KERETA
5. Seq #4

37. INT. KERETA MAKAN – SIANG 

Hansi dan Maudy pergi ke kereta makan untuk makan siang. Maudy duduk di kursi, sementara Hansi menyusul sambil membawa dua boks makan siang. Maudy membuka boks tersebut, di dalamnya terdapat nasi goreng dan ayam. Maudy dan Hansi makan siang sambil mengobrol.

MAUDY

Jadi sekarang kamu mau menemui Alya? 

HANSI

(Mengangguk)

Rencananya gitu.

MAUDY

Terus... kenapa repot-repot nulis surat? Kan bisa bilang langsung?

 

38. INT. SEKOLAH – KELAS – SIANG – FLASHBACK 

Siswa kelas XI – IPA 1 mengerubungi papan tulis untuk melihat hasil ujian semester. Hansi ikut berdesakan dalam kerumunan tersebut. Siswa dengan tinta hitam dinyatakan lulus, sedangkan siswa dengan tinta merah harus mengikuti ujian perbaikan. Hansi tidak lulus ujian matematika. (CU) Kertas pengumuman ujian matematika, Nama : Hansi Mahaputra, Nilai : 48

SISWI #1

Nggak mungkin, apa dia nyontek?

Hansi mencari nama Alya, dia terkejut saat melihat nama Alya ada pada deretan teratas, mendapat nilai tertinggi hampir di semua mata pelajaran.

 

39. EXT. JALAN PERMUMAHAN – SORE 

Hansi dan Alya berjalan pulang. Seperti biasa, Alya berjalan di depan, dan Hansi mengikuti dari belakang.

HANSI

Aku nggak tahu kalau kamu sepintar itu.

MAUDY

(Tertawa kecil)

Aku juga nggak tahu kalau kamu ternyata bodoh. 

HANSI

(Mengeluh)

Ujian perbaikan, ya? bayanginnya aja udah males.

Alya berhenti sejenak, lalu berjalan di samping Hansi.

ALYA

Kalau nggak bisa matematika, harusnya kamu nggak usah repot-repot minjemin buku waktu itu.

HANSI

Nggak ada pengaruhnya, ujung-ujungnya aku tetep nggak bisa.

ALYA

Hari minggu datanglah ke rumah. Akan kuajari.

Hansi menatap Alya heran.

               

40. INT. RUMAH ALYA – KAMAR ALYA – PAGI

Alya duduk di depan meja belajar, memetik gitar secara asal. Sementara Hansi berdiri di depan rak buku besar milik Alya.

HANSI

(Kagum)

Waktu kamu bilang hobimu membaca, aku nggak menyangka kalau koleksimu sebanyak ini.

Alya tertawa kecil.

HANSI (CONT’D)

Kamu beli semuanya? 

ALYA

Sebagian. Sebagiannya lagi hadiah. Dari ayahku.

Hansi mengambil salah satu buku yang ada di rak, membukanya halamannya secara asal, lalu membacanya. (CU) Buku Norwegian Wood yang Hansi bawa di kereta.

ALYA (CONT’D)

Norwegian Wood, itu buku yang bagus.

Hansi menoleh, lalu Alya mulai memainkan gitar dan bernyanyi.

ALYA (CONT’D)

I once had a girl.

Or should i say she once had me.

She show me her room.

Isn’t it good? Norwegian wood.

Hansi menatap Alya kagum. 

ALYA (CONT’D)

(Terbatuk beberpa kali, lalu tertawa)

Sudah, jadi mau diajarin nggak? Kalau kamu lolos ujian perbaikan kamu boleh pinjem.

 

41. INT. SEKOLAH – KELAS – PAGI 

Kelas kosong karena ujian semester telah berakhir. Hansi duduk di mejanya, belajar untuk ujian perbaikan. Alya juga duduk di kursinya membaca buku. Saat sedang membaca, ketiga siswi yang dulu menjelek-jelekan Alya mendatanginya. Hansi menoleh ke arah mereka, mengamati dari jauh. Alya menutup buku, lalu menatap ketiga siswi tersebut.

SISWI #1

(Gugup)

Eem... a-aku dengar kamu pintar matematika. (beat) Bisa tolong ajarin kami? (Memberikan kertas ujian ke Alya)

Alya heran, dia menatap lembar jawaban itu selama beberapa saat.

SISWI #1

Soal ayahmu, kami minta ma-

ALYA

(Memotong ucapan Siswi #1)

Kamu salah rumus di bagian ini (Mengambil pulpen dari saku, lalu mencorat-coret di kertas) Seharusnya begini, lalu dikalikan dengan ini.

Ketiga siswi tersebut manggut-manggut, saling menatap dan tersenyum.

SISWI #3

Kalau yang nomor tiga?

ALYA

Nomor tiga ada cara cepatnya, pertama sederhanakan persamaannya.

Alya membuka buku paket, mencoret-coret di kertas mengajari mereka bertiga.

SISWI #2

Al, kamu juga bisa biologi, kan?

ALYA

Sebagian besar hafalan, jadi aku nggak bisa bantu banyak.

Dari tempat duduknya, Hansi tersenyum menatap mereka.

 

42. INT. RUMAH ALYA – RUANG TAMU – PAGI 

Kakek Alya meninggal. Orang-orang datang melayat dengan memasang raut wajah sediih. Alya menemani Ibunya yang menangis, menerima salam dari setiap orang yang datang.

HANSI (V.O)

Memasuki tahun ketiga SMA, Kakek Alya meninggal. Beberapa teman kelas datang dan memasang raut wajah sedih. Tapi Alya tetap tersenyum. Sedikitpun tidak tampak kesedihan maupun air mata yang menumpuk di pelupuk matanya.

Setelah Ibunya sedikit tenang. Alya berdiri dan pergi ke belakang untuk mengambil minum. Hansi mengikutinya.

               

43. INT – RUMAH ALYA – DAPUR – PAGI 

Alya meminum segelas air, lalu menarik nafasnya dalam-dalam. Hansi menepuk pundak Alya dari belakang, Alya menoleh. Hansi kaget saat Alya seperti orang mau menangis.

HANSI

Kamu nggak papa? 

ALYA

Bawa aku pergi dari sini. 

HANSI

(Bingung)

Tapi....

ALYA

Tolong, aku udah nggak tahan.

 

Hansi menatap mata Alya yang mulai sesenggukan.

 

44. INT. RUMAH HANSI – DAPUR – PAGI 

Terdengar suara Alya menangis dari arah kamar mandi. Sementara itu, Hansi membuat teh hangat di dapur. Menuang air panas, gula, lalu mengaduknya. Setelah tehnya jadi. Hansi membawanya ke ruang tengah.

HANSI (V.O)

Sebenarnya, hari itu aku ingin memberi tahu Alya sesuatu. Karena urusan pekerjaan. Minggu depan keluargaku pindah ke Ibu kota. Tetapi melihat kondisi Alya saat itu, aku jadi tidak tega.

 

45. INT. RUMAH HANSI – RUANG TENGAH – PAGI 

Hansi duduk di lantai dan bersandar pada sofa. Setelah selesai menangis, Alya keluar dari kamar mandi dan menyusul Hansi ke ruang tengah.

HANSI

Kemarilah. 

Alya menghampiri Hansi, lalu ikut duduk dan bersandar pada sofa. Alya meraih segelas teh di depannya, lalu meminumnya sedikit demi sedikit,

ALYA

Aku nggak mau keliatan menangis di depan orang-orang.

HANSI

(Mengangguk)

Minumlah dulu, matamu masih bengkak.

ALYA

Aku kelihatan payah, ya?

HANSI

Sama sekali enggak.

Alya meletakan gelas pada meja kecil di sampingnya, lalu menyandarkan kepalanya pada sofa menatap langit-langit.

ALYA

Sejak nenek meninggal, Kakek sering melantur bagaimana dia menyusulnya nanti. Kadang kakek bertanya Bagaimana dia akan mati, siapa orang yang menemaninya, apa makanan terakhirnya, film apa yang terakhir dia tonton, buku apa yang terakhir dia baca. (beat) Menurutmu.... apakah kakek sempat mengingat hal-hal remeh kayak gitu?

HANSI

Aku nggak tahu.

ALYA

Sama, aku juga nggak tahu. Aku cuma penasaran apa yang ada di pikiran kakek sesaat sebelum dia meninggal.

Alya menghabiskan minumannya, lalu menarik nafas dalam-dalam.

ALYA (CONT'D)

Sebaiknya aku pulang.

Alya berdiri, hendak berjalan keluar menuju pintu.

HANSI

T-tunggu. (Berdiri, memegan tangan Alya)

Alya berhenti, lalu memutar badannya menatap Hansi. Hansi cuma menatap Alya bimbiang, dia ingin mengatakan tentang kepindahannya tetapi tidak bisa. 

ALYA

Apa?

HANSI

Aku sungguh berduka untuk kakekmu. Dia orang yang sangat baik.

ALYA

(Tesenyum simpul)

Makasih. Aku pulang dulu.

Alya meninggalkan rumah Hansi. Hansi menarik nafas dalam-dalam.

46. INT. KERETA MAKAN – SIANG - PRESENT

Hansi dan Maudy sudah selesai makan.

HANSI

Waktu itu kupikir aku bisa cerita tentang kepindahanku besok di sekolah, atau lusa, atau kapanpun itu. Namun, selama satu minggu Alya nggak masuk sekolah. Bahkan sampai hari kepindahanku rumahnya masih kosong.

MAUDY

Kalian berpisah?

Hansi mengangguk

MAUDY (CONT'D)

Terus... apa yang terjadi?

HANSI

Alya menelpon, dia marah lama sekali, tapi habis itu kita baikan. Lulus SMA aku lanjut kuliah di Ibu kota, sementara Alya masuk universitas swasta di sana. Biarpun nggak pernah ketemu, waktu itu hubungan kami masih baik-baik aja. (beat) Kamu inget foto yang tadi?

MAUDY

Foto Alya waktu di danau? 

HANSI

Itu foto lima tahun yang lalu. Kami bertemu lagi waktu Alya ulang tahun yang kedua puluh. Sayangnya, setelah itu sesuatu terjadi, aku mengatakan hal yang jahat padanya. Sampai akhirnya hubungan kami merenggang. (beat) Kalau ingat kejadian itu, aku nggak yakin bisa ngomong lancar di depan Alya. Jadinya aku nulis surat. Maaf ceritaku kepanjangan.

MAUDY

(Tersenyum)

Nggak papa

HANSI

Mau kopi?

Maudy mengangguk. Hansi membeli kopi, lalu kembali dan memberikannya ke Maudy.

HANSI

Padahal bentar lagi akhir tahun, tapi yang naik nggak seramai dugaanku.

MAUDY

Mungkin banyak yang masih takut naik kereta.

HANSI

(Bingung)

Takut? Kenapa takut?

MAUDY

Iya, gara-gara kecelakaan dua minggu lalu. Sebelas meninggal, puluhan luka-luka. Kamu nggak baca berita?

HANSI

(Menggeleng)

Aku nggak tahu.(beat) Ngomong-ngomong aku belum tahu kamu turun dimana.

MAUDY

Aku turun di stasiun terakhir.

HANSI

Mau kemana?

MAUDY

(Diam sejenak)

Pulang kampung. Udah lama nggak pulang.

47. INT. STASIUN – RUANG TUNGGU – MALAM – FLASHBACK.

Jam menunjukan pukul setengah dua belas. Maudy duduk di sebelah Ibunya menunggu kereta datang. Maudy menguap karena mengantuk.

IBU MAUDY

Puluan duluan aja nggak papa.

MAUDY

Nanti.

IBU MAUDY

Besok masuk pagi, kan?

Maudy mengangguk.

IBU MAUDY (CONT’D)

Kalau gitu pulang aja.

MAUDY

Nggak papa (lalu menguap) Bentar lagi keretanya sampai.

LATER

Jam menunjukan pukul dua belas. Kereta tiba di stasiun. Maudy tertidur di pudak Ibunya. Ibu membangunkan Maudy, Maudy yang masih mengantuk mengusap kedua matanya.

48. INT. STASIUN – DEPAN PINTU MASUK PERON – MALAM

Maudy mengantar Ibunya sampai depan pintu masuk peron.

IBU MAUDY

Kalau gitu Ibu pulang dulu.

Maudy mengangguk, masih mengantuk.

IBU MAUDY

Hati-hati waktu pulang. Naik taksi aja..

Maudy mengangguk lagi.

IBU MAUDY

Boleh Ibu minta sesuatu?

MAUDY

Apa.

Ibu Maudy menghampiri salah satu penumpang, lalu memintanya untuk mengambil foto. Maudy dan Ibunya berdiri bersebelahan, tapi jaraknya terlalu jauh dan terlihat kaku.

PENUMPANG

Ee… bisa geser lebih dekat? Juga lebih santai.

Ibu Maudy bergeser mendekati Maudy.

PENUMPANG (CONT’D)

Nah, Oke, satu… dua…

Ibu Maudy ragu-ragu merangkul Maudy.

PENUMPANG (CONT'D)

Ti….

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar