Lakon
3. ACT 3 - KAMPUNG RAWIT
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

ACT 3

7. EXT. DREAM SEQUENCE LARAS – PAGI

Cast : Anak Lelaki Misterius.

Siluet anak lelaki yang mengulurkan tangan.

Anak Lelaki (O.S)
Laras, main yuk.

FADE OUT WHITE

CUT TO

8. INT. KAMAR TAMU RUMAH PAK HAJAT – MALAM

Cast : Laras.

Mata Laras membelalak, Bbangkit memperhatikan situasi sekitar.

Laras tengah berada di sebuah kamar bernuansa klasik.

Laras duduk di tepi ranjang, masih memindai sekitar.

Wajah Laras kebingungan.

 

Laras
I-ni di mana?

 

Mata Laras berhenti di pintu kamar.

Laras berdiri dan mendekati pintu.

Dengan sedikit ragu ia menyentuh tuas lalu menariknya.

Laras perlahan bangkit.

Dengan ragu membuka pintu.

Pintu dibuka.

CUT TO

9. INT. RUMAH PAK HAJAT – MALAM

Cast : Laras, Patra, Cahya, Talu, Angkasa, Pelayan Wanita.

Laras menemukan lorong panjang dengan banyak kamar seperti hotel.

Tak lama ia mendengar suara pintu terbuka.

Seorang perempuan datang, mengalihkan pandangan ke Laras.

Tanpa berpikir panjang perempuan itu menghampiri Laras.

 

Cahya
Ya ampun! Syukurlah ada temennya! Aku kira aku sendirian aja tadi! Aku takut banget!

 

Cahya terengah, menahan tangis.

 

Cahya
Ka-kamu tahu ini di mana? Oh, ya namanya siapa?
Laras
Namaku Laras.
Cahya
Aku Cahya. Aku bingung banget, kayaknya aku tadi masih di kamar main ponsel, trus mau keluar cari makan tiba-tiba ada asap aneh masuk kamarku. Pas buka mata tiba-tiba aku udah di situ! Aku kaget banget!
Laras
Waktu perjalanan pulang seperti ada yang menguntitku jadi aku lari, pas buka pintu kontrakan tiba-tiba semua gelap. Kalau kamu?
Cahya
Iya sama! Aku ga ngerti! Aku- aku niatnya buka pintu kamar lalu tiba-tiba semua gelap!

 

Pintu satu per satu mulai terbuka.

Ada tiga orang lelaki.

 

Cahya
Ah! Ada orang lagi! Hei! Kalian!

Cahya menarik tangan Laras mendekati Angkasa.

 

Angkasa
Siapa kalian? Kita di mana?
Cahya
Namaku Cahya dan ini Laras.

 

Laras memberi salam.

 

Angkasa
Namaku Angkasa.

 

Angkasa menengadah dan mengedarkan pandang.

 

Angkasa
Ini di mana? Suasananya kayak bangunan jaman Belanda.
Cahya
Kamu bagaimana bisa sampai di sini? Aku dan Laras sama-sama ditarik oleh asap pekat pas buka pintu.
Angkasa
Eh! Kok bisa sama? Aku juga. Pas maghrib tadi aku keluar kamar dan tahu-tahu ada sapa, lalu semua gelap.
Cahya
Kok serem sih… jangan-jangan kita diculik hantu?
Angkasa
Jangan aneh-aneh! Ngapain hantu menculik kita?
Cahya
Ya, kan enggak ada penjelasan logis lain kan?
Angkasa
Iya juga sih.

 

Talu dan Patra mendekat.

Patra
Bisa saja kok kita diculik Hantu. Buat dijadikan tumbal.

 

Cahya dan Angkasa mengkerut ketakutan

Patra mendekati mereka. Talu masih diam.

Laras memperhatikan Talu yang diam di belakang.

 

Laras
Talu?


Talu melambaikan tangan ke Laras.

 

Angkasa
Mas ini jangan nakut-nakutin dong!
Cahya
Bener! Kalau emang dijadiin tumbal kan kita seharusnya enggak di sini! Udah di alam lain. Atau jangan-jangan…
Angkasa dan Cahya
Ini sudah alam lain?!

 

Patra mendengkus

 

Patra
Mungkin mbak yang di situ tahu.

CUT TO

Laras, Angkasa, dan Cahya menoleh ke belakang dan dikagetkan seorang perempuan yang rambutnya disanggul, mengenakan baju kutu baru warna indigo berdiri tegap dengan tangan mengunci di depan perut.

Cahya dan Angkasa berteriak kaget.

Perempuan itu membungkuk salah.

 

Pelayan perempuan
Silakan ikuti saya.

 

Si pelayan perempuan berbalik badan lalu berjalan menuju pintu di ujung Lorong.

 

Patra
Namaku Patra. Nama kalian?
Cahya
Cahya
Angkasa
Angkasa
Laras
Laras

 

Patra menoleh ke belakang.

 

Talu
Talu
Patra
Oke. Aku akan ingat baik-baik.

 

Patra berjalan paling depan mengekor si pelayan wanita.

Laras, Cahya, dan Angkasa sedikit ragu mengikutnya.

Laras menoleh ke belakang, menantikan Talu yang jalannya pelan.

 

Laras
Kamu kenapa bisa sampai sini juga?
 Talu
Daripada di sini mending aku di rumah aja main game. Kamu sendiri kenapa bisa sampai sini?
Laras
Aku enggak tahu. Aku nemu kertas iseng, aku baca, aku buang, lalu tiba-tiba pas buka pintu rumah ada asap hitam.
Talu
Pengalamanku enggak jauh beda. Berhati-hatilah, bisa jadi ini penculikan gaya baru. Jangan lengah, tapi jangan bertindak gegabah pula.
Laras
Mm.

 

Talu dan Laras mengikuti rombongan yang hampir sampai di pintu ujung lorong.

 

CUT TO

10. INT. AULA RUMAH PAK HAJAT – MALAM

Cast : Laras, Talu, Cahya, Angkasa, Patra, Pak hajat, figuran.

Mereka sampai di aula besar.

Banyak orang berkumpul di tempat tersebut.

Para peserta lain yang menatap ke arah rombongan Laras.

 

Cahya
Banyak sekali orangnya.

 

Para peserta kembali ke fokus masing-masing.

Tiba-tiba terdengar suara sambutan dari belakang panggung yang ada di aula.

 

Pak Hajat (O.S)
Selamat datang, para pelakon!

CUT TO

Pak Hajat datang dari belakang layar.

Follow Pak Hajat dari bawah ke atas.

Pak Hajat tersenyum pada para peserta.

Peserta terlihat bingung sekaligus waspada.

Pak Hajat melanjutkan sambutan.

 

Pak Hajat
Selamat Datang di Kampung Rawit. Nama saya Pak Hajat, kepala kampung ini. Saya berterima kasih kepada saudara sekalian yang sudah datang ke dalam hajatan besar Kampung Rawit ini.
Peserta
Pulangkan kami!
Peserta
Iya! Pulangkan kami! Dasar penculik!

 

Pak Hajat hanya tersenyum simpul.

 

Pak Hajat
Acara belum juga dimulai, jadi saya belum dapat memulangkan Anda.
Peserta
Ini penculikan! Kalian pasti mau membunuh dan menjual organ kami!

 

Para peserta mulai riuh tak terkendali.

Beberapa peserta mendekati area panggung.  

Pak Hajat mencoba mencegah beberapa peserta yang mendekat.

 

Pak Hajat
Mohon tenang dulu semua, tenang, tenang.

 

Satu peserta berhasil menerobos panggung dan ketika dia mencoba memukul Pak Hajat sebuah bayangan hitam melesat dan memenggal kepalanya.

L-CUT START

Teriakan para peserta

Laras dan para tokoh utama membelalak.

Para peserta mundur tak karuan dari panggung.

L-CUT END

Pak Hajat mendesah kecewa.

 

Pak Hajat
Maaf atas kejadian tadi.

 

Para Peserta diam waspada.

 

Pak Hajat
Dengan Ini yang tersisa adalah 99 peserta. Saya harap Anda semua mau mendengarkan saya bila mau selamat.

 

Pak Hajat berjalan bolak-balik di atas panggung.

 

Pak Hajat
Dunia ini adalah panggung sandiwara dan manusia adalah pemainnya. Mereka berperilaku sesuai dengan tahapan usia, sesuai dengan situasi sekitar, sesuai dengan siapa mereka berhadapan.

 

Laras memperhatikan Pak Hajat dengan seksama.

 

Pak Hajat
Ada bermacam cerita yang tak akan selesai ditulis meskipun seluruh air lautan menjadi tinta. Setiap cerita tentunya punya pemeran utama. Dan kalian semua.

CUT TO

POV Pak Hajat menatap para peserta dari ujung kanan ke ujung kiri.

Pak Hajat
Adalah pemeran utama dalama kisah kalian masing-masing.

CUT TO

Pak Hajat merentangkan tangan.

 

Pak Hajat
Semua keputusan ada pada tangan kalian, apakah ingin berlanjut atau ingin selesai.

 

Pak Hajat memberi ekspresi bertanya kepada para Peserta.

Para peserta saling melirik dan berbisik.

 

Cahya
Maksudnya gimana?
Laras
Enggak tahu. Aku juga bingung.
Pak Hajat
Daripada membuang banyak waktu, langsung saja kita mulai permainan pertama.

 

Pak Hajat membalik badan.

Duduk bersila di depan layar putih membelakangi para peserta.

Ia mengeluarkan cempala.

 

Pak Hajat
Permaianan pertama adalah JELUNGAN atau petak umpet. Aturannya sederhana. Para pelakon harus mencapai menara, menyentuhnya, dan meneriakkan JELUNG. Namun, sebelumnya kalian harus bersembunyi dari penjaga yang akan mencari secara berkala. Penjaga akan menghitung satu sampai sepuluh, setelah itu memburu kalian sampai dapat. Bila sudah dapat satu mangsa, dia akan kembali ke menara untuk berhitung. Selamat bermain!

 

Para pemain kebingungan dengan penjelasan Pak Hajat.

Pak Hajat menaikkan cempala kemudian mengetukkannya di sebuah kotak kayu.

Begitu membunyikan cempala, sebuah asap hitam mengelilingi mereka.

Mereka menutup telinga, menahan sakit, semua terlihat sempoyongan, dan dunia mereka berubah gelap.

 

CUT TO

Layar hitam.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar