Kamu Orang Seperti Apa Ketika Jatuh Cinta?
4. Empat

SC.13-EXT-LUAR COTTAGE-PAGI

Terlihat Tanya yang baru saja kembali dari belanja bersama Fitri. Masih dengan keranjang belanjaan di tangan kanannya, Tanya hendak ke restoran untuk menyerahkan belanjaan. Namun, seseorang yang terlihat tidak asing tertangkap mata Tanya. Di adalah BLI KETUT, orang yang sudah menipu Tanya.

TANYA

Fitri, kamu pegang belanjaannya dulu. Tolong, ya! Ada sesuatu yang harus aku urus dulu (Menyerahkan belanjaan ke tangan Fitri)

FITRI

Ada apa?

TANYA

(Menaruh hari telunjuk ke atas bibirnya) Ssstt. Aku mau nangkap pencuri.

Tanya meninggalkan Fitri dan berjalan mengendap-endap untuk mengikuti pria yang dia duga sebagai Bli Ketut. Pria itu berjalan hingga ke bagian belakang cottage, melewati jalanan setapak dan berhenti untuk merokok. Tanya hendak menyergap, tetapi pria itu dihampiri seseorang dan mereka bercakap-cakap, seperti sedang melakukan transaksi berbahaya. Tanya bersembunyi di balik tiang untuk mengawasi. Saat itu, Sagraha tiba-tiba lewat di depan Tanya, dan Tanya refleks menarik tangan Sagraha agar ikut bersembunyi.

TANYA

Sssst. Please. Diem dulu. Aku lagi ngikutin orang jahat yang udah nipu aku (Tanya meletakkan telunjuknya di atas bibir, menyuruh Sagraha agar diam) Kayaknya mereka lagi transaksi sabu-sabu.

SAGRAHA

(Menatap Tanya dengan sebelah alis terangkat tinggi seolah Tak percaya)

TANYA

(Melihat ponsel di tangan Sagraha dan mengambilnya) Pinjem bentar. Aku perlu motret mereka buat barang bukti. (Mengarahkan ponsel Sagraha kepada terduga bli Ketut) Mampus. Kali ini aku bakal secret dia langsung ke penjara!

SAGRAHA

(Menghela napas pendek dan berdiri) Temennya udah pergi. (Menunjuk dengan dagunya) Sekarang kamu mau apa?

TANYA

(Tersenyum jumawa) Liat baik-baik ya. Aku bakal ngelabrak dia langsung dan seret dia ke kantor polisi. (Berjalan dengan langkah tegas dan percaya diri)

Sagraha hanya bisa melihat tingkah Tanya sambil geleng-geleng kepala. Tanya tampak berdialog dengan si bapak. Awalnya Tanya marah-marah dan menunjuk-nunjuk si bapak, tetapi berakhir dengan Tanya yang menundukkan kepala seolah merasa bersalah dan meminta maaf.

Tanya kembali ke depan Sagraha sambil meringis dan menggaruk tengkuk. Dia mengembalikan ponsel milik Sagraha.

SAGRAHA

Jadi?

TANYA

Ternyata bapak itu nggak tahu kalau foto profil facebooknya dipakai sama penipu. (Tanya menangkupkan kedua tangannya ke pipi) Astaga, aku malu banget astaga. Mau pura-pura pingsan aja rasanya.

SAGRAHA

(Menahan tawanya agar tidak meledak) Katanya kamu nggak peduli sama reaksi orang asing? (Menaikkan sebelah alisnya)

TANYA

Nggak peduli sama malu itu beda! (Tanya membalas keras kepala) Dahlah aku pergi dulu (Melambaikan tangan dan tersenyum tipis) Aku pergi dulu, Saga!

Saat Tanya pergi, Sagraha tersenyum geli dan geleng-geleng kepala. Tingkah Tanya benar-benar konyol.

CUT TO

SC.14-EXT-LUAR PASTEL SHELL RESTO-PAGI MENJELANG SIANG

Tanya berjalan sambil menentang kanvas dan peralatan untuk melukis. Ia mencepol rambutnya santai, memakai celana pendek dan cardigan selutut. Senyumnya cerah sekali seperti matahari pagi. Dia mengangguk ramah dan menyapa penghuni cottage yang lewat.

TANYA

(Kepada orang yang terlihat mirip orang korea) Annyeoonghaseooo, Ohayo Gozaimaz. (Kemudian kepada bule) Good morning. Have a nice day. Selamat pagi (Sambil menganggukkan kepala dan tersenyum)

Mereka membalas Tanya dengan senyum dan anggukan kepala. Sementara itu, Sagraha diam-diam mengamati Tanya dari balik tiang. Geleng-geleng kepala.

SINTYA

Dia kelihatan ceria banget ya anaknya?

SAGRAHA

(Kaget dan menoleh. Sintya tersenyum tipis)

SINTYA

Kamu Sagraha, kan? Temennya Firman? Aku Sintya, pemilik Pastel Shell Cottage and Resto. (Sintya mengulurkan tangan) Suamiku sepupunya Firman.

SAGRAHA

(Membalas ukuran tangan Sintya) Sagraha.

SINTYA

Harusnya aku nyapa kamu semalam. Tapi keadaannya lagi ribet (meringis, kemudian melihat punggung Tanya yang mulai menjauh) Kamu kenal sama Rachel?

SAGRAHA

(Menggeleng) Enggak, aku baru pertama ketemu kemarin. Dia udah kerja lama di sini?

SINTYA

Enggak. Baru semalam aku rekrut dia. (Tertawa renyah) Dia kelihatan kayak orang tersesat semalam, canggung dan bikin enggak tega liatnya. Tapi aku tahu kalau dia anak baik. Liat aja. Pagi ini dia menjelma jadi kayak malaikat yang ngasih vibes positif ke orang-orang sekitarnya. Iya nggak?

Sagraha hanya tersenyum sebagai balasan, tetapi matanya memandang punggung Tanya yang kemudian menghilang dibalik tikungan.

SAGRAHA

(Menatap Sintya) Kalau enggak keberatan, aku boleh pinjam dapur restoran sebentar?

CUT TO

SC.15-EXT-TEPI PANTAI DI BAWAH COTTAGE-PAGI

Terlihat Tanya yang duduk di sebuah karang menghadap tebing yang menjorok ke laut. Rambutnya dicepol santai ke atas. Di depannya ada sebuah kanvas yang sudah tergambar tebing setengah jadi. Tanya menaruh palet di pahanya dan membuat kulitnya kotor penuh bercak cat. Dengan penuh konsentrasi, Tanya mulai menggerakkan jarinya untuk melukis.

Di belakang Tanya, cukup jauh, Sagraha diam-diam mengamati sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Sorot mata Sagraha terlihat jauh.

FLASH BACK ON

Di kebun samping rumah, Graha menghampiri Saga yang sedang melukis. Saga berkali-kali melihat ponselnya sebelum kemudian menorehkan kuas ke atas kanvas. Saga menggambar sebuah pantai dengan tebing dan laut biru. Rambut Saga sudah botak dan ditutupi dengan kupluk rajut. Dia duduk di sebuah kursi roda.

SAGRAHA

(Menghampiri Saga dan meremas pundaknya) Kenapa ngelukis pantai?

SAGA

(Menoleh dan tersenyum) Ini Pantai Pandhawa, Bali. Aku pengin banget ke sana. Kayaknya tempatnya tenang banget.

SAGRAHA

Nanti kita ke sana bareng-bareng kalau kamu udah sembuh.

SAGA

(Hanya bisa tersenyum penuh ironi) Kak Graha harus janji satu hal sama aku.

SAGRAHA

Apa? Bilang aja. Aku akan berusaha buat tepatin janjiku.

SAGA

Kalau kita bisa ke Bali bareng-bareng, Kak Saga harus mau jadi model buat lukisanku. Selama ini aku nggak pernah bisa ngelukis Kak Saga utuh-utuh. Selalu aja ada kendalanya. (Menunduk sedih dan melihat tangannya) tanganku, udah mulai sulit buat ngelukis lagi. Udah enggak bisa fokus.

SAGRAHA

(Meremas pundak Saga dan memeluknya dari belakang menenangkan) Hm. Aku janji. Kita harus ke sana bareng-bareng, Saga.

FLASHBACK OFF.

Sagraha mengangkat kamera yang tergantung di lehernya dan mulai memotret. Diam-diam, dia juga mengambil foto Tanya yang sedang melukis. Entah kenapa, Tanya terlihat lebih manusiawi dan cantik ketika sedang melukis. Tiba-tiba, Tanya berbalik dan bertemu pandang dengan Sagraha.

TANYA

Aku nggak tau kalau kamu punya bakat ngestalk orang. (Tanya tersenyum lebar, kemudian melambaikan tangan) Ayo sini. Jadi model hidup. Biar aku lukis.

SAGRAHA

(Mengangkat sebelah alisnya, kemudian menggeleng) Enggak. Makasih.

TANYA

(Berdiri, menghampiri Sagraha dan menarik lengannya) Ayo. Enggak lama kok! Cuma 10 menit doang!

SAGRAHA

(Mencoba melepaskan diri tapi tidak berhasil) Nggak mau.

Pada akhirnya, Tanya berhasil menyeret Saga ke tengah-tengah, tepat di belakang tebing. Sagraha berdiri dengan canggung di sana dan sorot matanya berubah jauh, teringat Saga.

TANYA

(Mengangkat tangannya) Oke, siap ya! Jangan bergerak. Aku nggak akan lama.

(Tanya mulai menggerakkan kuas di tangannya untuk melukis Sagraha. Sementara itu, Sagraha tidak bergerak karena sibuk melamun)

Beberapa saat kemudian, Sagraha pergi dari sana dan mengabaikan Tanya. Sagraha merasa bahwa seharusnya ia melakukan ini dengan Saga, bukannya Tanya. Sagraha merasa marah dengan dirinya sendiri.

TANYA

Saga, mau ke mana? Aku belum selesai ngelukisnya! (Mencekal lengan Sagraha, tetapi dengan cepat ditepis. Sagraha berjalan menjauh lagi. Tanya segera membereskan peralatan melukisnya dan menyusul Sagraha dengan berlari)

TANYA

Saga! Tunggu! Ayo kita sarapan bareng! (Berlari mengejar Sagraha sambil kesusahan membawa alat lukis) Kamu marah ya? Kenapa?

Tanya berhasil mencekal tangan Sagraha, tetapi dengan cepat Sagraha menepisnya hingga membuat kanvas milik Tanya terjatuh di pasir. Tanya tertegun sejenak, kemudian mengambil lukisan itu. Catnya yang masih basah jadi terkena pasir dan membuat hasilnya berantakan. Mata Tanya berkaca-kaca.

SAGRAHA

Lebih baik kita nggak usah ketemu lagi. Gue benci sama orang asing. (Menatap Tanya tajam) Enggak usah bersikap seolah-olah lo udah kenal gue lama.

Dengan begitu, Sagraha meninggalkan Tanya yang sedang meratapi lukisannya dengan sedih.

SC.16-EXT-COTTAGE-PAGI MENJELANG SIANG

Terlihat Tanya yang sedang berjalan gontai sambil menenteng tasnya. Raut wajah Tanya tampak murung. Lukisan pertamanya setelah tiba di Bali, hancur berantakan karena Saga, malaikat penolongnya. Jika bukan karena Saga, mungkin Tanya akan kehilangan pekerjaan di cottage ini dan luntang-lantung sendirian di jalanan Bali. Tanya mendekati Saga karena merasa berterimakasih dan berharap mereka bisa berteman.

SINTYA

(Melihat Tanya dari arah resto dan melambaikan tangan) Rachel! Sini!

TANYA

(Menoleh, kemudian menghampiri Sintya) Iya mbak ada apa?

SINTYA

Tadi Sagraha masak sarapan banyak. Kamu belum makan kan? Makan dulu gih (Sintya menunjuk aneka jenis makanan yang tersaji di atas meja) Gila emang si Graha. Kok bisa masak makanan sebanyak ini cepet banget. Makanan sehat semua lagi ini. Ditata cantik-cantik kayak bekal bento. Anak yang nggak suka makan sayur pasti langsung doyan.

TANYA

Sagraha itu siapa Mbak?

SINTYA

Yak. Cowok yang bantuin kamu tadi malam. Masa enggak tau namanya sih?

TANYA

(Mengangguk) Ah... tapi dia ngenalin diri namanya Saga.

SINTYA

(Menggedikkan bahu) Entahlah. Mungkin itu panggilan masa kecilnya. Atau panggilan khusus buat kamu. (Mengerling jail dan mencolek bahu Tanya)

TANYA

(Tersenyum tipis, pipinya memerah. Ia mengalihkan percakapan) Kayaknya Sagraha jago masak. Makanannya keliatan enak-enak.

SINTYA

(Mengangguk) Kata Firman sih si Graha ini maniak masak. Enggak bisa berhenti masak meski Cuma sehari. Aku diomelin Firman pas cerita Graha masak di dapur. Pokoknya aku disuruh jauhin Graha dari dapur selama di sini.

TANYA

(Mengangguk-angguk paham)

SINTYA

Ah iya hampir lupa. (Mengambil piring berisi burger yang terbuat dari roti gandum utuh dan daging yang dibuat dari tempe yang dihaluskan dan dibumbui) Sagraha nitip ini buat kamu. Katanya, ganti roti bakar yang kamu taruh di kusen pintu kamar dia semalam. (Sintya menyenggol lengan Tanya dan tersenyum jail) Kalian pasti udah makin deket ya?

TANYA

(Terdiam cukup lama. Kebingungan dengan sikap Sagraha padanya)

SINTYA

(Tiba-tiba merendahkan nada suaranya, memajukan wajah dan berbisik) Eh, Rachel. Aku boleh minta tolong sesuatu sama kamu?

TANYA

(Mengerjab) Apa?

SC.17-EXT-TEPI PANTAI-SIANG

Terlihat Sagraha yang sedang bersandar di dinding sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Keningnya sedikit berkerut seolah sedang berpikir.

SAGRAHA

Apa tadi gue terlalu kasar sama Rachel?

SAGRAHA

(Menyugar rambutnya menjadi berantakan) Tapi dia udah sok deket sama gue. Harus ada batas dan jarak supaya dia nggak kelewatan. Biar gimana pun, kita orang asing. Iya kan?

Sagraha menendang pasir dan tertawa aneh.

SAGRAHA

Kenapa jadi mikirin cewek itu? Mending gue ke resto bantuin dapur masak makan siang. Iya kan?

Sagraha bergegas pergi dari pantai, setengah berlari.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar