Kamu Orang Seperti Apa Ketika Jatuh Cinta?
5. Lima

SC.18. EXT-TEMPAT PARKIR COTTAGE-SIANG

Tanya dipinjami sebuah jeep oleh Sintya dan meminta Tanya membawa Graha pergi jauh dari cottage. Sebagai gantinya, Tanya tetap digaji meski dia tidak bekerja di restoran malam ini. Tanya tentu menerima kesempatan emas itu dengan senang hati. Tanya sedang duduk di samping body mobil dan memainkan kunci di tangannya. Matanya melirik ke sana ke mari menunggu Sagraha lewat. Kemudian, mata Tanya bersinar saat mendapati Sagraha baru saja turun.

TANYA

Saga! Di sini! (Melambaikan tangan)

SAGRAHA

(Menoleh sekilas, kemudian lanjut pergi seolah tidak melihat keberadaan Tanya)

TANYA

(Buru-buru menghampiri Sagraha, merentangkan kedua tangannya di depan Sagraha agar dia tidak bisa lewat) Ayo, kita pergi jalan-jalan! Aku udah nyewa mobil biar bisa pergi sama kamu (Tersenyum lebar sambil menunjukkan kunci mobil) kita bisa pergi ke mana pun yang kamu mau!

SAGRAHA

(Memandang Tanya dengan tatapan aneh) Dan kenapa gue harus pergi berdua sama lo?

TANYA

Sekali-kali, kamu harus ngerasain tersesat ke tempat yang nggak pernah kamu bayangin sebelumnya. (Tanya tersenyum manis dan meletakkan kunci itu ke telapak tangan Sagraha) Ayo, kita rasain bareng-bareng. Jalan-jalan nggak pakai google map. Kamu pasti belum pernah nyasar, kan? Ayo nyasar berdua sama aku. Biar ada temennya.

SAGRAHA

(Menatap Tanya dengan pandangan aneh, mengembalikan kunci itu, tapi ditahan Tanya) Baru kali gue denger ada orang yang ngajakin nyasar (Sagraha geleng-geleng kepala) yang namanya nyasar itu enggak direncanain.

TANYA

(Menyeret Sagraha ke arah jeep) Aku janji nggak bakal gangguin kamu lagi setelah ini. Cuma sehari aja, Saga. Bebasin diri kamu dan mulai jelajahi hal-hal yang belum pernah kamu lakuin sebelumnya. (Tanya menatap Sagraha sambil tersenyum lebar) terkadang spontanitas dalam hidup itu perlu. Jangan kebanyakan mikir.

SAGA

(Terdiam sejenak, teringat perkataan Saga ketika mereka sedang di kebun samping rumah ketika Saga selesai melukis)

FLASHBACK ON

SAGA

(Menatap Sagraha dengan mata berbinar) Aku pengin banget pergi ke suatu tempat, di mana enggak ada seorang pun kenal aku. Jadi, nggak ada orang yang natap aku dengan pandangan mengasihani. Aku bisa bebas ngelakuin banyak hal yang selama ini takut buat aku lakuin. Terkadang, aku pengin ngelakuin hal-hal spontan yang nggak pernah aku rencanakan. (Saga meraih tangan Sagraha dan meremasnya) Kak Graha harus janji juga. Ada ataupun enggak ada aku, Kak Saga harus jalanin hidup dengan bebas dan berani.

FLASHBACK OFF

SAGRAHA

(Menghela napas panjang) Oke. Tapi lo harus janji bakal biarin gue hidup tenang setelah ini.

TANYA

(Memasang sikap hormat layaknya seorang tentara) Siap boss!

Mereka berdua kemudian memasuki jeep itu dan pergi.

SC.19-EXT-JALANAN BALI-SORE

Mereka mengandarai mobil menyusuri tebing-tebing tinggi meninggalkan pantai Pandawa. Tanya membuka kaca mobil dan mengeluarkan sedikit kepala, membuat rambutnya berkibar-kibar tertiup angin. Tawanya lebar sekali. Seolah ini adalah kali pertamanya berkendara di kota orang. Begitu lepas dan bebas. Sementara itu, Sagraha diam-diam mengamati Tanya dan merasa terpesona.

SAGRAHA

Mau pergi ke mana?

TANYA

(Menoleh dan tersenyum tipis) Entahlah, ke mana aja boleh. Aku nggak ada rencana.

SAGRAHA

(Memandang Tanya dengan tatapan tak percaya) Jadi lo beneran nggak punya tujuan?

TANYA

(Menggeleng polos) Yauda sih, jalan lurus aja. Terus nanti belok kanan, belok kiri, lurus, belok kanan lagi—

SAGRHA

(Menatap Tanya sambil geleng-geleng kepala) Dasar cewek gila. Seenggaknya lo harus punya bayangan ke mana tempat yang pengin lo tuju. Emangnya mau nyasar ke jalan buntu atau kuburan?

TANYA

Udah aku bilang kalau nyasar itu seru. (Terkekeh) Tapi karena nyasar itu enggak bisa direncanakan, jadi, aku memutuskan bahwa hari ini adalah hari Saga. Kita pergi ke tempat yang pengin kamu tuju. (Mengedipkan mata jail) Anggap aja aku kayak pegawai bayaran. Nurutin semua yang kamu mau.

SAGRAHA

Jadi lo minta bayaran? (Menatap Tanya tak percaya) Setelah ini?

TANYA

(Terkekeh) Ya enggak lah. Maksudku, anggep aja kamu bayar aku buat nemenin kamu jalan-jalan. Jadi yang kamu inget nanti tempat wisatanya. Bukan aku sebagai tour guide. Setelah selesai, kita bisa balik jadi orang asing yang nggak saling kenal. Setuju?

SAGRAHA

Terserah aja. Toh, gue juga nggak lagi minat nambah teman.

TANYA

(menyalakan musik sambil mengangguk-angguk) Kamu suka musik jenis apa? Pop? Jazz? Rock? K-pop? Dangdut? (Tanya mengganti-ganti saluran hingga menemukan lagu dengan nada penuh semangat.) Yang ini enak. Sheila on 7. Salah satu grup band pemersatu bangsa tanpa haters (Mulai mengikuti alunan lagu dan menggoyangkan pundaknya ke kiri dan kanan, mengikuti lirik lagu)

SAGRAHA

(Diam-diam menatap Tanya sambil tersenyum tipis.) Ngapain tanya kalau kamu yang nentuin sendiri?

TANYA

(Mengedipkan mata jail) Aku ke sini dua hari yang lalu. Kabur dari rumah. Cuma bawa sisa uang tiga ratus ribu buat bertahan hidup. Aku awalnya udah pesen kosan online. Eh, ternyata sampai sini malah ketipu. Uang dua ratus ribu melayang. (Menggerakkan tangan ke udara) Kamu inget kan? Om-om yang tadi pagi kukira penipu (Terkekeh tanpa tahu malu)

SAGRAHA

(tertawa renyah) Hidup lo ribet banget. Ada banyak aplikasi booking hotel yang terpercaya. Kenapa nggak pesen dari sana aja?

TANYA

(Tanpa rasa canggung mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ponsel Android jadul keluaran tahun 2015) Ponselku kentang soalnya. Udah nggak muat buat instal aplikasi (Dengan nada polos) Sekarang aku matiin ponselnya karena nggak ada paketan.

SAGRAHA

(Tertawa sambil geleng-geleng kepala) Lagian kenapa sok-sok’an kabur dari rumah kalau nggak punya duit sih? Kalau mati kelaparan di sini gimana?

TANYA

Nyatanya gue baik-baik aja. Bisa dengerin kamu ketawa sambil disopirin. Dapat tempat tinggal, dapat kerjaan dan gaji pula. Sempurna. (Tersenyum lebar tanpa beban)

SAGRAHA

(Geleng-geleng kepala) Jadi kenapa lo kabur dari rumah?

TANYA

Karena aku nggak dibolehin kuliah tapi disuruh bantu biayain adekku sekolah. Tinggal di rumah sendiri tapi berasa jadi anak tiri. Aku juga harus tinggal satu kota sama cowok brengsek yang udah permaluin aku pas kelulusan SMA. Selalu terbayang-bayang masa lalu pas liat teman SMA mampir ke tempat kerjaku. Aku udah muak hidup di tempat kayak gitu.

SAGRAHA

(Terdiam sejenak, memandangi Tanya heran) Kenapa bisa segampang itu cerita sama orang yang belum kamu kenal deket?

TANYA

Justru itu. Karena kamu orang asing. (Tanya menggedikkan bahu) kita nggak akan ketemu lagi setelah ini. Nggak ada yang perlu ditakutin atau disesalin. Anggap aja kayak lagi nyampah. Toh, kamu juga enggak bakal anggep aku serius, kan?

TANYA

(Monolog, menatap Sagraha dari samping) Aku juga pengin ngubah karakter dan jati diriku lewat kamu, Saga. Aku beraniin diri ngelakuin ini karena kamu orang asing. Kita nggak akan ketemu lagi setelah ini. Iya kan?

SAGRAHA

Hm. Terserah lo mau anggep gue kayak gimana juga.

MONTAGE

1. Mereka berjalan melewati jalan tol mandara yang menyebrangi laut.

2. Tanya membuka kaca jendelanya dan membiarkan rambutnya berkibar-kibar ditiup angin.

3. Setelah cukup lama naik mobil, mereka tiba di sebuah area persawahan yang cukup luas dan terlihat warga sekitar sedang dalam perjalanan pulang dari menanam padi.

4. Tanya menyapa ramah orang-orang saat mobil berjalan perlahan dan melambaikan tangan.

5. Sagraha kemudian menghentikan mobilnya di GWK. Kebetulan sedang ada pementasan tari kecak.

6. Tanya meraih tangan Sagraha, membelah kerumunan dan menonton tari kecak dari dekat.

7. Tanya bertepuk tangan riang saat tarian selesai. Begitu antusias karena ini adalah pertama kalinya.

8. Setelah itu, mereka duduk di sebuah bangku taman sambil makan es krim

SC.19-EXT-TAMAN DEKAT GWK-SORE

TANYA

Habis ini mau ke mana lagi?

SAGRAHA

Entahlah. Gue pengin balik ke restoran dan masak lagi.

TANYA

(Memandang Graha dengan tatapan tak percaya) Dasar maniak masak. Sehari aja berhenti masak bikin tangan kamu gatel ya?

SAGRAHA

Tahu dari mana kalau gue maniak masak? (Memandang Tanya dengan curiga)

TANYA

Mbak Sintya yang cerita. (Menjawab dengan santai) Oh iya. Aku belum bilang makasih soal burger vegetariannya. Enak banget, sumpah. Kupikir yang ada di tengah itu daging, tapi ternyata bukan. Gila sih. Kamu punya restoran vegetarian ya?

SAGRAHA

(Merasa senang karena masakannya dipuji) Gue bikin resep itu supaya Sag—(menghentikan kalimatnya karena hampir saja membahas Saga)

TANYA

(Menoleh) Kenapa enggak dilanjutin? Supaya Sag apa? Sagu? Sagitarius?

SAGRAHA

Lupakan.

TANYA

(Menoleh dan tersenyum tipis) Saga. Kamu tahu nggak gimana rasanya nyeritain beban ke orang asing?

SAGRAHA

(Memandang Tanya dengan kening berkerut) Bukannya malah kerasa aneh? Di mana-mana, orang bakal terbuka kalau udah ngerasa nyaman atau percaya sama orang yang diceritain.

TANYA

(Menggeleng tegas) Nggak semua orang berpikiran kayak gitu. Salah satunya aku. (Menunjuk diri sendiri) Kamu inget kan kejadian di Pandawa? Aku cerita ke bule-bule itu tentang kesialan yang nimpa aku. Rasanya bener-bener plong banget. Kayak beban di salah satu pundakku keangkat. Ya, meskipun endingnya aku diseret ke kantor (Tertawa renyah) Tapi kalau diingat-ingat bisa jadi kenangan yang lucu sih. (Menepuk tangan Sagraha, tatapannya berubah serius) Kamu boleh anggep aku orang asing, atau pegawai yang kamu bayar. Anggap aja kita nggak akan ketemu lagi setelah kamu balik. Jadi, kamu nggak akan ngerasa malu atau tertekan karena ada yang pegang rahasia kamu. Kayak lagi buang ingus aja. Bikin lega. (Terkekeh lagi)

SAGRAHA

(Terdiam sejenak) Gue baik-baik aja. Nggak perlu cerita atau buang ingus kayak filosofi aneh lo itu. (Berdiri dan membuang sisa es krimnya ke tempat sampah) Ayo kita balik ke cottage.

TANYA

Nggak mau mampir ke pantai terdekat? Liat sunset? (Tanya ikut berdiri)

SAGRAHA

Nggak.

TANYA

Kenapa? Ngambek ya? Saga? Gimana kalau kita ke tempat yang banyak monyetnya itu? Ulu watu? Atau ke tanah lot aja?

SAGRAHA

Jauh.

TANYA

Seenggaknya kita nyari makan malam dulu. Ya? Kayaknya ada night market dekat sini.

SAGRAHA

Alergi.

TANYA

Yak! (Memandang Sagraha kesal. Dia kemudian melihat sebuah keluarga yang berpapasan dengan mereka. Seorang ibu berada di kursi roda, dengan dua anak laki-laki yang mendorongnya. Sementara itu, di sebelah laki-laki itu, ada seorang wanita yang menggendong seorang anak) Saga! Mau kutunjukin sesuatu?

SAGRAHA

Apa?

TANYA

Liat baik-baik! (Mendekati keluarga itu sambil tersenyum lebar) Selamat sore, Tante. Namaku Rachel. (Melambaikan tangan dengan ceria) Tante liat cowok di sana? (Menunjuk Sagraha) Itu temanku, Tante. Maniak masak. Tapi katanya alergi sama masakan di night market. Keterlaluan kan tante?

PRIA 1 (DONI)

Kamu siapa sok kenal sama Bunda? (Menunjukkan raut wajah tidak suka) Mending kamu minggir sekarang.

BUNDA

(Tersenyum tipis) Nggak apa-apa, Don. Nak Rachel ini kelihatan baik anaknya. (Meraih telapak tangan Tanya) Kalau pacarmu nggak mau diajakin makan di night market, kenapa nggak suruh masakin aja?

TANYA

Wah! Bener juga! Kenapa enggak kepikiran ya? (Terkekeh tipis) Makasih Tante. Semoga sehat selalu. Tante beruntung banget punya anak-anak yang sayang banget sama Tante. Aku juga pengin punya keluarga kayak Tante gini pas aku tua nanti.

BUNDA

(Tersenyum tipis)

TANYA

Tante doain ya supaya aku bisa cariin es di punggung Saga. (Sambil berbisik)

BUNDA

Tentu.

TANYA

Oh iya Tante. Aku cantik nggak pakai dress ini? (Tanya mengibaskan dress-nya dan bergaya dengan percaya diri.)

BUNDA

Iya. Cantik. Cocok banget sama rambut kamu.

TANYA

Makasih, Tante! Aku permisi ya! (Melambaikan tangan)

TANYA

(Menghampiri Sagraha dan tersenyum tipis, mengedipkan mata jail) Denger, kan? Mau masakin aku atau kita ke night market terdekat?

SAGRAHA

(Mendelik ke arah Tanya, kemudian geleng-geleng kepala. Namun, Sagraha tidak bisa menahan senyum tipisnya) Baru kali ini gue denger orang yang pengin dipuji cantik sampai segitunya.

TANYA

Lah, emang faktanya cantik kok.

SAGRAHA

(Berjalan mendahului Tanya) Dasar gila.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar