Lingkaran Setan (Short Movie Script)
3. EPISODE 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. LAUNDRY DIKE - DEPAN RUANGAN ADLAN - NOON

(FLASHBACK beberapa jam sebelum dinner)

Aletha menutup pintu ruangan Adlan, ia tersenyum sendiri.

Tiba-tiba saja Rio muncul, hendak memasuki ruangan Adlan. Rio memegang sebuah amplop.

RIO

Kenapa lo senyam-senyum?

ALETHA

Bukan urusan lo.

RIO

(menggoda)

Oh, sekarang ada yang pacaran sama bos. (beat, menunjukkan amplop yang ia pegang) Gimana ya kalo Pak Adlan tau cewek yang dia taksir menyalahgunakan tanda tangan digitalnya?

ALETHA

Maksud lo?

RIO

Oh, lo gak tau, ya? Kayaknya Zikri ngasih amplop yang salah. Sialnya, dia ketauan.

Aletha terbelalak, ia mendorong Rio menjauh dari ruangan Adlan.

RIO

Santai dong, Bos.

ALETHA

Jangan macem-macem. Gue peringatin lo.

RIO

(tertawa merendahkan)

Kenapa? Lo mau apa?

Aletha menyengir.

ALETHA

Lo pikir gue gak tau kalian juga menggunakannya? Bukan hanya dengan Zikri, tapi hampir semua customer. Denger ya, gue gak bersalah. Itu keputusan Zikri untuk ngambil kesempatan. Kalo sampai gue jatuh, gue bakalan seret kalian.

Ekspresi Rio berubah, dia mendorong Aletha.

ALETHA (CONT'D)

Lo pikir gue gak tau kalau setelah kesalahan gue hari itu, lo kerja sama dengan Zikri? Karena itu dia selalu dateng di shift lo. Gue tau semuanya. (beat) Lo supervisor. Lo bisa selesain masalah ini tanpa Pak Adlan tau.

RIO

Lo gak punya bukti.

Aletha berlalu tanpa menjawab Rio, meninggalkan Rio yang tertawa tidak percaya Aletha berani mengancamnya.

RIO (CONT'D)

Ternyata dia tau. Bego banget, harusnya dia gak usah ngancem gue.

Rio berjalan ke lobby.

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - NOON

Di kursi tunggu yang berada di lobby, Rio menyuruh Zikri duduk di sampingnya. Suasana di lobby sepi, hanya ada mereka berdua.

RIO

Lo tenang aja. Transaksi terakhir kita itu bulan Juni, sistem berubah, jejak digital pun dipegang sama owner sebelumnya. Belum tentu dia masih simpan. Semua CCTV di-reset tiap bulannya. Jadi, lo hanya perlu bilang kalo kasir yang handle lo Aletha.

ZIKRI

Terus kalo dia nanya transaksi di jam berapa gimana? Kan gue selalu ketemu sama lo.

RIO

Jadwal di sini selalu berubah karena Vina suka minta tuker shift mengikuti jam kuliahnya. Gue dan Vina bisa diskusiin itu. Gak akan ada bukti digital apapun.

ZIKRI

Oh, oke. Gue balik ke hotel dulu.

INT. RESTORAN - NIGHT

Adlan menatap Aletha tidak percaya.

ALETHA

Gue minta maaf. Sumpah, gue gabisa apa-apa. Gue bener-bener minta maaf.

ADLAN

Jadi bener lo menyalahgunakan tanda tangan gue?

Aletha terus menangis, maskaranya luntur mengotori kedua pipinya.

ALETHA

(menggeleng)

Bukan gue, gue emang pernah mikir untuk melakukan itu, tapi gak jadi. Sempat mikirin tentang itu aja ngebuat gue nyesel sampai sekarang. (beat) Harusnya gue kasih tau lo kalo Rio dan Vina kerja sama dengan salah satu pihak tim sepak bola itu, namanya Zikri.

ADLAN

(bingung)

Tunggu, gue gak paham. Kenapa jadi Rio dan Vina?

ALETHA

(berhenti menangis)

Ya mereka yang menyalahgunakan tanda tangan lo.

ADLAN

Tapi kata temen gue, Zikri bilangnya lo yang handle dia. Zikri nggak tau apa-apa.

Aletha tersentak. Ekspresi wajahnya berubah marah.

ALETHA

Rio bajingan! Sialan! Bisa-bisanya dia ngejebak gue! (beat) Ah, bego banget gue!

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - MORNING

(FLASHBACK 5 tahun yang lalu)

Terlihat Aletha masih menggunakan baju hitam putih. Wajahnya jauh lebih muda, tanpa riasan. Ia mengecek kaus-kaus dan mencatat jika ada yang bolong atau tidak. Di meja kasir ada Rio. Rio tersenyum manis ke Aletha, begitu pun Aletha yang membalas senyumnya.

MANAJER OPERASIONAL (O.S)

Dasar bucin!

KARYAWAN 1 (O.S)

Rio bisa banget pacarin anak PKL.

Mereka dulu pernah berpacaran.

MANAJER OPERASIONAL (O.S)

Oh iya, Al, nanti kalo lo udah lulus dan bingung mau cari kerja dimana, hubungin gue aja. Laundry Dike terbuka untuk lo, hehehe.

ALETHA

Terima kasih, Pak.

CUT TO :

(FLASHBACK 1 tahun lalu)

Aletha datang lagi ke Laundry Dike setelah lulus SMK. Aletha bertemu dengan Rio, Rio tampak dingin dan Aletha tidak ingin bersikap ramah.

RIO

Menor lo.

ALETHA

Bacot.

RIO

Hati-hati kalo ngomong. Sekarang gue SPV-nya. Semuanya berbeda dengan saat lo PKL.

Aletha tampak terkejut.

CUT TO :

Aletha memerhatikan Vina yang sedang bekerja. Aletha melipat baju, membantu Vina. Tapi Aletha terkejut saat melihat Vina menyembunyikan uang dibalik seragam kerja untuknya yang berada di meja. Vina tertawa kecil.

Dari belakang Aletha, Rio merangkulnya.

RIO

Beginilah kami bekerja selama bertahun-tahun. Gak perlu susah payah untuk aduin kita ke manager operasional, toh dia juga udah ada bagiannya. Saat itu lo masih PKL, lo gak perlu tau. Tapi sekarang, lo udah tau semuanya.

ALETHA

Gue bakalan aduin ke manajer operasional yang baru. Hari ini dia akan dateng.

RIO

Oh, silakan. Silakan aja kalo lo mau mulai perang.

Aletha mengerutkan dahinya, tidak mengerti.

RIO (CONT'D)

(menunjuk para pencuci)

Lo liat para pekerja yang mencuci baju itu? Tiap kantung yang mereka rogoh sering terselip uang tunai. (beat) Apa mereka orang jahat? Nggak. Mereka cuma lagi cari uang tambahan karena ada kesempatan. (beat) Sama kayak kita sekarang, kita cuma cari uang dari sistem keamanan yang rendah dan kesempatan yang ada.

Aletha menggeleng tidak percaya.

RIO (CONT'D)

Jadi, mulai sekarang, tugas lo adalah tutup mulut. Nyari kerja jaman sekarang susah, kan? Mendingan lo tutup mulut aja. Kalo mau nyerah, mending lo pergi sekarang. Tapi kalo lo mau stay di sini, silakan ambil seragam ini dan tutup mulut. (beat) Ah, kalo lo mau ikutan main juga gak apa-apa. Toh kalo sampai gue dan Vina ketahuan, lo juga bakalan ikut keseret. Jadi, kenapa gak nyebur sekalian?

Aletha berlari ke arah lorong. Tangannya gemetar.

ALETHA

Sial. Gue harus kemana kalo gak kerja di sini?! Sial. (beat) Bodo, lah. Yang penting gue gak ikut-ikutan.

Kemudian dia mendengar pintu terbuka. Aletha kembali ke meja front liner. Mata Aletha dan Adlan bertemu, lalu kejadian sama seperti di episode satu.

INT. RESTORAN - NIGHT

Kembali ke masa kini.

Adlan terpaku mendengar cerita Aletha.

ALETHA

Keesokan harinya, gue gak sengaja menemukan fail invoice palsu itu. Ada tanda tangan digital lo di situ. Makanya gue ngacak-ngacak sampah kertas. (beat) Hari itu juga, gue sempet berpikir untuk melakukan hal yang sama seperti Rio dan Vina. Gue udah ngasih amplop bill palsu itu, tapi kemudian Rio dateng. Gue malu banget dan bener-bener ngerasa bersalah. Akhirnya gue nyetak bill aslinya dan ngasih uang lebihannya ke Zikri sebelum dia pergi ke luar. Bodohnya gue, harusnya gue ngambil bill yang sebelumnya. Lo liat gue 'kan? (beat) Gue pun gak paham, tapi gue tau setelah itu Zikri selalu laundry di shift Rio atau Vina.

Adlan teringat Rio yang menghampiri Zikri setelah Aletha pergi.

ADLAN

(bergumam)

Setelah lo pulang, Rio ngedeketin Zikri dan nulis sesuatu di amplopnya. Gue liat itu. (beat) Mereka kerja sama dari hari itu?

Ponsel Adlan kembali berdering. Telepon dari Geri.

ADLAN

(terkejut)

Hah? Seriusan?!

Adlan pun mematikan ponselnya.

ADLAN

Kita bisa mencocokan nomor pembayaran bill yang sudah dicetak dengan sistem kita. Dengan begitu, Rio bisa dibuktikan bersalah.

ALETHA

(menggeleng)

Rio dan Vina selalu membuat kode pembayaran asal-asalan. Dan transaksi mereka itu hanya dari awal tahun sampai bulan Juni.

ADLAN

Kalau begitu, kita jebak aja dia.

INT. KANTOR POLISI - RUANG INTEROGASI - NIGHT

Tanpa suara, kita bisa lihat Aletha menceritakan semua yang ia tahu ke kedua polisi di depannya.

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - NIGHT

Zikri datang lagi dengan sekarung pakaian para atlet. Rio tersenyum puas.

RIO

Nah, gitu dong.

Zikri duduk di sofa, menunggu beberapa saat dengan wajah menyesal. Berkali-kali ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mengembuskan napas berat.

ZIKRI

Gue nyesel.

RIO

Nyesel kenapa?

ZIKRI

Harusnya gue gak pernah ngehubungin lo setelah hari itu, harusnya gue ngasih amplop yang benar dan nggak terhasut ajakan lo.

RIO

Giliran ketangkep aja nyesel. Sebelum-sebelumnya, lo paling seneng kalo ada 'projek'.

Setelah salah seorang staf memeriksa semua bajunya, Rio pun menyerahkan amplop.

RIO

Nih, udah kelar semuanya.

Zikri berdiri, menghampiri meja front liner. Tangannya ragu-ragu mengambil amplop itu.

Dari arah pintu luar, Adlan, Aletha, Geri, dan beberapa polisi datang untuk membekuk mereka berdua.

Tangan Rio langsung diborgol, sedangkan Zikri memberikan amplop berisi invoice palsu dan uang lebihan ke polisi. Adlan dan Aletha mengambil alih kasir, mereka melihat daftar transaksi dan menyocokkannya dengan invoice yang dicetak oleh Rio.

ADLAN

(ke polisi)

Total nominalnya beda.

POLISI

Oke, kita langsung ke kantor polisi.

(ke Zikri dan Aletha)

Terima kasih sudah bekerja sama, ya.

Rio menatap Zikri tidak percaya.

RIO

Jadi, lo kerja sama dengan mereka? Gila, lo! Kan lo juga nerima uangnya.

ZIKRI

(nada suara menyesal)

Gue ngerasa bersalah, Yo.

Rio dan Zikri dibawa keluar terlebih dahulu.

POLISI

Nona Aletha? Ayo kita pergi.

ALETHA

(ke polisi)

Baik, Pak. Tapi, bisa beri saya sedikit waktu?

Polisi mengangguk dan meninggalkan Aletha bersama Adlan.

ALETHA

Jadi...,

ADLAN

(memotong)

Makasih ya, Al.

Aletha tampak bingung.

ADLAN (CONT'D)

Terima kasih karena udah mau ngaku dan nggak terjerumus. Mungkin kalo lo gak cerita, Rio bisa semena-mena menyalahgunakan tanda tangan gue untuk hal-hal yang lebih gila lagi.

ALETHA

Justru harusnya gue yang bilang terima kasih. Mungkin tanpa lo, gue gak mungkin bisa lepas dari lingkaran setan ini.

Mereka berdua tersenyum.

ADLAN

Anyway, kalo lo butuh bantuan, bilang aja ya.

ALETHA(menggoda)

Untuk ngurangin masa hukuman?

ADLAN

Ya, nggak juga, sih.

Mereka pun tertawa bersama.

ALETHA

Akhirnya gue udah keluar dari lingkaran ini (tersenyum puas). Kenapa lo gak berusaha keluar dari lingkaran lo juga?

Adlan terbelalak, ia membuang wajahnya.

INT. KANTOR POLISI - RUANG INTEROGASI - NIGHT

Tanpa suara, kita bisa lihat Aletha, Rio, dan Zikri diinterogasi satu persatu. Rio sangat emosi ke Zikri, sedangkan Zikri menunduk lemah.

INT. RESTORAN - NIGHT

Adlan kembali terduduk di meja yang sama seperti saat ia pacaran dengan Tasya, hangout dengan Geri, dan dating dengan Aletha.

Sepiring nasi goreng berada di depannya. Adlan menyendokkan nasi goreng itu. Ia tertawa kecil. Perlahan tawanya menjadi besar, lalu ia menangis. Sesendok nasi goreng itu jatuh berantakan.

Adlan menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Ia kembali tersenyum, tapi kemudian ia menangis sembari menutupi matanya dengan salah satu tangannya.

FADE TO BLACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar