Gadis
2. Perkenalan

1.EXT/INT. GEDUNG RUMAH SAKIT - KORIDOR RUANG UGD - SIANG

Title : RS. TNI AD Tingkat II Dr. Soepraon Malang, 2006.

ESTABLISH SHOT: Suasana rumah sakit di siang hari.

GADIS (V.O)

Inilah ceritaku, cerita yang lama terpendam kini akan tergali usai. Aku mencoba bungkam untuk menutup seluruh kesalahan yang menjadi pembenaran banyak hal. Aku yang memberanikan diri untuk memasuki dunia pilu demi sebuah kesengsaraan yang seharusnya tak terjadi.

Dari koridor, gadis berusia 8 tahun merangkak menatap jendela disalah satu kamar ugd. Tangannya bergerak ke kaca, seorang ibu terbaring tak berdaya di atas ranjang. Air mata Gadis jatuh di pipi dan diusapnya perlahan.

Pandangannya beralih pada seorang pria berseragam tentara yang membuka pintu ruang UGD dengan langkah tegap. Gadis berdiri dan tidak melakukan apa-apa kecuali menontonnya dari kaca bening.

INSERT: Di dalam kamar terlihat seorang dokter wanita tengah bercakap-cakap dengan pria itu. Di sampingnya posisi bayi dalam inkubator dan wanita tertidur pulas di atas ranjang.

GADIS (V.O)

Aku yang menahan seluruh luka demi tampil di khalayak, memunculkan sifat berani yang selama ini kusembunyikan. Dengan diriku bercerita sebagai Gadis, aku harap di kehidupan selanjutnya, bahagia telah terlukis melalui senyuman yang terulas di bibir.

2.INT/EXT. PELATARAN RUMAH AAT PRAWIJAYA - RUANG TAMU - SORE

Tittle: Asrama Brigif Linud 18, Malang, 2006

ESTABLISH SHOT : Kawasan rumah-rumah TNI AD berwarna hijau army.

Di ruang tamu, Gadis duduk di sofa sambil memainkan kaki. Rumah terlihat sepi dan gelap, lampu belum dinyalakan. Sinar senja menyeruak masuk menyapu wajahnya.

SFX: Suara pintu diketuk.

Gadis berlari dan membuka pintunya cepat-cepat.

GADIS

Tante? (suaranya parau, ingin menangis)

IBU SAMADI

Ya ampun, Gadis. Kamu sendirian, Nak? Ayo ikut ke rumah tante. (berlutut lalu meraih tangannya)

Dina menyembul dari balik tubuh ibu Samadi, ia menggandeng tangan yang berukuran sama dengannya. Senyum manis Dina tidak bisa diikuti Gadis yang cemberut.

DINA

Aku punya mainan baru lho. Mau lihat, nggak? (ekspresi senang)

GADIS

(mengangguk lemah)

Sebuah pemandangan yang memperlihatkan dua anak kecil dan perempuan dewasa tengah berjalan menuju rumah ketiga dari tempat Gadis. Ibu Samadi menuntun keduanya berjalan pelan-pelan.

GADIS (V.O)

Aku tidak pernah merayakan masa lalu dengan begitu indah. Tapi ketika aku bisa bercerita dengan hati-hati, di sanalah aku menemukan keikhlasan yang selama ini kunanti.

3.EXT/INT. KORIDOR RUMAH SAKIT - KAMAR UGD - SIANG HARI

Seorang laki-laki berusia 35 tahun berjalan dengan sigap memasuki ruangan, di nametag tertulis AAT PRAWIJAYA. Saat melihat Nirina yang sedang menyusui bayi, matanya menangkap gelang berwarna merah muda dan putih yang tersemat pada tangan kirinya bertuliskan:

Nama : Ny. Nirina

Usia : 27 tahun

Suami : Aat Prawijaya

Perlahan, Aat berjalan ke arah keduanya lalu mencium kening mereka satu persatu. Aat membelai lembut pipi Nirina yang basah karena air mata.

GADIS (V.O)

Aku tidak terpaksa menceritakan ini pada siapa pun, tapi ketika aku memutuskan untuk ya, aku sudah siap. Mulai saat itu, konsekuensi akan datang beriringan dengan tanggung jawab yang kupertaruhkan.

4.INT/EXT. RUANG TAMU - TERAS RUMAH SAMADI - CONTINUOUS

ESTABLISH SHOT : KAWASAN ASRAMA BRIGIF LINUD 18

SFX: Suara pintu diketuk

Di ruang tamu, Dina dan Gadis duduk di lantai sambil bermain boneka, keduanya mengarah pada pintu. Dina berlari dan membuka kenop pintunya. Seorang laki-laki dewasa muncul di hadapan, badannya tertutup oleh sinar mentari hingga ia harus menyipitkan mata.

Tak lama ibu Samadi berjalan dari belakang dan menghampiri mereka.

IBU SAMADI

Oh, Pak Aat. Mari masuk dulu, bagaimana keadaan ibunya Gadis? Apa sudah boleh pulang?

AAT PRAWIJAYA

(melirik Gadis) Besok pagi sudah diperbolehkan pulang, Bu. (tersenyum manis dan membungkuk ke arah Gadis)

Dina, Gadis, Ibu Samadi dan Aat Prawijaya berbicara di ambang pintu. Perlahan Gadis berjalan ke arah Aat dan memeluk lehernya.

GADIS

Ayah...(ucapnya lirih)

Aat berdiri sambil menggendong putrinya yang masih bersekolah kelas 2 SD.

AAT PRAWIJAYA

Bu Samadi, terima kasih banyak sudah menjaga Gadis. (mengangguk ramah)
Nanti main-main lagi ya sama Dina (melirik Dina)

DINA

(mengangguk pelan lalu tersenyum)

AAT PRAWIJAYA

Kita pulang sekarang ya (beat, menatap wajah Gadis)
Mari, Bu (berpamitan dengan Ibu Samadi)

IBU SAMADI

Mari, Pak.

Aat Prawijaya menggendong putrinya dan sesekali menggelitik badannya. Mereka berjalan menuju rumah paling ujung yang hanya berjarak serumah dari tempat bu Samadi.

5.EXT. HALAMAN RUMAH AAT PRAWIJAYA - A MOMENTS LATER

Gadis duduk di kursi bambu berwarna cokelat sambil memainkan kedua kakinya. Ia sendirian sesekali melihat lalu lalang orang di depan rumah. Aat keluar dari garasi sambil membawa kain putih yang diikat rapat.

GADIS

Ayah itu apa? (mengikuti gerakan Aat yang berjongkok di sebuah taman kecil)

AAT PRAWIJAYA

Hmm, ini namanya ari-ari sayang. Teman adikmu yang baru lahir (ekspresi senang)

Aat mulai mencangkul tanah dengan sekop dan meletakkan ari-ari itu ke dalam tanah. Gadis bingung dan belum mengerti, tapi ia tetap memperhatikan dengan saksama.

Gundukan tanah itu mulai terlihat, Aat juga meletakkan lampu dan wadah yang berlubang-lubang sebagai pelindung tanahnya.

AAT PRAWIJAYA (CONT'D)

Gadis, minta tolong ambilkan batu-batu di sebelah sana ya (menunjuk pot bunga di kirinya)

GADIS

(mengangguk dan berlari sesuai perintah ayahnya)

Aat mengambil satu batu bata dari tangan Gadis dan meletakkan di atas wadah berlubang.

AAT PRAWIJAYA

Sudah beres. Sekarang kita doa sama-sama ya

GADIS

(tangannya menengadah, melihat gerakan bibir sang ayah dan mengusap tangan ke wajah)
(beat) Aminn.

Aat kembali masuk ke rumah, sedangkan Gadis mengambil sisa bunga yang layu dan menaburkan di gundukan tanah itu. Dia tersenyum manis sambil berdiri menatap gundukannya.

ESTABLISH SHOT: Keadaan sekitar Asrama Brigif Linud 18

GADIS (V.O)

Aku terusik, aku terganggu oleh semua masa lalu yang hanya bisa menari di kepalaku. Namun, saat aku mulai menulis, aku yakin keputusan ini bisa diterima oleh seluruh manusia yang kala itu di sampingku. Aku berkorban, cerita yang kubagikan ini hanya untuk tiap orang yang mampu merasakannya.

6.INT. RUMAH AAT PRAWIJAYA - KAMAR DEPAN & BELAKANG - MALAM

Gadis duduk di kasur dan sebagian kakinya terselimuti. Matanya mengarah pada dompet berwarna hitam yang terletak di nakas. Tangannya meraih dan merogoh dompet Aat yang tertinggal. Ia mengeluarkan sebuah foto berukuran 3x4cm.

CU: Foto wanita close up berpakaian putih dengan bakcground biru.

Gadis berlari menemui ibunya di kamar belakang sambil menunjukkan foto tersebut.

GADIS

Ibu!!!

Nirina sedang meletakkan lipatan baju di lemari lantas menoleh dan mengambil kertas kecil dari tangan Gadis. Tarikan napas Nirina cukup panjang sampai harus duduk di tempat tidur. Gadis menghampirinya pelan dan ikut duduk disampingnya.

GADIS (CONT'D)

Ibu, itu siapa?

Gadis tampak lugu dan polos. Nirina tidak menjawab, ia menerawang jauh ke depan sambil tetap membawa foto perempuan berukuran 3x4cm.

7.EXT/INT. TERAS RUMAH AAT PRAWIJAYA - RUANG TAMU - DAPUR - KAMAR - DAY

Gadis berlari senang sambil membawa tas, ia pulang dari sekolah dengan seragam merah putihnya. Saat ingin membuka pintu, Gadis dikejutkan oleh suara pecahan kaca. Ia kaget hingga membuka pintunya pelan-pelan.

SFX: Suara piring pecah berulang kali.

Gadis berlari ke ruang tamu, dari jauh terlihat Nirina membanting piring berkali-kali sendirian. Ia membelakangi Gadis, hingga Nirina tidak mengetahui kedatangannya. Badan Gadis tegang dan tidak bisa berjalan. Di belakang, ibu Samadi menggendong tubuh Gadis dan membawanya keluar rumah.

INSERT: Nirina menangis keras dan duduk di lantai keramik sambil memeluk kedua kaki. Bersamaan dengan itu, bayi di dalam kamar juga menangis tiada henti.

8.INT/EXT. PELATARAN GEDUNG - SEL TAHANAN PRAJURIT - DAY

ESTABLISH SHOT: KAWASAN ASRAMA BRIGIF LINUD 18

Gadis memarkir sepeda kayuh di depan gedung, ia mengambil kotak makan susun di keranjang sepeda lalu berjalan memasuki sel. Topinya dipegang berkali-kali menutupi rasa gugup. Petugas di sana melihat keberadaan Gadis tanpa tegur sapa. Di pikiran Gadis bukan malu, tapi lebih kepada, kenapa ayahnya di sini.

Langkah kakinya menyusuri tiap sel kecil yang didalamnya para prajurit TNI AD. Setiap Gadis melewati sel, mereka memasang ekspresi berbeda, ada yang kaget, ada yang sedih, ada yang melamun dan ada yang cuek. Terakhir, Gadis sampai di tempat paling ujung, lalu membalikkan badan dan bertemu tatap dengan Aat Prawijaya. Sinar mentari menjadi penghalang penglihatan antara anak dan ayah itu.

GADIS

(tersenyum sambil mengulurkan kotak makan pada ayahnya)

AAT PRAWIJAYA

(tersenyum dan merasa malu) Dari Ibu, Nak?

GADIS

Iya..(menunduk, tak mau melihat Aat)

AAT PRAWIJAYA

Sekolahmu gimana, Nak? Baik-baik saja?

GADIS

Hmm, iya, Yah.
(beat) Gadis pulang ya, Yah?

Aat Prawijaya membuka bekal makanan dan hendak memakannya.

AAT PRAWIJAYA

(mendongak dan merasa bersalah) Ya sudah nak, hati-hati ya.

Gadis mencium punggung tangan Aat Prawijaya dan mengangguk. Lantas ia berjalan keluar dari sel dan menuju sepeda kayuhnya. Gadis mendongak sambil melihat tulisan Gedung Sel Tahanan Prajurit.

GADIS (V.O)

Sejak kejadian itu, aku tidak pernah tau kesalahan apa yang membuat instansi harus membuatnya berada dalam tempat yang bukan kesehariannya. Jiwaku masih terlalu kecil untuk menerima apa yang terjadi, bahkan aku tak ingin mencari tau penyebab kesalahannya. Hingga hari ini aku masih bertanya-tanya dan enggan memperbaiki.

9.INT. RUMAH AAT PRAWIJAYA - KAMAR - RUANG TAMU - DINI HARI (04.00 WIB)

Di kamar, badan Gadis diguncang-guncang oleh Bi Sumi, pembantunya. Acapkali bi Sumi mengusap sisa air mata di pipi. Pandangan Gadis terbuka sempurna saat masih berada di kasur.

BI SUMI

Nduk, ayo bangun (khawatir)

Gadis masih mencerna kamarnya, lantas tangan kecilnya dipapah ke ruang tamu. Sebuah pemandangan yang membuat matanya ingin menangis. Nirina terlihat mengamuk, berteriak, menangis sambil membawa secarik kertas. Ibu Samadi dan Pak Samadi turut menenangkan. Dari ambang pintu, seorang komandan bernama Gunawan dan istrinya, Novi ikut menjelaskan apa yang terjadi.

GUNAWAN

Ibu Nirina, sudah saya cek di seantero kawasan asrama, keberadaan Pak Aat belum ditemukan. Sudah saya instruksikan ke seluruh aparat, tapi tidak ada yang melihat sosok beliau. (beat)
Jangka waktu Pak Aat di sel memang sudah selesai kemarin. Saya pikir beliau ada di rumah. (sejenak memejamkan mata lalu melihat Nirina)

Nirina pingsan di pelukan ibu Samadi, berbarengan dengan itu bayi di kamar menangis keras. Bi Sumi berlari ke kamar untuk meredakan tangisnya sedangkan mata Gadis mengarah pada secarik kertas yang terjatuh di lantai. Ia membacanya dalam hati.

Rumah dinas itu sekarang mencekam, tidak ada aktivitas lagi. Perlahan seluruh perabotan menghilang dan rumahnya menjadi kosong. Gadis, Nirina, dan Alma (adik Gadis) sudah pindah dari rumah itu menyisakan ruangan-ruangan kosong.

TIMELAPSE: Perubahan Sunrise.

GADIS (V.O)

Dari apa yang pernah aku alami, masih ada cerita yang kusembunyikan. Terkadang mengingatnya kembali membuat kepala sakit, namun jiwaku masih memaksa untuk mengeluarkan semua yang bergejolak di hati.

10.INT. PELATARAN RUMAH VITA ANGGRAENI - KAMAR - DAY

Sahat dan Mina menggedor-gedor pintu rumah seseorang yang dicurigai sebagai rusaknya rumah tangga Nirina dan Aat. Tampak seorang lelaki paruh baya membuka pintunya.

MINA

Saya mau cari Aat Prawijaya! (ekspresi kesal dan marah)

LELAKI PARUH BAYA

Oh, (pura-pura berpikir keras) Saya tidak tau. Mbak siapa nggih?

SAHAT

Saya adiknya Mbak Nirina. Saya mau cari Aat Prawijaya di rumah ini! (mendelik dan emosi)

LELAKI PARUH BAYA

Tidak ada! Tidak ada orang dengan nama itu! (memelotoi Sahat dan Mina)

SAHAT

Kakean cangkem!
(Kebanyakan bicara!)

Sahat menggeleng keras lalu mendobrak masuk ke rumah namun dihalang oleh lelaki paruh baya.

SAHAT (CONT'D)

MINA! MASUK MINA! (teriaknya keras)

Lelaki paruh baya itu ikut menghalangi keduanya masuk dibantu oleh beberapa orang dari dalam rumah.

SAHAT (CONT'D)

GOBLOK! AAT! METU O KON! AKU NGERTI KON NDEK NJERO!
(Goblok! Aat! Keluar kamu! Aku tau kamu di dalam!)

Suasana di depan rumah riuh dan saling dorong, Mina tidak berhasil masuk ke dalam namun terlempar ke teras dan jatuh terjerembab.

MINA

ASU!
(Anjing) (merintih kesakitan)

Sahat tetap mempertahankan dan melawan mereka yang bersikeras tidak membiarkan Sahat masuk.

CUT TO

Seorang pria berusia 35 tahun dan bertubuh tegak sedang menggendong bayi dan meredakan tangisnya akibat keriuhan di depan rumah.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar