Lingkaran Setan (Short Movie Script)
2. EPISODE 2
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - MORNING

Aletha baru saja sampai. Kantor masih sepi, hanya ada petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai.

Aletha membuka jaketnya dan menaruhnya bersamaan dengan tas-nya di laci bawah meja mereka. Aletha membetulkan mini banner yang menunjukkan kalau hari ini diskon 30%. Di samping meja front liner, sampah kertas masih menumpuk.

Tidak seperti kemarin, hari ini Aletha sudah mengenakan seragam. Aletha duduk di kursi dan menyalakan komputer. Di tepi komputer terlihat post-it yang berisi handover dari shift dua kemarin: Isi form setoran sebelum S4E dateng, form ada di komputer. Uang udah dihitung sama gue dan Vina, re-check aja soalnya lo yang bakalan tanda tangan. - Rio.

Aletha menyunggingkan bibirnya.

ALETHA

Form ada di komputer, tapi gak dikasih tau di fail mana.

Tangan Aletha meraih tetikus dan mulai membuka fail dokumen di komputer. Selama beberapa detik ia mencari fail itu, tapi kemudian ia tertarik dengan salah satu fail bernama: Pertanyaan yang sering ditanyakan saat sidang skripsi. Iseng-iseng, Aletha mengklik fail itu. Aletha sangat terkejut ketika dokumen yang terlihat adalah invoice manual.

Seorang petugas kebersihan datang.

PETUGAS KEBERSIHAN

Maaf, Mba, saya mau buang sampahnya dulu.

Masih dengan ekspresi terkejutnya, Aletha mengacak sampah kertas. Petugas kebersihan sampai kebingungan.

Aletha menemukan robekan invoice, ia menyatukan tiap robekan itu menjadi satu kertas utuh. Aletha menggelengkan kepalanya lemah ketika melihat nama Adlan dan tanda tangan digitalnya di invoice itu.

ALETHA

(nada suara rendah)

Gila.

Di saat yang bersamaan, langkah kaki Adlan mendekat ke meja front liner.

ADLAN

Pagi.

Aletha sangat terkejut. Buru-buru ia menaruh robekan kertasnya kembali ke tempat sampah dan menutup dokumen di komputernya.

Aletha pun berdiri dari kursinya.

ALETHA

Pagi juga, Pak.

ADLAN

Kenapa? Kok keliatan gugup?

ALETHA

(tertawa renyah)

Ah, nggak kok.

ADLAN

Oke (beat) oh iya, nama kamu Aletha 'kan?

Aletha mengangguk.

ADLAN (CONT'D)

Sorry kalo sedikit personal, tapi bisa minta waktunya hari ini setelah pulang?

Aletha mengerutkan dahinya.

ADLAN (CONT'D)

Dinner?

Aletha mengangguk, ia mengerti.

ALETHA

Saya pikir-pikir dulu ya, Pak.

Adlan terkejut mendengar jawaban Aletha. Aletha tampak cuek dan langsung duduk kembali di kursinya.

ADLAN

Oke, saya tunggu sepulang kerja.

Aletha tidak menjawab, ia hanya mengangguk.

Adlan pun tertawa renyah dan berlalu ke kantornya.

ALETHA

(menggerutu)

Buaya.

CUT TO :

Sudah lewat jam makan siang, perut Aletha berbunyi. Aletha mengambil tas yang ada di bawah laci, lalu membuka dompetnya yang hanya tersisa dua puluh lima ribu. Aletha mengembuskan napasnya pasrah.

Petugas kebersihan lewat dan menyapa Aletha.

PETUGAS KEBERSIHAN

Makan dulu, Neng.

ALETHA

Lagi diet, Mang.

Tak lama kemudian ada seorang pria datang membawa sekarung pakaian. Pria itu adalah asisten/suruhan suatu klub sepak bola, ZIKRI (27). Ia menghampiri Aletha di kasirnya.

Aletha fokus ke sekarung baju yang dibawa Zikri, tiba-tiba saja tangannya mengambil mini banner dan menaruhnya di laci.

ALETHA

Maaf, mesin EDC kami sedang rusak. Hanya bisa pembayaran tunai.

ZIKRI

Oh, oke, nggak apa-apa.

Aletha tersenyum kecil.

CUT TO :

Selagi seseorang memeriksa baju dan melipatnya, Aletha membuka fail invoice manual di komputer dan mengeditnya. Tak lama kemudian terdengar printer berbunyi.

Zikri menunggu sembari melihat daftar harga di selebaran.

ZIKRI

Udah, Mba?

Aletha menunjukkan bill palsunya.

ALETHA

Dua puluh dua pasang sportswear, totalnya 1.210.000

Zikri meraih dompet di saku belakang celananya dan mengeluarkan nominal uang tersebut.

Aletha menerima uang tersebut. Memisahkan 850.000 dan 360.000 di balik keyboard. Aletha pun memberikan amplop yang berisi invoice palsu.

INT. LAUNDRY DIKE - RUANGAN ADLAN - NOON

Adlan beranjak dari meja kantornya. Tangannya menempelkan ponsel ke telinga kirinya. Adlan mengambil tasnya dan membuka pintu kantornya.

ADLAN

Lo lagi di Jakarta?

(mendengarkan)

Dinner? Malam ini? Ah, besok aja lah, Ger. Gue lagi ngajak dating karyawan gue.

(mendengarkan)

Hahaha, yoi dong, Bro. Kan gue bilang, gue udah niat menata hidup gue dari awal lagi.

Adlan pun melangkah keluar dari kantornya.

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - NOON

Masih dengan ponsel di telinganya, Adlan melihat Aletha memberikan amplop ke Zikri di ambang pintu. Di meja front liner, sudah ada Rio yang duduk sembari memerhatikan Aletha dan Zikri dari kejauhan. Rio tertawa pelan.

Zikri mengangguk pelan, ia kebingungan. Dengan wajah masam, Aletha mengambil tas dan jaketnya di laci bawa meja. Lalu ia langsung pulang begitu saja.

Rio mendekati Zikri yang kebingungan. Tangan Rio meraih amplop dari tangan Zikri, Rio menuliskan sesuatu di amplop itu. Kita bisa lihat apa yang Rio tuliskan adalah: Kalo lo mau lagi, hubungin gue (no telp Rio)

Adlan termenung.

ADLAN

(ke telepon)

Ger, ayo kita dinner.

CUT TO :

INT. RESTORAN - NIGHT

GERI (35) sedang menunggu di salah satu sudut restoran dengan lampu remang-remang. Geri memperhatikan ke sekeliling restoran itu. Tak lama kemudian, Adlan datang. Suasana restoran sepi, hanya ada mereka berdua. Tanpa suara, kita bisa melihat mereka berbincang cukup lama. Dari makanan ada (nasi goreng) sampai habis.

GERI

Iya, gue sekarang jadi bagian badan hukum satu tim sepak bola gitu, Lan. Audit tahun kemarin ada yang bermasalah, korupsi receh lah. Pokoknya awal tahun gue pasti sibuk banget ngusut ini-itu.

ADLAN

Bagus. Gak banting stir kayak gue jadi manajer di tempat laundry.

Mereka berdua ketawa.

GERI

Next time, kenalin gebetan lo yang baru lah. Hahaha.

ADLAN

Lo tau gak, Ger, gue tadi ngajakin resepsionis gue untuk dinner. Eh ditolak, bajingan.

Mereka tertawa lagi.

GERI

Ini sih harus pintu bulan, Lan.

ADLAN

Maksudnya?

GERI

Moon door (mundur)!

Tawa mereka meledak lagi.

GERI

Saran gue sih, Lan, nanti kalo lo jadi dating, jangan bawa gebetan baru lo ke tempat ini. Cari suasana baru, lah. Katanya mau menata hidup dari awal.

Adlan terdiam, tampak tidak suka dengan usulan Geri. Menyadari itu Geri berusaha mencairkan suasana.

GERI (CONT'D)

Nih, minum dulu. Gak salah sih, nasi goreng di sini emang favorite lo banget! Hahaha.

Adlan menyengir tidak suka.

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - DAY

(Next day)

Saat pergantian shift antara shift satu dan dua, Adlan mengumpulkan ketiga karyawan front liner mereka.

ADLAN

Jadi, alasan saya mengumpulkan kalian adalah untuk memberitahukan kalau tempat kita kerja ini akan segera mengganti manajemen di bulan Juli nanti. Akan ada perubahan pada kasir, struk, dan sebagainya. Selainnya tetap sama.

Wajah Rio dan Vina terlihat kecewa. Sedangkan Aletha tampak tidak berminat.

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - MORNING

Sama seperti hari sebelumnya, Aletha kedapatan masuk pagi lagi. Aletha mendekati meja front liner, lalu mengeluarkan mini banner yang sebelumnya sempat ia sembunyikan. Aletha terduduk di kursi, membuka laci untuk menaruh tas dan jaketnya.

Aletha memandang ke arah luar, ia termenung. Perlahan air matanya keluar. Aletha mencoba untuk menyibukkan dirinya. Menyalakan komputer dan menulis sesuatu. Ia sangat fokus, sampai-sampai tidak menyadari kalau Adlan baru saja sampai. Adlan ingin menghampirinya, tapi ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk berlalu begitu saja.

CUT TO :

(NEXT MORNING)

Aletha kembali menduduki tempatnya. Wajahnya terlihat pucat, rambutnya tak beraturan. Ia kembali melakukan rutinitasnya seperti biasa. Membuka laci untuk menyimpan tas dan jaketnya. Tapi hari ini agak sedikit berbeda, karena Aletha menemukan roti dan susu di dalamnya. Di kedua makanan itu tertempel post it dengan namanya.

Aletha mengerutkan dahinya.

ALETHA

Baik banget si Mamang.

INT. LAUNDRY DIKE - LOBBY - MORNING, NOON, NIGHT

MONTAGES.

Scene selalu dibuka dengan kombinasi makanan dan minuman yang berbeda-beda. Wajah Aletha yang pada awalnya muram, semakin lama semakin riang.

Dari kejauhan, Adlan tersenyum ketika melihat Aletha makan dengan lahap.

Hingga suatu pagi, Aletha mendapati kalau pengirim makanannya adalah Adlan.

END MONTAGES.

INT. LAUNDRY DIKE - RUANGAN ADLAN - NOON

Adlan tengah berkutat dengan semua dokumennya. Terdengar suara ketukan pada pintunya.

ADLAN

(masih fokus dengan dokumennya)

Masuk.

Pintu terbuka, Aletha mendekat ke meja Adlan.

ADLAN

Ada apa, Al?

ALETHA

Ayo kita dinner.

Adlan terdiam, tak percaya yang baru ia dengar barusan.

INT. RESTORAN - NIGHT

Adlan memilih restoran yang sama. Adlan tersenyum, memastikan Aletha nyaman dan tidak canggung. Sedangkan Aletha tampak tegang dan kaku.

Pelayan membawa pesanan mereka berdua.

ADLAN

Silakan, Al. (beat) By the way, kita gak usah terlalu formal ya. Lo-gue, gak apa-apa.

Aletha mengangguk pelan. Adlan mencoba mencairkan suasana.

CUT TO :

ADLAN

Yah, jadi dulu gue seorang hakim, tapi ada suatu tragedi, jadi gue dikeluarkan.

ALETHA

(basa-basi, tidak minat)

Tragedi apa?

Adlan termenung beberapa saat.

ADLAN

Gue pernah punya hubungan sama seorang cewek. Keinginan dia itu sederhana, Al. Dia cuma mau kerja, nikah sama gue, dan punya anak. Tapi mungkin karena gue terlalu sibuk ngejar cita-cita gue, jadinya dia memilih untuk nikah sama cowok lain. (beat) Beberapa tahun kemudian, ketika gue resmi dilantik jadi hakim, kasus pertama gue adalah pemalsuan invoice.

Aletha tersadar dari lamunannya, ia menatap Adlan lurus.

ADLAN (CONT'D)

Dan lo tau, Al, tersangka itu adalah mantan gue selama bertahun-tahun. (beat) Saat gue liat nama dia, harusnya gue mundur. Tapi ironinya, ketika gue mau mundur, tiba-tiba gue liat suami dan anaknya yang masih bayi. (beat) Tiba-tiba gue jadi emosional. Itu semua keinginan dia dari dulu, kalo gue jatuhin hukuman berat (beat, menggeleng) gak, gue gak bisa. Akhirnya gue meringankan hukumannya.

ADLAN (CONT'D)

Tanpa gue sadari, ada sajawat gue yang mengulik masa lalu gue. At the end of the day, di sini lah gue. Diberhentikan secara tidak hormat, depresi selama lima tahun, dan mencoba memulai hidup gue dari awal dan terjauh dari tindak-tinduk kriminal apapun.

Aletha menahan air matanya.

ALETHA

(bergumam, nada suara kecil)

Lo salah tempat.

ADLAN

Sorry, lo ngomong apa?

ALETHA

(suaranya bergetar)

Kenapa ... kenapa lo masih nolongin dia?

ADLAN

Gue orang yang suka melakukan hal yang sama, monoton. Restoran ini, lebih tepatnya, meja yang kita duduki sekarang ini merupakan saksi gue dengan Tasya, gue setelah putus dari dia, gue setelah diberhentikan. Selama bertahun-tahun, gue selalu belajar-bucin-repeat...,

ALETHA

(memotong)

Karena itu lo selalu menaruh makanan tiap shift gue selama hampir enam bulan?

ADLAN

Oh, jadi lo udah tau? (beat, senyum) Ketika gue melakukan sesuatu, hal itu akan membuat kebiasaan baru untuk gue. Sama seperti gue ngebantu mantan gue. Selama bertahun-tahun gue selalu di sisinya, ngebela dia, tenangin dia. Jadi, meskipun hubungan gue udah kandas, tiap gue liat dia yah gue masih ngerasa gue punya hubungan. Masih harus ada di sisinya, ngebela dia, tenangin dia. Meskipun kenyataannya dia bukan milik gue lagi. (tertawa ironi) Sad boy banget ya, hahaha?

Air mata Aletha menetes, Aletha meraih tangan Adlan. Adlan terkejut dengan sikap Aletha.

ALETHA

Yang lo lakukan sekarang untuk gue (beat) apa udah jadi rutinitas lo juga?

ADLAN

Iya.

ALETHA

(suaranya bergetar)

Kalo gitu...,

Ponsel Adlan berdering. Adlan menarik tangannya dari genggaman Aletha. Adlan berdiri sedikit menjauh dari meja makan mereka.

ADLAN

(ke telepon Geri)

Iya, Ger, kenapa?

(mendangarkan)

Hah? Kenapa? Ada apa sama kantor gue?

(mendengarkan)

Hah? Invoice palsu? Lo gak salah, kan? (beat) Tanggal berapa? Siapa ... siapa yang tanda tangani?

(mendengarkan)

Gue? Tanggal 3 Januari? Itu hari kedua gue masuk, gila. Oh iya bener, gue ngasih tanda tangan digital gue ke supervisor gue.

(mendengarkan)

Coba tanya saksi lo, dia dateng jam berapa hari itu? Biar gue usut siapa yang lagi jaga kasir pas kejadian.

(mendengarkan)

Jam 2 siang? Berarti masih shift 1. (beat) Tunggu ... lo inget gak sih, bukannya tanggal itu juga lo sama gue dinner, ya? Yang gue hampir batalin gara-gara gue ngajakin karyawan gue dinner juga, tapi...,

Adlan baru ingat kalau hari itu Aletha merupakan karyawan shift 1. Adlan melirik ke Aletha yang sudah menangis. Maskara Aletha luntur ke pipinya.

ALETHA

Maafin gue. Please, maafin gue. Please. Gue mohon.

ADLAN

(ke telepon)

Gue telepon lagi nanti.

Adlan mematikan panggilan telepon, ia menatap Aletha tidak percaya. Sedangkan Aletha menangis tersedu-seduh.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar