjaan ini.

 

 

Pak Brata tersenyum seakan tahu apa yang terjadi.

 

 

PAK BRATA:

Tapi kalau sudah jatuh cinta,

ya mau gimana?

(mengangkat kedua alisnya)

 

 

ADRIA:

(merasa de javu)

Udah deh pak.

Fokus gih ke opening besok.

Kalau ada yang kurang, berabeee.

 

 

PAK BRATA:

Iya juga.

Jadi ngeri.

Ya udah, ayo rekanku.

Saya sudah minta istri bapak kirimin

makanan buat lembur

sama temen-temen yang lain juga.

 

 

ADRIA:

Yeay! Gitu dong!

Nanti saya kasih les privat Bahasa

Inggris gratis deh ke si Nana!

Ahahahaha!

 

 

 

PAK BRATA:

Tanpa kamu kasih les privat, anak saya itu

Bahasa inggrisnya uda jago sekarang, daripada saya.

 

 

Gayatri baru saja keluar dari toilet, tak sengaja bertemu dengan Adria dan Pak Brata yang sedang berada di depan pintu ruangan meeting.

 

CU. Wajah Gayatri yang terlihat senang bertemu mereka berdua.

 

 

Gayatri:

Eh, Adria! Pak Brata!

 

 

Adria menyadari suara tersebut dan berlari memeluk sahabatnya tersebut.

 

 

ADRIA:

Ya Ampooonn!

Mentang mentang uda pindah divisi,

promosi jabatan, lupa ye lo sama sahabat sendiri?

 

GAYATRI:

Eh lu kan tau atasan gue sekarang

bukan babe kita, Pak Brata lagi.

Divisi gue langsung dibawahnya Pak Gatot!

Lu tau lah kaya apa!

Bersin aja gue tahan tau gak lo!

 

 

Gayatri menjelaskan dengan gesture yang dilebih-lebihkan.

 

 

ADRIA:

Dih. Jorok.

 

 

Adria pura-pura menutup hidungnya dan mengambil jarak dari Gayatri.

Gayatri berteriak memukul pelan Adria, mereka berdua cukup berisik dan menarik perhatian.

 

Pak Brata hanya tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.

 

Cut to:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar