Lakon
9. ACT 9 - EPILOG
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

ACT 9


26. INT. KAMAR TALU – PAGI

Cast : Talu

Talu terbangun dengan panik di dalam kamar.

Ia terengah, menyentuh tubuh, lalu memeriksa ponsel.

Hari Jum'at pukul setengah delapan. Sehari setelah malam ia lenyap masuk ke permainan kematian.

Talu
Aku... Aku masih hidup?

 CUT TO

27. INT. KANTOR TALU – PAGI

Cast : Talu, figuran.

Langkah panjang Talu menyusuri lorong kantor.

Talu memanggil salah satu rekan kerja Laras.

 

Talu
Eh, anu, mbak. Lihat Laras enggak?
Karyawati
Laras?
Talu
Iya. Laras Kusumawati. Rambutnya panjang di bawah punggung.
Karyawati
Oh, hari ini dia kayaknya ga masuk.
Talu
Ga masuk?
Karyawati
Iya. Ga ada ijin juga.

 

Talu mengernyit

 

Talu
Oke. Makasih, ya mbak?
Karyawati
Iya, sama-sama.

 

CUT TO

28. EXT. HALAMAN DEPAN KANTOR TALU – PAGI

Talu mencoba menghubungi nomor Laras tapi tak ada yang menjawab.

Talu menjadi cemas.

Talu kemudian teringat pesan Patra.

 

Talu
Dokter gigi... aih! Siapa namanya!


Talu masuk ke pencarian ponsel pintar.

Memasukkan kata kunci dokter gigi.

Ada puluhan dokter gigi di kotanya.

Talu menemukan nama yang tidak asing.

 

Talu
Ini. Ashari Simbar Menjangan.

 

CUT TO

Talu menyalakan motor, melaju menuju kediaman Patra.

CUT TO

29. EXT. HALAMAN DEPAN PRAKTEK DOKTER – SORE

Cast : Talu, Patra, Sinta.

Sore hari Talu sampai di prakter dokter gigi tersebut.

Ia mengetuk pintu.

Seorang perempuan mengenakan baju perawat datang. Ada nama dada bertuliskan Sinta.

 

Sinta
Ya?
Talu
Ah, selamat sore. Apa benar ini rumahnya Patra?
Sinta
Siapa?
Talu
Patra
Sinta
Oh. Patra. Benar. Silakan masuk di garasi sana. Aku akan memanggil anaknya keluar dulu.

 

Talu mengekor Sinta.

Sinta berjalan sambil berteriak memanggil Patra.

 

Sinta
Patra! Dicari temenmu! Tunggu di teras aja gak apa-apa, paling baru mandi.

 

Sinta balik ke ruang parktek dokter di depan.

 

Patra
Siapa kaaak?

 

Patra muncul dengan wajah terkejut.

Ia mendekati Talu tanpa berkata apapun.

 

Patra
Kayaknya kita pernah ketemu di mimpi.
Talu
Kamu... dokter?
Patra
Ngga percaya?

 

Talu tertawa.

 

Patra
Sialan! Malah ketawa!

 

CUT TO

Patra dan talu duduk di teras rumah Patra.

 

Patra
Yang membuka praktek dokter gigi itu Ayahku. Perempuan tadi kakak perempuanku. Sedangkan aku masih dokter magang.
Tapi gimana ceritanya kamu tahu kalau aku tinggal di sini?
Talu
Kita masuk ke dalam permainan tersebut dari selebaran misterius kan? Jadi aku pikir paling juga disebarnya tak jauh-jauh dari sini.
Patra
Artinya Angkasa, Cahya, dan Mayang juga tinggal di sekitar sini?
Talu
Kurang yakin, tapi yang jelas masih di sekitar perkotaan ini.
Patra
Kamu pengen nyari mereka?
Talu
Aku Cuma pengen mencari Mbak Mayang aja.
Patra
Mayang? Oh! Tante-tante itu! Kenapa?
Talu
... Aku enggak bisa menghubungi Laras.
Patra
Apa?!
Talu
Dia hari ini tidak masuk. Aku pergi ke kontrakannya dan di sana tak ada siapapun. Sampai sekarang aku masih mencoba menghubunginya.
Patra
Tapi Laras ... Laras kalah?
Talu
Tidak. Dia pemenangnya.
Patra
Oh, jadi Laras pemenangnya. Wow. Enggak nyangka banget.
Talu
Aku takut dia kenapa-kenapa, makanya aku ingin mencari Mayang.
Patra
Coba cari di google.
Talu
Mm. Ayo kita coba.

 

Mereka memasukan kata kunci Mayang dan menemukan beberapa tempat bernama dengan nama Mayang.

 

Patra
Ini ada ... Mayang Salon, kayaknya enggak deh kalau dia salon. Mayang aksesoris. Mayang undangan dan suvenir. Mayang gemstone... Ini kayaknya lumayan meyakinkan nih, mayang gemstone.
Talu
Coba aku cari di sosial media.

 

Talu menemukan toko bernama Mayang gemstone.

Talu menggulir ponsel dan menemukan foto perempuan yang ciri-cirinya mirip Mayang.

 

Talu
Ini?
Patra
Nah! Ini! Rambutnya kayak di-crimping gitu terus ada highlight putih!
Talu
Kau mau kesana?
Patra
Ayo!

 

Patra melompat, masuk ke tempat praktek dokter.

 

Patra
Kak! Aku main dulu!
Sinta
Hey! Yang bagian jaga ruang tunggu malam ini!
Patra
Kakak pasti bisa! Aku pamit ya!
Sinta
PATRA!
Patra
Ayo cabut!
Talu
Oke!

 

CUT TO

Talu dan Patra menembus jalanan kota di petang hari.

CUT TO

30. EXT. HALAMAN DEPAN TOKO MAYANG – MALAM

Talu motor di depan Toko Mayang.

Mereka turun lalu membuka helm.

Belum juga merek masuk, pintu terbuka.

Mayang dengan wajah terkejut menyambut mereka.

 

Mayang
Oh. Sepertinya aku mengenal kalian.

CUT TO

27. INT. RUANG TAMU RUMAH MAYANG – MALAM

Cast : Talu, Patra, Mayang.

Mayang meletakkan teh di meja.

Talu dan Patra mengangguk.

 

Mayang
Silakan diminum.
Talu
Terima kasih banyak.
Mayang
Saat aku membuka mata di pagi hari tadi aku tahu cepat atau lambat salah satu dari kalian akan datang

 

Talu dan Patra yang tengah menyeruput teh menoleh ke arah Mayang.

 

Talu
Ba-bagaimana Anda tahu?
Mayang
Sebentar.

 

Mayang beranjak ke dalam rumah.

Selang beberapa saat Mayang kembali dengan membawa sebuah buku.

 

Mayang
Ini catatan yang aku temukan di koper sakral ayahku. Ditulis dalam aksara jawa, tapi ini bukan tulisan beliau.

 

Mayang memperlihatkan kertas yang ia genggam.

 

Patra
Eee... Aku ga paham, tante.
Mayang
Kok kamu masih memanggilku tante? Aku masih 38 tahun!
Patra
Yaudah ... Sis.
Mayang
Aih! Itu lebih buruk, tapi enggak apa-apa.
Talu
Apa isi catatan ini?
Mayang
Ini mengenai Tumbal Hajat yang digelar setiap malam bulan purnama. Namun, lebih banyak orang yang melakukan ritual ini pada saat gerhana bulan terjadi. Mungkin pikir mereka lebih hemat waktu dan ampuh kesaktiannya.
Patra
Tapi gerhana bulan kan masih jauh banget!
Mayang
Benar, tapi tidak ada salahnya mencari tumbal mulai skarang bukan?
Patra
Aku ga paham
Mayang
Arwah tumbal itu akan dikunci di suatu tempat tertentu lalu dilepaskan bila waktu ritualnya sudah tepat.
Patra
Tunggu... jadi Laras yang jadi tumbal-

 

Patra merapatkan mulut lalu melihat ke arah Talu.

 

Mayang
Menurutku tidak juga, Sekarang kalau dipikir mereka sudah mendapatkan sembilan puluh sembilan orang sebagai tumbal. Mana mungkin mereka melepas sembilan puluh sembilan tumbal itu hanya untuk seorang tumbal?
Patra
Iya juga sih
Mayang
Kemungkinan besar, Laras menumbalkan dirinya untuk mengembalikan kita semua ke alam nyata.

 

Talu membeliak kaget

 

Talu
Jadi... Laras...
 Mayang
Aku tahu apa yang kau pikirkan, aku juga tidak ingin berpikir demikian, tapi kemungkinan Laras mengorbankan dirinya untuk kita semua.

 

Fokus wajah talu yang mulai ketakutan.

 

CUT TO FLASHBACK

 

31. EXT. TERAS RUMAH PAK HAJAT – SIANG

Cast : Laras, Pak Hajat.

Pak Hajat berjalan. Duduk di kursi sedan rotan klasik sebelah Laras.

Tangis Laras sudah berhenti. Ia menunduk tajam.

 

Pak Hajat
Pemuda itu benar. Tak ada salahnya menjadi sedikit egois. Kau adalah pemenang dari sayembara ini. Berbanggalah.
Laras
Apa yang bisa dibanggakan dengan menumbalkan nyawa orang lain?

 

Pak Hajat terkekeh

 

Pak Hajat
Kau sendiri tidak sadar? Di luar sana banyak orang yang bekerja mati-matian untuk orang yang jelas-jelas sudah kaya raya. Mereka menumbalkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka untuk korporat-korporat yang hanya mengenal profit. Mereka membentuk sistem kenegaraan agar para budak-budak itu tidak berani kepada para pemegang kuasa. Menciptakan kelas dan mencari cara agar orang-orang itu tidak dapat mengusik usaha mereka. Bukankah itu juga suatu bentuk tumbal?
Laras
Anda benar.
Pak Hajat
Tentu saja Nona Laras. Aku ini sudah melihat segalanya. Aku telah berada di tempat ini selama entah berapa purnama, memainkan permainan gila untuk suatu tujuan yang sama sekali tidak mulia menurutmu. Tapi yakinlah, aku melakukan ini semua karena aku lelah dengan ketidak adilan yang aku terima. Aku ingin memutar semua, menciptakan keadilan yang sesungguhnya.

 

Laras menoleh ke arah Pak Hajat.

 

Laras
Apa kau dulu juga manusia?
Pak Hajat
Aku manusia dan sampai sekarang aku manusia.
Laras
Jadi ini memang dunia manusia?
Pak Hajat
Separuh iya, separuh lagi campur tangan mistik.

 

Laras tersenyum simpul

 

Laras
semua ini sungguh konyol.
Pak Hajat
Kau benar. Tak ada gunanya membahas soal keadilan ini. Jadi, kita langsung saja. Apa permintaanmu?

 

Mata Laras kosong menatap bawah

 

Laras
Aku ingin semua hidup dan kembali ke rutinitas biasanya.

 

Pak Hajat menahan tawa.

 

Pak Hajat
Hm? Huhu... Ahahaha!

 

Tawa pak hajat makin tak terkendali.

Laras takut sekaligus bingung dengan reaksinya.

 

Pak Hajat
Ahahaha. Aku harusnya tidak terkejut dengan permintaanmu ini. Tapi, tak bisakan kau lihat? Aku telah mengumpulkan sembilan puluh sembilan tumbal untuk mewujudkan keinginanku, dan sekaranga ku harus melepas mereka semua?
Laras
Apa maksud Anda?
Pak Hajat
Waktu kita terbatas Nona, kalau sebelum gerhana bulan tidak terkumpul lebih dari 150 nyawa maka bukan hanya temanmu saja yang terperangkap, tapi juga dirimu, sehingga permainan yang kalian lakukan ini akan menjadi sia-sia!

Laras menelan ludah.

 

Laras
Jadi, apa aku tidak bisa menghidupkan mereka kembali?
Pak Hajat
Bisa! Sangat bisa! Selama raganya masih utuh aku bisa mengembalikan sukma mereka. Tapi, dengan begitu aku harus mengembalikan sembilan puluh sembilan nyawa yang sudah aku kumpulkan.
Laras
Ja-jadi, kau memintaku mencari pengganti dari sembilan puluh sembilan nyawa itu?
Pak Hajat
Tepat!
Laras
Itu tidak mungkin! Aku tidak tahu caranya!


CUT TO

Pak Hajat mengambil tangan Laras, membukanya, dan meletakkan cempala di atas telapaknya.

 

Pak Hajat
Mudah saja, kau tinggal menjadi Ketua Hajatan berikutnya, dengan begitu kau bisa mengumpulkan sembilan puluh sembilan nyawa lain untuk menggantikan nyawa peserta yang ada di sini. Kau ingin teman-temanmu kembali lagi kan?


Tatapan mata Laras kosong seperti terhipnotis Pak Hajat.


Laras
Ya.
Pak Hajat
Dan kau sendiri, ingin kembali ke duniamu kan?
Laras
Ya
Pak Hajat
Maka semua sudah diputuskan. Kau ... akan jadi Ketua Hajatan yang baru untuk menyelamatkan nyawa teman-temanmu. Apa kau setuju?

 

CUT TO LAYAR HITAM

 

Laras (O.S)

Ya.

 

CUT

 

TAMAT


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar