Kekasih Titipan
1. ACT 1. DYAH DAN TEGUH

FADE IN:

EXT. RUMAH DYAH - LUAR JENDELA - AFTERNOON

Kita melihat sebuah rumah sederhana. Jendela tertutup. Hujan lebat.

INT. RUMAH DYAH, KAMAR - AFTERNOON

NENEK DYAH (60) bersandar di ranjang. Batuk keras. DYAH kecil (10) dan MBOK DARMI (30) duduk di tepi ranjang.

NENEK DYAH (CONT'D)
Tolong (BEAT, menahan batuk) Titip Dyah ....

MBOK DARMI (CONT'D)
Jangan ngomong gitu, Mbah! Sampean istirahat saja, biar cepat sembuh.

NENEK DYAH
Aku tidak kuat lagi, Darmi ....

DYAH KECIL
(menangis)
Mbah!


SOUND OFF. Nenek Dyah batuk terus-menerus. Dyah kecil menangis di sisinya.

Mbok Darmi menatap Dyah kecil iba.


MBOK DARMI (V.O)
Bagaimana nasib anak ini? Kasihan, tapi aku juga punya Teguh. Mana si Mbah bicara macam-macam. Ya Gusti ....

NENEK DYAH
Darmi ....

Nenek Dyah menangis, mengulurkan tangan ke Mbok Darmi. Mbok Darmi menggenggam tangan beliau, ikut menangis.

DISSOLVE TO.

EXT. AREA PEMAKAMAN - DAY

Kita melihat tanah makam masih basah dengan taburan bunga di atasnya. Mbok Darmi memeluk Dyah kecil yang menangis di sisi pusara.

INT. RUMAH TEGUH, RUANG TAMU - AFTERNOON

Dyah kecil dan Mbok Darmi duduk bersama. TEGUH kecil (10) putra Mbok Darmi, di seberang.


MBOK DARMI
Teguh, ini Dyah.


Teguh kecil menatap ibunya bingung.


TEGUH KECIL
Iya, Mbok. Sudah tau.


Mbok Darmi tersenyum ke Teguh kecil, lalu ke Dyah kecil. Tangan Mbok Darmi mengusap kepala Dyah kecil.


MBOK DARMI
Mulai sekarang, Dyah tinggal bersama kita.

Teguh kecil terkejut. Dyah kecil menoleh ke Mbok Darmi.

CUT TO.

EXT. JALAN DESA - MORNING

Hujan lebat. Kita melihat Dyah dan Teguh kecil memakai sehelai daun pisang berdua memayungi kepala. Mereka tertawa sambil berlari kecil.

Mereka bertemu gerombolan angsa. Dyah kecil menjerit lari ketakutan. Teguh kecil melempar daun pisang dan mengejar Dyah. Angsa-angsa mengekor di belakang.

CUT TO.

INT. RUMAH TEGUH, RUANG TAMU - DAY

TEGUH KECIL (V.O)
"Hatchih!”

Kita melihat ruangan berdinding bambu, ukurannya tidak terlalu luas. Hanya ada satu dipan bambu di depan meja kayu dan dua kursi di seberang.

Teguh kecil duduk di dipan, telanjang dada. Mbok Darmi memijat punggung Teguh. Sementara Dyah duduk di lantai, membalik-balik halaman buku yang basah dengan lesu.


MBOK DARMI (CONT'D)
Kalau hujan, ya, berenti dulu. Jangan diterobos! Sakit, kan, jadinya?

DYAH
(ke Mbok Darmi)
Maaf, Mbok. Gara-gara Dyah lari dikejar angsa (BEAT, melirik Teguh) Teguh enggak salah--

MBOK DARMI
(ke Dyah)
Sudah kodratnya laki-laki selalu salah. Kamu tidak usah ikut-ikutan, Dyah.

Mbok Darmi menepuk punggung Teguh. Teguh mengaduh.


MBOK DARMI (CONT'D)
Dengerin tuh! Dyah minta maaf. Kamu itu laki-laki, seharusnya melindungi perempuan. Kenapa Dyah sampai dikejar angsa?

TEGUH KECIL
Mboook! Dyah sendiri yang lari, kok, aku disalahkan? Dyah, kan, punya kaki? Apa aku harus menggendong dia sambil lari?

MBOK DARMI (CONT'D)
Pusing bicara sama kamu. Muter-muter!

Teguh kecil kebingungan. Dyah kecil tersenyum memperhatikan mereka.


MBOK DARMI (CONTINUOUS)
Teguh .... Kamu sekarang pelindung keluarga. Ingat pesan Mbok ini. Mulai sekarang, kamu yang menjaga Mbok dan Dyah.

Teguh kecil diam-diam mengamati Dyah dari wajah, lalu ke tangan Dyah yang berusaha memilah halaman buku lecek.


TEGUH KECIL (CONT'D)
Sudah, Dyah. Nanti bukumu aku ganti yang baru.

Dyah kecil menatap Teguh kecil dengan bimbang.


DYAH KECIL
Tapi ... Uangnya?

TEGUH KECIL
(menepuk dada)
Serahkan sama aku. Gini-gini, aku punya (BEAT, menggesek ibu jari dan telunjuk)--

Mbok Darmi menepuk punggung Teguh kecil.


MBOK DARMI (CONT'D)
Duh, Gusti ... Kecil-kecil sudah belajar bohong!

TEGUH KECIL
Sakit, Mboook!


Teguh kecil berusaha mengusap bekas pukulan Mbok Darmi.


TEGUH KECIL
Aku beneran punya uang. Dalam celengan.

MBOK DARMI (CONT'D)
(ke Teguh)
Dapat dari mana?

TEGUH KECIL (CONT'D)
Pak Bendi.

Teguh kecil bangkit menjauh dari dipan dan ibunya. Ia duduk di dekat Dyah kecil. Tatapan Mbok Darmi mengikuti Teguh kecil.


MBOK DARMI (CONT'D)
Kamu masih main ke sana, Le? Mbok kepingin kamu sekolah yang bener, belajar yang rajin--

TEGUH KECIL
(tersenyum bangga)
Pak Bendi bilang, aku anak paling berbakat di kampung. Tanganku dibilang seperti malaikat, Mbok. Aku sudah bisa bikin pola dan mewarnai kulit dengan rapi.

Mbok Darmi memegang kepala sambil menggerutu tidak jelas.

MBOK DARMI (SOUND OFF)
Ini gara-gara bapaknya Teguh--

Dyah kecil memperhatikan Mbok Darmi dengan heran.


DYAH KECIL (CONT'D)
(ke Teguh)
Si Mbok kenapa?

TEGUH KECIL
(tersenyum ke Dyah)
Patah hati (BEAT) Dyah, kamu mau suatu hari aku buatkan sepatu cinderella?

Dyah terkejut menatap Teguh. Matanya membesar antusias.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar