KERETA
4. Seq #3

18. INT. SEKOLAH – KELAS – PAGI – FLASHBACK 

Terdengar bel masuk berbunyi. Tampak papan kelas XI–IPA 1. Suasana kelas sedikit gaduh karena hari itu terdapat murid baru (ALYA 17th). Wali kelas dan Alya berdiri di depan kelas.

HANSI (V.O)

Waktu itu aku masih kelas 2 SMA. Dia pindah kemari dari Ibukota. Alya adalah gadis yang cantik. Setidaknya begitulah menurut standar umum. Meski begitu, dia dikenal sebagai gadis yang angkuh. 

WALI KELAS

(Mengetuk meja beberapa kali dengan penghapus papan tulis)

Seperti yang kalian lihat, hari ini kita kedatangan murid baru. Pindahan dari Ibukota. Nah, Alya. Silakan memperkenalkan diri.

ALYA

(Memandang ke seluruh penjuru kelas, lalu memperkenalkan diri dengan cuek)

Saya Alya. 17 tahun. Hobi membaca. (beat) Salam kenal.

SISWA #1

Serem ih anak Ibu kota.

Anak-anak lain tertawa, Alya menatap Anak itu dengan tatapan meremehkan.

WALI KELAS

Sssst... Nah Alya, silakan duduk di kursi yang kosong. Kalian berteman baiklah dengannya.

Alya berjalan menuju kursi kosong yang ada di belakang kelas. Hanya ada Alya di sana, tidak ada teman sebangku.

WALI KELAS

Baik, sekarang kita lanjutkan pelajaran kemarin. Silakan dibuka buku paket Biologi halaman 45.

HANSI (17 th) yang duduk di dekat jendela menoleh ke belakang menatap Alya. Alya mengeluarkan buku tulis dari dalam tas, lalu memperhatikan pelajaran.

 

19. INT. RUMAH HANSI – KAMAR LANTAI 2 – MALAM

Hansi mengerjakan tugas di meja belajar. Tak lama kemudian Hansi berjalan ke tepi jendela, lalu menatap rumah Alya yang terletak di seberang jalan (Rumah tua dua lantai). Dari situ dia melihat Alya menutup jendela, lalu tampak lampu dimatikan.

HANSI (V.O)

Alya tinggal di rumah kakeknya yang terletak di seberang jalan. Kata Ibu, Ayahnya masuk penjara. Karena itu dia dan Ibunya pindah kemari.

20. INT. RUMAH HANSI – PAGI 

Di KAMAR, Hansi menatap dirinya melalui cermin sambil mengancingkan seragam. Sementara itu, Ibu Hansi membukakan PINTU DEPAN untuk Alya dan Kakeknya. Alya memakai seragam sekolah. Ibu Hansi mengelus kepala Alya sambil tersenyum.

               

21. EXT. JALANAN PERUMAHAN – PAGI              .

Hansi dan Alya berangkat bersama ke sekolah. Alya berjalan di depan, sementara Hansi mengikuti dari belakang. Hansi berjalan sambil menatap punggung Alya.

HANSI (V.O)

Kakek Alya dan Orang tuaku berteman baik. Gara-gara itu aku diminta mengantarnya ke sekolah. Kegiatan ini menjadi rutinitasku setiap pagi.

 

22. INT. BUS – PAGI

Hansi dan Alya duduk bersebelahan di bus. Sepanjang perjalanan tidak ada yang bicara. Hansi sesekali mencuri pandangan ke arah Alya. Namun, Alya mengabaikannya. Sedari tadi Alya cuma melempar pandangan ke luar jendela.

23. INT. SEKOLAH – KELAS – PAGI

Saat sampai di kelas, Hansi dan Alya langsung menuju kursi masing-masing tanpa mengucap sepatah kata.

 

24. EXT. SEKOLAH – LAPANGAN – PAGI.

Siswa XI – IPA 1 berbaris. Guru olahraga memberi instruksi dari depan.

GURU OLAHRAGA

(Memegang bola voli)

Minggu ini kalian berpasangan dua-dua, kita latihan mengumpan.

Setiap murid mulai mendapat pasangan kecuali Alya. Karena tidak mendapat pasangan Alya menghampiri guru olahraga sambil memegang perutnya (Pura-pura sakit). Hansi diam-diam memperhatikan.

25. INT. SEKOLAH – KANTIN – SIANG

Hansi makan bersama teman-temannya sambil tertawa. Alya duduk sendirian, tampak terasing di tengah-tengah kerumunan. Dari tempat duduknya Hansi memperhatikan Alya.

26. INT. SEKOLAH – PERPUSTAKAAN – SIANG

Hansi mengantar buku paket ke perpustakaan, lalu menatanya di rak. Di situ dia melihat Alya sedang duduk di pojokan membaca buku.

27. EXT. SEKOLAH – KORIDOR – SIANG

Hansi berjalan dengan temannya, Alya berjalan sendiri. Saat berpapasan dikoridor, Hansi dan Alya tidak saling menyapa.

28. INT. SEKOLAG - KELAS – SIANG

Bel istirahat berbunyi. Murid kelas XI –IPA 1 berhamburan keluar termasuk Alya. Hansi duduk di pojok sambil memandang ke lapangan.

HANSI (V.O)

Alya bukanlah orang yang sulit dalam berkomunikasi. Meski begitu, tak satupun orang di kelasku yang mengajaknya bicara.

Tiga siswi bergerombol di meja tengah membicarakan Alya.

SISWI #1

Ayahnya di penjara. Yang kudengar sih gara-gara bunuh orang.

SISWI #2

(Antusias)

Eh? Tahu darimana?

SISWI #3

Kamu gimana, sih? Satu sekolah sudah tahu. Tapi ya... yang kudengar ayahnya itu pencuri.

SISWI #2

(Bingung)

Jadi pencuri apa pembunuh?

SISWI #1

Mungkin dua-duanya, nggak penting ah… Yang penting dia anak kriminal. Padahal gayanya sok begitu.

SISWI #3

(Mengangguk)

Bener tuh. Kalian harus hati-hati, bisa gawat kalau dia ngadu ke ayahnya.

Ketiga siswi itu tertawa bersamaan, Hansi menatap mereka dengan tatapan tajam.

SISWI #2

(Berbisik)

Hansi ngeliatin kita.

SISWI #1

(Menoleh, menatap Hansi)

Hansi, katanya kamu berangkat bareng Alya terus ya?

SISWI #2

Bener, kemarin aku liat kalian.

SISWI #3

Mending kamu jauh-jauh deh. Nggak ada baiknya deketin anak itu. 

Ketiga siswi kembali tertawa. Namun, saat mereka sadar kalau Hansi masih menatap mereka dengan tatapan tajam, tawa mereka terhenti. Suasana kelas menjadi hening.

HANSI

Udah? Kalau udah sekarang diem. Ngomongin orang lain nggak bikin kalian lebih baik.

Mendengar perkataan Hansi ketiga siswi itu terkejut.

SISWI #1

Kamu kenapa, sih? Sensi amat. 

SISWI #3

Jangan bilang kamu beneran suka sama Alya, ya?

SISWI #2

Iya, tuh. Kalian pacaran, ya? 

Hansi yang muak dengan obrolan mereka akhirnya membuang muka dan menarik nafas dalam-dalam.

29. EXT. JALAN PERUMAHAN – SORE 

Hansi dan Alya berjalan pulang. Seperti biasa, Alya berjalan di depan, dan Hansi mengikutinya dari belakang.

HANSI

Kamu nggak papa? 

ALYA

(Tanpa menoleh)

Apanya? 

HANSI

Ayahmu... jadi bahan gosip anak-anak.

ALYA

Mereka ngomong apa?

HANSI

Soal ayahmu yang dipenjara. Ada yang bilang karena membunuh, ada yang bilang mencuri.

ALYA

Kamu percaya?

Hansi diam tak menjawab.

ALYA

Ayahku bukan pencuri, juga bukan pembunh. (beat) Tapi dia memang dipenjara. Gara-gara memukul adik gubernur.

HANSI

Tapi kamu nggak papa? Semisal butuh bantuan-

ALYA

(Memotong ucapan Hansi)

Kenapa? Kamu mengasihaniku?

HANSI

Ya soalnya... (bingung)

ALYA

Sejak pertama kali pindah ke sini. Aku sudah tahu kalau orang-orang pasti memandang buruk keluargaku. Nggak punya teman, dijauhi, dicemooh. Apapun itu aku terima. Aku juga siap kalau harus menghabiskan masa-masa SMA-ku seorang diri,

Hansi berjalan sambil menunduk mendengar cerita Alya.

ALYA (CONT’D)

Kamu tahu? Saat kelompok sosial yang disebut lingkaran pertemanan terbentuk, kehadiran individu baru sepertiku nggak lagi penting. Aku ada atau nggak, sama sekali nggak ada pengaruhnya. Apalagi dengan latar belakang keluargaku yang kayak gitu. Sebagai murid pindahan aku paham resikonya.

Hansi dan Alya sampai di depan rumah Kakek Alya. Mereka berhenti, lalu Alya membalik badan menatap Hansi.

ALYA (CONT’D)

Kalau kamu datang cuma untuk mengasihaniku, lebih baik pergi aja. Belas kasihanmu cuma bikin aku kelihatan tambah payah.

Alya masuk ke dalam rumah, meninggalkan Hansi yang masih terpaku kebingungan.

 

30. EXT. SEKOLAH – LAPANGAN – PAGI

Siswa kelas XI-IPA 1 berbaris. Guru olahraga memberi instruksi dari depan.

GURU OLAHRAGA

(Memegang bola voli di tangan)

Seperti biasa, hari ini kalian berpasangan dua-dua. Silakan berlatih untuk penilaian minggu depan.           

Siswa kelas XI-IPA 1 segera mencari pasangan dan mulai berlatih. Alya yang tidak mendapat pasangan berniat menghampiri guru olahraga. Namun, Hansi menepuk pundaknya.

HANSI

(Memegang bola voli di tangan)

Robi hari ini nggak masuk. Kamu belum punya pasangan, kan?

Hansi melempar bola, Alya menerimanya dengan passing bawah dan mengembalikannya ke Hansi. Sambil melakukan gerakan itu mereka mengobrol.

ALYA

Sudah kubilang, aku nggak perlu belas kasihanmu.

HANSI

Fokus terima bolanya aja. 

Guru olahraga berkeliling dan mengamati.      

HANSI (CONT'D)

Aku nggak kasihan. Aku juga nggak peduli omongan mereka tenang ayahmu.

ALYA

Terus maumu apa?

HANSI

Aku cuma menyukaimu.

Pernyataan Hansi membuat semua siswa terkejut dan menatap Alya. Alya juga terkejut dengan pernyataan Hansi. Hansi melambungkan bola, tetapi Alya tidak bisa menerimanya.

31. INT. SEKOLAH – KANTIN – SIANG

Alya makan sendirian. Hansi tiba-tiba muncul, duduk di depannya sambil membawa semangkuk mi ayam. 

HANSI

Kamu suka sawi? Aku nggak suka sawi. Kalau kamu mau ambil aja.

32. INT. SEKOLAH – PERPUSTAKAAN - SIANG

Alya duduk di pojokan membaca buku, Hansi datang sambil membawa setumpuk buku paket dan meletakannya di hadapan Alya. 

HANSI

Nggak sibuk, kan? Bantu nata buku paket, yuk.

33. EXT. SEKOLAH – KORIDOR – SIANG

Hansi berjalan dengan temannya, Alya berjalan sendiri. Saat berpapasan di koridor, Hansi tersenyum sambil melambai kecil.

34. INT. SEKOLAH – KELAS – SORE

Hansi menghampiri Alya yang duduk sendiri di belakang, lalu memberinya buku paket matematika. 

HANSI

Pakailah.

Alya kebingungan. Tak lama setelah itu guru matematika datang, siswa kelas XI–IPA 1 segera kembali ke tempat duduk masing-masing.

GURU MATEMATIKA

Seperti biasa. Yang nggak membawa buku paket silakan keluar.

35. EXT. SEKOLAH – DEPAN KELAS – SORE

Hansi dan Maudy berdiri tegap di luar kelas.

HANSI

(Heran)

Kamu ngapain ikutan keluar?

ALYA

Aku bawa buku paket, harusnya kamu nggak usah sok-sokan minjemin.

HANSI

Terus?

ALYA

Ada yang ingin kutanyakan.

HANSI

(Melirik Alya)    

Apa?

ALYA

Perkataanmu waktu olahraga. Kamu bercanda, kan?

 

36. INT. KERETA – SIANG – PRESENT.

Maudy mendengarkan cerita Hansi.

HANSI

Waktu itu, aku cuma pengen bilang kalau dia nggak harus memendam semuanya sendiri.

Kereta kembali berhenti di stasiun. Penumpang #1 turun dari kereta. Maudy melirik jam yang melingkar di tangan kanannya. Pukul 1 siang. 

HANSI

Kamu lapar?

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar