Home Run
8. Pantai
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

1. EXT. TRIBUN LAPANGAN LUAS – SIANG

Tribun dipenuhi penonton yang berasal dari sekolah yang berbeda-beda, terlihat dari seragam yang dikenakan. Masing-masing meneriakkan yel-yel untuk mendukung tim sekolah mereka. Amel datang bersama Mika.

Mika:

Eh, timnya Ravi, Mel! Udah masuk lapangaaan!

Amel menyipitkan matanya untuk fokus pada tim Putra Garda yang sedang bersiap-siap di lapangan.

 

Mika:

PU-TRA-GAR-DA! PUTRA GARDA! WUUUUUU! SEMANGAAAAT! Mel! Teriak juga, dong!! Semangatin Ravi!

Amel terdiam sejenak. Dia menatap Ravi yang sedang menggenggam tongkat pemukul bola dengan postur tubuh yang siap. Wajahnya serius.

Amel berdiri. Dia berusaha mengeluarkan suara terkerasnya.

Amel:

RAVIIIIII! SEMANGAAAAAT! LO HARUS MENAAAAANG!!!

CUT TO:

2. EXT. LAPANGAN LUAS – SIANG

Ravi tersenyum. Dia bisa mendengarkan suara Amel dari kejauhan, sedang menyemangatinya. Matanya menatap lurus ke depan, fokus pada bola.

PTAK!! Ravi memukul bola yang datang.

CUT TO:

3. EXT. TRIBUN LAPANGAN LUAS – SORE

Penonton sudah bubar dan sibuk berfoto dengan tim sekolah mereka.

Mika:

Gue pulang, ya. Lo sama Ravi, kan?

Amel:

Iya! Hati-hati!

Mika:

Jangan lupa besok ke rumah gue! Daaah!

Amel membalas lambaian tangan Mika. Dia kemudian mencari-cari Ravi yang tak kunjung muncul. Setelah melihat wajah Ravi, Amel langsung turun dan menghampiri Ravi.

Ravi:

Ameeeel!

Amel:

Keren banget lo!

Ravi:

Foto, yuk! Di lapangan!! Eh, Jef! Fotoin kita berdua, dong!

Jef, teman Ravi datang dan memotret mereka berdua. Amel memeluk Ravi dengan erat, membuat Ravi kaget dan juga senang. Dia balas memeluk Amel juga.

CUT TO:

4. EXT. DEPAN RUMAH RAVI – SORE

Amel turun dari motor dan melepas helmnya. Dia menatap Ravi sambil tersenyum lebar, membuat Ravi salah tingkah dan akhirnya tertawa.

Ravi:

Apa, sih??

Amel masih tersenyum. Ravi menurunkan kaca helmnya, menutupi wajahnya. Amel membuka kaca helm Ravi.

Ravi:

Apa?? Apa?

Amel:

Gue udah punya kado yang gue mau.

Ravi:

Apa?

Amel tersenyum misterius.

CUT TO:

5. EXT. PANTAI – PAGI

Amel turun dari motor dan langsung berlari menuju bibir pantai. Ravi mematikan mesin motor dan tersenyum melihat Amel. Amel melepas sepatu dan helmnya, kemudian berlari dengan tangan terrentang.

 

Amel:

WUUUUHUUUU!

Angin meniup rambut Amel. Ravi menghampiri Amel.

Ravi:

MANTAAAAP, KAN??

Amel:

MAKASIIH!

Amel meraih tangan Ravi dan mengajaknya berlari mengitari pantai, dan bermain-main dengan air laut.

CUT TO:

START OF MONTAGE

6. EXT. PANTAI – SIANG

Amel sedang membentuk istana pasir, Ravi membantu mengambilkan air laut di tangannya kepada Amel.

CUT TO:

7. EXT. PANTAI – SIANG

Amel mengambil pasir pantai dengan tangannya, lalu menjatuhkannya di atas badan Ravi yang sedang berbaring. Badan Ravi sudah terkubur pasir pantai sampai di dadanya. Ravi pasrah. Amel duduk di atas perut Ravi yang terkubur.

Ravi:

Jangan duduk, lo berat, AAAARGH! TOLOOONG!

Amel:

Gue ringan!

Ravi:

AMEL, PLEASE! AMEEEL!

Amel malah semakin tidak mau beranjak dari posisi duduknya.

CUT TO:

8. EXT. PANTAI – SIANG

Ravi menarik Amel untuk basah bersamanya di dalam air laut, namun Amel menolak. Ravi tetap menarik dan berhasil membuat Amel jatuh ke dalam air. Ravi tertawa bangga dengan kesuksesannya.

Amel:

RAVIIII!

Ravi:

Kalau ke pantai, wajib basah!

END OF MONTAGE

CUT TO:

9. EXT. GAZEBO PANTAI – SIANG

Amel dan Ravi berbaring di gazebo pantai menghadap sinar matahari untuk mengeringkan pakaian di badan. Ravi menutup matanya, Amel juga menutup mata sambil menikmati roti.

Ravi:

Mel.

Amel:

Hm?

Ravi:

Lo beneran Amel, kan?

 

Amel:

Iya… ini gue Amel si murid rajin penghuni perpustakaan. Pagi ini, gue izin sakit supaya bisa ke pantai bareng lo, Ravi. Kenapa gue mau ke pantai? Gue mau refreshing otak.

Ravi:

Kita pulangnya kapan?

Amel:

Besok pagi!

Ravi:

Kita tidur di pantai, dong?! Camping, dong? Gue baru pertama kali kayak ginian, wajar kalau agak lebay.

Amel:

Sama, gue juga baru pertama kali…

Selanjutnya, Ravi tidak menjawab lagi. Amel bangun, mendapati Ravi sudah tertidur. Amel mengangkat tangannya, menutupi wajah Ravi dari sinar matahari. Amel tersenyum menatap wajah Ravi yang tertidur.

CUT TO:

10.        EXT. PANTAI – SORE

Ravi terbangun karena suara ombak. Dia bangun dan mencari Amel. Amel sedang duduk di bibir pantai sendirian. Ravi menghampirinya.

Ravi:

Kok, enggak bangunin gue?

Amel:

Lo sih, nyenyak banget. Jadi enggak tega.

Ravi duduk di samping Amel. air laut menyentuh kaki mereka berdua.

Amel:

Gue lagi tunggu sunset.

Ravi mengangguk. Amel dan Ravi sama-sama diam menatap langit.

Amel:

Tujuan gue hidup apa, sih? Tujuan gue hidup sebagai anak yang rajin dan pintar. Apa karena gue takut enggak jadi siapa-siapa di masa depan? Tapi… orang yang takut harusnya mereka yang nyakitin orang untuk senang-senang. Karena masa depan mereka udah diambil alih setengahnya sama karma. Iya, kan?

Ravi terdiam mematung mendengarkan Amel. Ravi sadar bahwa Amel sedang ada masalah. Ravi mendekat dan mengusap punggung Amel perlahan.

Amel:

Gue merasa terjebak di dalam kotak kaca. Gue bisa bertahan hidup di dalamnya, tapi, gue bakalan susah bernafas. Kalau gue hancurin kotak kacanya… badan gue bakal berdarah. Enggak ada jalan keluar buat gue. Gue enggak melihat masa depan bagi orang-orang yang terjebak di kotak kaca kayak gue.

Ravi diam saja. Dia meraih Amel ke dalam pelukannya. Amel menyandarkan kepalanya ke bahu Ravi.

Detik demi detik, matahari semakin turun untuk pulang. Amel dan Ravi berdiri untuk menyaksikan matahari terbenam itu.

Mata Amel berkaca-kaca menyaksikan keindahan itu. Ravi menikmati sunset pertamanya dengan takjub. Ravi menoleh ke arah Amel. pantulan cahaya orange di wajah Amel, membuat Amel menjadi semakin cantik. Ravi menggenggam tangan Amel.

Amel:

Hari ini… aku kangen keluargaku yang dulu.

Setetes air mata membasahi pipi Amel.

Ravi:

It’s ok, Amel…

Amel mulai menangis keras di pelukan Ravi. Matanya masih melirik ke arah langit.

Amel:

Semua orang nyakitin gue… padahal gue hidup dengan baik. Gue enggak melakukan sesuatu yang buruk…

Ravi:

Siapa? Siapa yang nyakitin lo?

Ravi menatap mata Amel dalam-dalam. Amel tidak bisa menjawab sama sekali. Lidahnya kaku.

Amel:

Orang-orang…

Ravi mengangguk, tidak mau memaksa Amel bercerita. Ravi menyampirkan rambut Amel ke telinga.

Ravi:

Maaf, ya. Gue baru sadar, gue belum jadi sahabat yang baik.

Amel menggeleng.

Ravi:

Lo bisa ceritain semuanya hari ini, Amel.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar