Egg, Roll, Action!
7. Part 7

71. EXT. LAPANGAN SEKOLAH - DAY

Ega dan Para Penjual Jajanan lain celingukan. Tampak orang-orang saling bercengkrama. Mereka berpapasan dengan ORANG BERTOPENG. Dia menatap mereka bingung.

ORANG BERTOPENG
Ah, kalian siapa ya? Gua gak bisa nebak.

Udin tampak panik, Ega maju.

EGA
Oh kita murid pindahan, kayaknya kita gak pernah sekelas sama lu.

Ega langsung menarik yang lain menjauh.

EGA
Sebisa mungkin kita jangan terlibat ngobrol sama orang lain. Kita ke kantin sesuai rencana.

Mereka mengangguk, lalu berjalan menuju kantin sambil menghindari orang-orang.

72. EXT. KANTIN SEKOLAH - DAY

Mereka tiba di kantin. Para Penjual Jajanan terkejut melihat kantin sudah jadi bagus.

UDIN
Buset, jadi kayak mall gini!

Tampak Kantin ramai dikunjungi orang-orang.

EGA
Kita berpencar cari barang bukti permen yang bikin anak-anak keracunan. Itu permen narkoba. Mereka pasti ngedarin itu di acara kayak gini, demi duit.

Semua mengangguk dan langsung berpencar.

Para Penjual Jajanan menelusuri sudut kantin, hingga ke stand-stand, membuat Para Para Penjual Jajanan Elit memperhatikan mereka curiga.

Abang Shihlin memperhatikan Udin yang mencari sesuatu di standnya.

ABANG SHIHLIN
Ngapain, Bang?
UDIN
Nyari permen.

Abang Shihlin bingung, tapi kemudian tersadar sesuatu. Dia memicingkan matanya ke Udin.

ABANG SHIHLIN
Sebentar, kayaknya saya pernah liat Abang.

Udin panik.

UDIN
Ah nggak, perasaan lu doang kali.

Abang Shihlin mendekati Udin.

ABANG SHIHLIN
Ah, suaranya juga familiar!

Udin membuang muka, tapi Abang Shihlin memegang topengnya, dan menariknya hingga wajah Udin terlihat jelas. Udin panik, menutupi wajahnya. Abang Shihlin tersenyum sambil menunjuk Udin.

ABANG SHIHLIN
Ah! Lu yang jual Ayam-ayaman kan?!

Udin tersentak, dia menurunkan tangannya hingga wajah marahnya terlihat jelas.

UDIN
Ayam-ayaman?! Itu Ayam Beneran!!

Udin langsung menyerang Abang Shihlin. Terjadi perkelahian. Para Pembeli menyingkir. Para Penjual Jajanan dan Para Penjual Jajanan Elit melihat itu terkejut.

Abang Milkshake langsung berlari menolong Abang Shihlin, dia menghajar Udin.

Deni yang melihat itu sontak marah.

DENI
Woy! Temen gua tuh!

Deni menghajar Abang Milkshake.

Abang Game yang mau ikut bergabung, tapi dihadang oleh Ipul.

IPUL
Lu, lawannya gue!

Abang Game melotot, mengepalkan tangannya, dan langsung melayangkan pukulan ke Ipul, Ipul berhasil menghindar dan balas melayangkan pukulan.

Suasana makin kacau, para pembeli berlari pergi, ada yang diam menonton dan merekam kejadian tersebut.

Napi yang duduk di singgasananya akhirnya bangkit melihat kekacauan itu.

NAPI
Apa-apaan nih?!

Napi datang menghajar Udin, Ipul, dan Deni satu per satu.

NAPI
Berani-beraninya lu nyerang anak buah gua di acara gua!

Ega memanfaatkan keributan itu untuk memeriksa singgasana Napi, dia membuka laci meja dan menemukan permen-permen yang mencurigakan.

Ega tersenyum penuh kemenangan. Dia langsung mengeluarkan Handy Talkie Pinknya.

EGA
Halo, Abah. Ganti.
ABAH MO (V.O.)
Halo... Ega? Ganti.
EGA
Halo, Abah. Kita di sini sudah berhasil dapat barang bukti. Abah tolong cepat panggilkan bantuan ya! Ganti.
ABAH MO (V.O.)
Oh iya, iya, Abah akan panggilkan bantuan, tunggu ya.

Ega menyimpan kembali Handy Talkie Pink-nya, lalau menengok ke Napi yang hendak melayangkan pukulannya ke Deni yang terbaring di tanah. Ega panik.

EGA
Stop!

Napi menghentikan pukulannya dan menengok ke belakang, tampak Ega memegang bungkusan permen.

EGA
Napi, kamu ditahan karena telah mengedarkan narkoba di lingkungan sekolah!

Napi menyeringai.

NAPI
Suara itu... Ega Pertama Putra... Emang lu siapa? Mau nangkap gua?

Ega mengeluarkan identitasnya.

EGA
Gua Agen Intelijen yang bertugas menyelidiki kasus ini.

Semua terkejut. Ipul dan Udin saling pandang.

UDIN
Si Ega intel?
IPUL
(tersenyum)
Udah gua duga!

Napi berhenti tersenyum. Dia menatap tajam.

NAPI
Lu pikir lu lebih hebat dari gua? Lu pikir lu bisa selamet dari gua? Lu salah milih musuh, lu gak tau siapa gua!

Ega menatap tajam ke Napi.

EGA
Gua tahu lu siapa, lu anak bandel yang suka menindas, lu orang yang tega nyakitin anak-anak buat keuntungan lu, lu... anaknya... Tasno.

Napi menggeram marah.

NAPI
Ega....!!

Napi maju menyergap Ega. Mereka berkelahi. Ega melawan dengan bela diri, tetapi Napi menyerang dengan gerakan yang tidak bisa diprediksi.

NAPI
Mungkin lu latihan beladiri di akademi, tapi gua langsung ditempa di penjara!

Napi menghajar Ega. Dia tampak lebih unggul.

IPUL
Ega, kita harus kabur keluar!

Ega mengangguk lalu berlari menuju lapangan sekolah. Para Penjual Jajanan berlari menyusulnya.

Napi melihat itu geram. Para Penjual Jajanan Elit datang mendekat, berbaris di belakangnya.

NAPI
Kita gak bisa biarin mereka lolos dari sini. Kalian panggil temen kita yang lain. Semua berkumpul di lapangan!

Napi melihat ke arah lari Ega, lalu melihat ke lorong sekolah di arah lain, dia segera berlari ke arah tersebut.

73. EXT. LAPANGAN SEKOLAH - DAY

Ega dan para penjual jajanan yang terluka berlari melewati kerumunan orang-orang.

UDIN
Minggir! Minggir!

Di belakang mereka tampak Anak Buah Napi mengejar. Mencoba meraih mereka yang menyalip di tengah kerumunan.

DENI
Minggir! Minggir!

Deni menarik orang di depannya dan mendorongnya ke belakang, agar menghalangi Anak Buah Napi yang mengejarnya.

Akhirnya Ega dan Para Penjual Jajanan berhasil melewati kerumunan dan bisa melihat ke gerbang sekolah.

EGA
Ayo, jalan keluar udah di depan mata.

Mereka hendak berjalan ke gerbang. Namun, Napi muncul dari arah lain. Dia memotong jalan. Dia berdiri menghadang di depan gerbang.

Lalu beberapa anak buahnya muncul dan segera berbaris di belakangnya.

Ega dan Para Penjual Jajanan mundur ketakutan, saat mereka berbalik, tampak Anak Buah Napi sudah berbaris menghadang.

IPUL
Waduh, kita terkepung.

Ega menatap geram ke Napi. Napi menyeringai. Dia maju selangkah, menjulurkan tangannya.

NAPI
Gua cuma butuh yang di tangan lu itu. Abis itu lu sama temen-temen lu, boleh lewat.

Ega melihat ke bungkus permen yang ada dia genggam.

EGA
Kalau mau, maju sini, ambil sendiri.

Ega mengantongi bungkusan permen itu.

Napi menggeram kesal.

NAPI
Serang!

Anak Buah Napi maju menyerang Ega dan Para Penjual Jajanan. Para Penjual Jajanan mencoba melawan, tapi mereka kalah jumlah. Mereka tersungkur ke tanah, tinggal Ega yang masih berdiri, tubuhnya babak belur.

Napi tertawa menatap Ega yang babak belur.

NAPI
Dari dulu, lu gak bisa ngalahin gua. Lu mungkin juara kelas, tapi gua penguasa kelas. Gua lebih kuat dari lu. Gua lebih keren dari lu!
(merentangkan tangannya)
Lihat berapa banyak anak buah gua. Dan lihat temen-temen sampah lu itu, semua udah K.O. Lu sendirian!

Ega mengepalkan tangannya. Mengatikan kancing di ujung lengannya. Tiba-tiba Suara berisik terdengar. Ternyata itu suara dari kantong Ega. Suara dari Handy Talkie Pink.

ABAH MO (V.O.)
Halo? Halo? Ega? Kamu dengar?

Semua mendengarnya.

ABAH MO (V.O.)
Coba tengok ke kiri.

Ega menengok ke kiri. Tampak gerbang dibuka oleh Satpam.

Dari kejauhan Abah Mo muncul, berjalan dengan gagah.

Napi dan anak buahnya ikut melihat itu dan tertawa.

NAPI
Itu bantuan lu? Kakek-kakek?

Anak Buah Napi ikut tertawa.

Tampak dari belakang Abah Mo, muncul sebaris Abang Penjual Jajanan SD.

Napi berhenti tertawa dan mulai melihat serius.

Muncul lagi berapa baris Abang Penjual Jajanan SD dengan mendorong dan memikul gerobaknya.

Ega tercengang.

Ipul yang terbaring di tanah, tersenyum lebar melihat itu.

Udin dan Deni tertawa melihat itu.

Anak Buah Napi berhenti tertawa dan mulai berbaris berkumpul di belakang Napi.

Tampak puluhan jajanan SD datang.

Mereka berbaris bersama Ega. Ipul, Udin, dan Deni bangkit ikut berbaris. Mereka tersenyum menatap Abah Mo.

EGA
(ke Abah Mo)
Bah, maksud saya panggil bantuan itu telpon polisi, bukan panggil temen-temen gini.

Abah Mo kaget.

ABAH MO
Oh gitu? Salah dong, Abah?
UDIN
Nggak, Bah, Gak apa-apa, kita lebih butuh ini.
IPUL
(ke Abah Mo)
Bah, ini semua temen Abah?
ABAH MO
Oh, gak semua. Mau Abah panggilin lagi?

Ega tersenyum.

EGA
Makasih, Bah, tapi segini udah cukup.

Ega menatap tajam ke Napi.

EGA
(teriak)
Jajanan!

Semua Penjual Jajanan mengeluarkan alat masak mereka sebagai senjata, seperti capitan, sodet, saringan, dan sebagainya. Mereka memasang kuda-kuda siap bertempur.

EGA
(teriak)
Bersatu!

Semua Penjual Jajanan teriak bersorak.

Napi menunjuk ke depan, memberikan komando kepada anak buahnya untuk menyerang. Anak Buahnya berlari maju sambil berteriak.

Ega dan para penjual jajanan maju sambil berteriak.

Kedua kubu bertemu dan terjadi saling hantam. Suasana ricuh, kacau, dan konyol. Kita bisa melihat orang ditampar menggunakan saringan, orang dipukul menggunakan teflon, dan alat-alat yang biasa ada di gerobak lainnya.

74. EXT. LAPANGAN SEKOLAH. SISI UDIN - DAY

Udin melawan Abang Shihlin.

ABANG SHIHLIN
Minggir lu tukang ayam-ayaman!
UDIN
Gua bakal bikin lu ngerasain Udin Fried Chicken. UFC!!

Udin melompat sambil mengangkat sikutnya dan menghantamkan sikutnya ke Abang Shihlin.

75. EXT. LAPANGAN SEKOLAH. SISI IPUL - DAY

Ipul berhadapan dengan Abang Game, saling melayangkan pukulan.

Abang Game mengeluarkan Joycon Nintendo Switch, dia genggam seperti knuckle.

ABANG GAME
Maju lu sini! Biar ngerasain pukulan mainan mewah!

Ipul mengeluarkan mainan setruman yang dia buat sendiri. Lalu menghantamkannya ke perut Abang Game. Abang Game kesetrum dan tumbang.

IPUL
Rasain tuh mainan karya anak bangsa!

76. EXT. LAPANGAN SEKOLAH. SISI DENI - DAY

Deni melawan Abang Milkshake.

Tangan mereka bertemu, saling mendorong seperti sumo.

ABANG MILKSHAKE
Sekarang kita buktiin siapa yang lebih kuat!

Deni tampak kalah, tapi kemudian dia berteriak dan berhasil mendorong balik Abang Milkshake. Abang Milkshake mulai panik. Deni terus mendorong Abang Milkshake hingga menghantam tiang bendera. Abang Milkshake jatuh lemas.

DENI
Eh biasa ngocok pake blender mau adu kuat lawan gua yang ngocok manual. Latihan dulu lu sana!

Abah Mo melawan Abang Dalgona. Abang Dalgona menertawakan Abah Mo.

ABANG DALGONA
Bah, pergi sana! Kalau gak mau tulangnya saya presto.

Abah Mo tersenyum.

ABAH MO
Kamu kalau takut lawan kakek-kakek kayak saya, bilang aja.

Abang Dalgona menggeram marah, dia melayangkan pukulannya. Namun, Abah Mo menghindar dengan anggun, dan membalikkan serangan Abang Dalgona menggunakan gerakan Tai Chi.

Abang Dalgona kaget. Dia menyerang lagi. Abah Mo kembali membalikkan serangannya dengan mudah.

Tampak gerakan tangan Abah Mo seperti gerakan membentuk gulali.

Abah Mo memelintir tangan Abang Dalgona, hingga membuatnya jatuh ke tanah.

ABANG DALGONA
(menangis kesakitan)
Ampun, Bah, Ampun, Bah...

Abah Mo tersenyum.

77. EXT. LAPANGAN SEKOLAH. SISI EGA - DAY

Ega melawan Napi.

Mereka bertarung satu lawan satu.

NAPI
Sekarang lu gak akan biarin lu lari lagi! Gua akan habisin lu di sini!

Napi dengan menggunakan gaya bertarung jalanannya, Ega berusaha sebisa mungkin untuk menepisnya. Pertarungan tampak imbang. Sampai akhirnya Ega berhasil menendang Napi hingga jatuh.

Napi langsung bangkit sambil menggeram marah.

NAPI
Ini saatnya gua serius.

Napi mengepalkan tangannya yang dipenuhi cincin batu akik. Dia menghajar Ega menggunakan cincin batu akik itu. Ega kesakitan. Dia terpojok.

Ega memegangi tangan Napi, dan berusaha menarik cincinnya. Napi menendangnya. Ega terpental. Ega terbaring kesakitan di tanah.

Napi tertawa jahat.

NAPI
Dari seangkatan kita, cuma nama Bapak lu yang gua gak tahu. Sekarang cepet lu kasih tahu, biar gua bisa nulis namanya di batu nisan!

Ega bangkit terduduk.

NAPI
Di akhirat nanti, lu bisa bilang gua yang ngirim lu ke sana. Di penjara mereka panggil gua...
(menyeringai)
Napi si Bandel!

Napi mengangkat tangannya dan baru sadar kalau cincin batu akiknya tidak ada satu.

Tampak mengangkat tangannya memegang cincin batu akik Napi yang hilang, dia menaruhnya di antara ibu jari dan jari tengah.

EGA
Lu yang bakalan gua kirim ke penjara, dan kalau ditanya, lu bisa bilang yang ngirim lu ke sana... Ega Putra Pertama...
(teriak bangga)
Bin Rohman!

Ega menyentil cincin, cincin melesat mengenai tepat di antara kedua mata Napi. Napi terpental dan jatuh pingsan.

Ega terduduk lemas. Dia menghela napas lega. Terdengar suara sirine mobil polisi.

78. EXT. LAPANGAN SEKOLAH - MOMENTS LATER

Tampak mobil polisi terparkir dan beberapa POLISI mengamankan Napi dan Anak Buahnya. Para Penjual Jajanan dimintai keterangan.

Ada Budiman datang mendekati Ega.

BUDIMAN
Kamu gak apa-apa, Ga?
EGA
Gak apa-apa, Pak.

Budiman menyalami Ega.

BUDIMAN
Selamat, kamu berhasil menyelesaikan kasus ini. Kamu gak berubah, masih jadi murid saya yang paling keren.
EGA
Makasih, Pak. Ini berkat bantuan, Bapak. Oh iya saya masih butuh data yang saya minta Pak. Siapa yang bertanggungjawab atas pengadaan kantin ini.
BUDIMAN
Oh itu di ruang Kepala Sekolah. Ayo kita ambil.

Budiman membopong Ega menuju ruang Kepala Sekolah.

Satpam melihat itu, dia memicingkan matanya curiga.

79. INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - DAY

Pintu didobrak. Budiman dan Ega masuk ke ruangan Kepala Sekolah.

BUDIMAN
Harusnya berkasnya ada di sekitar sini. Saya yakin pasti Kepala Sekolah yang berada di belakang ini semua.

Budiman mencari-cari berkas, sementara Ega melihat-lihat sekitar.

EGA
Awalnya saya juga mikir gitu, tapi saat saya kemarin mencari berkas anak-anak yang jadi korban, saya menemukan berkas tentang pengadaan Kantin ini. Di situ tertulis ini adalah ide dari seorang guru honorer.

Budiman tersentak.

Ega melihat papan daftar pegawai di dinding. Dia melihat ke bawah ke daftar Guru Honorer, ternyata ada nama "Budiman".

Ega tercengang.

EGA
Dan di berkas para korban itu juga mengatakan kalau mereka semua hari itu, sempat di ajar oleh Bapak.

Ega berbalik menatap tajam ke Budiman.

BUDIMAN
Maksud kamu? Saya pelakunya? Saya yang ngasih permen ke anak-anak itu?

Ega tersentak.

EGA
Saya gak bilang anak-anak itu keracunan karena permen.

Budiman tersentak.

EGA
Jadi bener Bapak pelakunya? Pak Budiman yang saya kenal sebagai guru paling baik di sekolah ini, tega menyakiti anak-anak demi keuntungan pribadi?
(marah, kecewa)
Kenapa, Pak?

Budiman mengernyitkan alis.

BUDIMAN
Kenapa?
(marah)
Kamu tanya kenapa?
BUDIMAN
Tiga puluh tahun saya jadi guru, masih juga honorer. Dua puluh tahun saya kerja keras. Dua puluh tahun saya jadi orang baik...
(teriak marah)
Tapi apa hasilnya?!

Budiman menggeram, matanya melotot marah. Ega tersentak, ritme napasnya jadi cepat.

BUDIMAN
Saya cuma dibilang orang baik. Gak ada yang bisa dipamerin! Saya mau punya baju yang bagus! Rumah yang besar! Motor yang keren! Saya juga mau jadi keren!

Ega tersentak.

EGA
Keren itu bukan soal luarnya, tapi soal dalamnya. Hati. Apa yang Bapak lakuin ini... itu gak keren!

Budiman maju memukul Ega,tapi Ega berhasil mengelak, tapi Budiman langsung menghajarnya denga sikutnya. Ega mundur kesakitan.

Budiman melayangkan beberapa pukulan, Ega mencoba menangkis, tapi kemudian Budiman menendang sekuat tenaga tepat mengenai dada Ega hingga membuatnya terpental ke rak piala.

Ega jatuh duduk berdender di lemari rak, tampak dia melihat di dalam rak ada piala juara pencak silat.

BUDIMAN
Kamu pikir karena saya sudah tua kamu bisa melawan saya. Kamu lupa saya juga mengajar pencak silat di sekolah ini.

Budiman memasang kuda-kuda pencak silat.

EGA
Saya inget kok, kan saya juga ikut ekskulnya.

Ega bangkit berdiri dan juga memasang kuda-kuda pencak silat. Mereka melebarkan kaki ke depan sambil tangan mereka maju ke depan, saling bersinggungan. Mata mereka saling menatap tajam.

Budiman dan Ega serentak menyerang, saling melayangkan pukulan dan mencoba menepis serangan lawan.

Ega berhasil melempar Budiman ke meja Kepala Sekolah, hingga alat-alat tulis jatuh.

EGA
Udah cukup, Pak.

Budiman melihat ada jangka di hadapannya, dia mengambilnya, dan mencoba menusuk perut Ega, Ega menendangnya. Budiman terpental dan tersungkur jatuh.

Satpam datang dan terkejut melihat Budiman terbaring di lantai.

EGA
Dia penjahat, Bang.
SATPAM
Gua bener-bener gak nyangka. Kalau tau lu intel, gua gak akan ngelarang lu masuk. Sorry ya. Lu gakpapa?

Ega menggeleng, tapi tampak darah merembes ke pakaiannya. Satpam kaget dan menunjuk perut Ega.

SATPAM
Darah!
EGA
Ah... cuma ketusuk dikit, gapapa.

Ega melangkah satu langkah, dia jatuh pingsan.

80. EXT. RUMAH SAKIT. NIGHT

Halaman depan rumah sakit di mana ada papan nama rumah sakit, lalu muncul sebuah mobil ambulance masuk ke dalam.

81. INT. RUMAH SAKIT. KAMAR RAWAT - NIGHT

Ega terbangun melihat sekitarnya, dia berada di rumah sakit. Dia hendak bangun, tapi langsung merasakan sakit di perutnya. Dia memegangi perutnya yang diperban dan menatapnya. Dia ingat, lalu kembali membaringkan tubuhnya.

BAPAK (O.S.)
Kamu gapapa?

Ega menengok ke kasur sebelah yang tertutup tirai. Di kasur sebelah ternyata ada Bapak.

EGA
Bapak? Bapak udah sembuh?

Tampak di kasurnya, Bapak memandang langit-langit.

BAPAK
Kamu gak usah khawatirin Bapak, Kamu juga kan terluka.
(sesak)
Bapak takut kamu pergi ngeduluin Bapak.

Ega menatap langit-langit, termenung.

EGA
Maaf ya, Pak. Ega banyak salah. Ega udah nyusahin Bapak.

Bapak tersenyum.

BAPAK
Kamu gak pernah nyusahin Bapak. Dari kamu lahir kamu udah bikin Bapak bangga. Tapi maaf ya, Bapak gak bisa kamu banggain.

Bapak menangis. Ega menangis.

BAPAK
Bapak gak bisa beliin kamu mainan, gak bisa ajak jalan-jalan kamu. Bapak sedih kamu ngejauhin Bapak. Kita udah gak pernah jalan bareng lagi.

Ega menangis.

EGA
Kalo sekarang, Bapak masih mau temenin aku jalan-jalan?

Bapak tersenyum.

BAPAK
Ke mana aja kamu ajak, Bapak mau.

Ega tersenyum.

EGA
Kalo gitu, Aku pengen Bapak ikut aku ke satu tempat.

82. EXT. RUMAH NATHYA - DAY

Komplek Perumahan menengah.

Ega mengenakan kemeja rapi, ditemani Bapak dan Ibu yang membawa bingkisan. Ega menekan bel. Tak lama pintu gerbang dibuka. Tampak Nathya mengenakan pakaian rapi, menyambut mereka dengan senyum. Nathya mencium tangan Bapak dan Ibu.

NATHYA
Om, Tante, ayo masuk. Papa sama Mama udah nunggu di dalam.

Mereka semua masuk ke dalam gerbang.

83. INT. RUMAH NATHYA. RUANG TAMU - CONTINUOUS

Pintu dibuka dari luar oleh Nathya. Ega, Bapak, dan Ibu masuk ke dalam.

PAPA dan MAMA keluar dari ruang tengah dan langsung menyambut mereka dengan senyum dan salam hangat.

MAMA
Ah udah sampe, ayo silakan duduk.

Bapak, Ibu, dan Ega duduk di baris sofa yang sama. Sementara Papa, Mama, dan Nathya duduk di baris sofa di hadapannya.

EGA
Om, Tante, saya Ega.

Mama tampak tersenyum bahagia melihat Ega, sementara Papa memasang wajah garang.

PAPA
Oh jadi ini orangnya. Saya kira kamu cuma mitos. Disuruh main ke rumah kok takut banget. Ini sampai dianterin orang tuanya gini.

Ega, Bapak, dan Ibu tertawa.

MAMA
Ih si Papa, bercanda mulu. Maaf ya, dia kalau di kerjaan serius banget, jadi kalo di rumah bercanda mulu. Oh kalau Bapak kerjanya apa?

Bapak mengelus-elus tangannya, grogi.

EGA
(tersenyum bangga)
Bapak saya jualan telor gulung, Om.

Bapak tersentak dan melirik ke Ega.

MAMA
Telur gulung yang biasa di depan SD?
EGA
(tersenyum bangga)
Iya, Tante.

Papa menatap tajam ke Ega. Lalu dia tersenyum.

PAPA
Hebat ya Bapak kamu. Dari jualan telor gulung bisa besarin anak sampai sarjana.
EGA
Iya, Om. Bapak saya memang Bapak paling keren seluruh dunia.

Bapak terharu, matanya berkaca-kaca. Ibu tersenyum sambil menggenggam tangan Bapak. Bapak menyeka air matanya, lalu tersenyum.

Nathya terharu melihat itu, air mata bahagianya mengalir.

84. INT. KANTOR BIN - DAY

Komandan menjabat tangan Ega, tersenyum bangga.

KOMANDAN
Saya tahu kamu bisa.

Ega tersenyum.

EGA
Terima Kasih, Pak.

Tampak Para Agen bertepuk tangan, salah satunya Joni yang bertepuk tangan paling meriah.

JONI
Keren lu, Bro!

Ega tertawa.

85. EXT. DEPAN SD - DAY

Satpam membuka gerbang sekolah. Murid-murid keluar jajan di depan. Tampak para Penjual Jajanan kembali berjualan. Ega melangkah datang.

Para Penjual Jajanan tersenyum senang menyambut Ega.

DENI
Wih, udah sembuh, Bang?
EGA
Lumayan. Kalian gak jualan di kantin?

Para Penjual Jajanan saling pandang, tersenyum.

UDIN
Dipikir-pikir enakan di sini, yang beli gak cuma anak sekolah, orang lewat juga bisa beli.

Ega mengangguk senang.

IPUL
Ega, lu sendiri ngapain ke sini? Misi lu udah selesai kan? Apa jangan-janagan ada misi baru lagi?

Semua tampak tegang dan menatap Ega.

Ega tertawa.

EGA
Nggak, cuma pengen main aja. Gak boleh.
ABAH MO
Ya boleh dong, kamu kan udah jadi bagian dari kita.

Semua tersenyum.

EGA
Oh iya, tapi kalian udah gak curang lagi kan?
DENI
Tenang, kita udah kapok lah bohongin anak-anak. Apalagi abis kejadian kemarin. Kita ogah jadi kayak mereka.
EGA
Bagus, bagus, tapi kalian gak jadi rugi kan?

Udin dan Ipul tersenyum.

UDIN
Tenang, Ga, kita punya trik lain. Kita satukan kekuatan kita.

Udin menunjuk ke gerobaknya tampak tulisan, Beli Paket Bahagia. Gratis Mainan.

Ega tertawa bahagia melihat itu.

86. EXT. HALAMAN RUMAH - DAY

Ega hendak memikul gerobaknya. Bapak muncul dari dalam rumah.

BAPAK
Mau dibalikin?
EGA
Iya, Pak.

Bapak mengangguk. Ega mau mengangkat gerobaknya, tapi kemudian menaruhnya kembali.

EGA
Eh, Pak... Ega boleh nanya gak?
BAPAK
Nanya apa?
EGA
Cara bikin telur gulung yang bener gimana sih?

Bapak tersenyum senang.

BAPAK
Nyalain kompornya, Bapak ajarin.

Ega menyalakan kompor.

Bapak mengambil telur, memecahkannya, memberikan garam, mengaduknya. Tangan Bapak taruh di atas penggorengan untuk mengecek panas. Dia lalu menuang lelur dengan sendok.

Tampak adonan telur di atas minyak, sebuah lidi muncul, dan menggulungnya.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar