Kekasih Titipan
2. ACT 2. PAK BENDI

FADE IN:

EXT. TERAS RUMAH TEGUH - DAY

Montage:

Empat tahun lalu. Kita melihat BAPAK TEGUH (35) duduk di lantai teras. Ada peralatan sederhana untuk membuat sepatu berserakan di sekitar. Bapak Teguh sedang memasang kulit sintetis pada model sepatu kayu. Teguh 6 tahun duduk memperhatikan sambil bermain.


TEGUH KECIL (V.O)
Dulu, aku sering melihat Bapak membuat sepatu. Sepatu bikinan Bapak bagus-bagus, banyak yang pesan. Pak Bendi juga sering pesan ke Bapak. Sedikit-sedikit, Bapak mengajari aku.

DYAH KECIL (V.O)
Bukannya bapak kamu ...

Kita melihat bapak Teguh batuk-batuk saat mewarnai sepatu dengan kuas cat. KUAS terjatuh, bapak Teguh menyenggol MANGKUK CAT hingga tumpah.

Bapak Teguh batuk hebat sambil menutup mulut, lalu jatuh ke lantai. Mbok Darmi (26) muncul dan menjerit menghampiri bapak Teguh.

TEGUH KECIL (V.O)
Bapak sakit. Kayak mbahmu. Tapi tetap membuat sepatu sampai mati.

DYAH KECIL (V.O)
Karena itu Mbok patah hati?

Bunyi hela napas Teguh kecil.


TEGUH KECIL (V.O)
Bukan!

INT/EXT. RUMAH TEGUH, RUANG TAMU, TERAS - DAY (4 TAHUN LALU)

Kita melihat tangan Mbok Darmi memasukkan SEPATU-SEPATU belum jadi ke dalam KOTAK, lalu ditaruh di atas meja. Terlihat wajah PAK BENDI (35) tersenyum culas memandang kotak itu. Pak Bendi menarik kotak ke arahnya. Teguh kecil memperhatikan mereka dengan polos. Mbok Darmi dan Pak Bendi duduk berhadapan di kursi.

Montage OFF.

MBOK DARMI (CONT'D)
(mengelus kepala Teguh)
Kamu main dulu di luar, ya?

TEGUH KECIL
Iya, Mbok.

Teguh kecil keluar ruang tamu, tapi diam-diam ia menguping melalui pintu terbuka.


PAK BENDI
Sepatu-sepatu ini saya bawa, tapi ini belum cukup untuk mengganti semua modal yang saya kasih ke suami sampean.

MBOK DARMI
Saya mohon, Pak. Beri saya keringanan. Saya cuma buruh tani. Saya juga punya anak. Bukankah selama ini Pak Bendi juga sudah diuntungkan dari sepatu-sepatu yang dibuat almarhum suami saya?

PAK BENDI (CONT'D)
Uenak tenan! Emangnya saya tukang pajak, apa? Seuenak dhewe minta diputihkan. Kalau bukan modal dari saya, kalian nggak bisa punya lantai macam begini!

Pak Bendi menunjuk lantai rumah yang disemen. Mbok Darmi menangis.

SOUND OFF. Teguh kecil mengintip ke dalam dengan tatapan sedih.

LATER: Pak Bendi keluar rumah, ia bertemu Teguh kecil di teras sedang berdiri di belakang pintu. Pak Bendi memegang pundak Teguh sambil tersenyum.


PAK BENDI (CONT'D)
Kalau kamu sudah gede, kerja yang rajin, ya. Biar bisa bantu mbok kamu. Ini (BEAT, Pak Bendi mengeluarkan selembar uang dari saku, lalu diserahkan ke Teguh kecil) buat jajan.

Tangan Teguh kecil bergerak ingin mengambil uang di tangan Pak Bendi, tapi Mbok Darmi muncul dan menarik tangan Teguh Kecil.


MBOK DARMI (CONT'D)
Jangan libatkan anak saya, Pak Bendi!

Pak Bendi tertawa kesal. Ia mengacak-acak rambut Teguh kecil.


PAK BENDI (CONT'D
Main ke rumah saya kapan-kapan--

Mbok Darmi menarik Teguh kecil ke dalam rangkulannya hingga tangan Pak Bendi terlepas. Mbok Darmi dan Teguh kecil menatap kepergian Pak Bendi.


DYAH KECIL (V.O)
Jadi, Pak Bendi sebenarnya baik atau nggak?

Kembali ke masa kini. Teguh kecil mengangkat bahu.


DYAH KECIL
Pasti Mbok sedih karena kamu main ke rumah Pak Bendi.

TEGUH KECIL
Dia kasih uang jajan kalau aku bantu-bantu di sana. Aku juga diajari anak buah Pak Bendi bikin sepatu. Aku bisa buatkan kamu satu kalau mau!

DYAH KECIL
(menggeleng)
Aku tanya Mbok dulu.

Dyah kecil beranjak menghindari Teguh kecil, lalu masuk ke kamar.


TEGUH KECIL
(ke Dyah)
Dyah!
(berbicara pada diri sendiri)
Dyah kenapa, sih? Sama aja kayak Mbok. Perempuan memang suka bikin bingung.


FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar