DEADLINE
1. Scene #1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. PESTA PERNIKAHAN TAMAN — SIANG

Suasana hening. Semua mata tertuju ke satu orang perempuan berpakaian kebaya cantik di atas panggung. Dia terisak, lantas menarik napas panjang, menghapus air matanya dan mencoba tersenyum menatap ke semua orang.

ALYA

Apa masih ada yang ingin bertanya hal yang sama? Apa masih ada?

(tertawa kecil)

Tenang saja, aku sudah terbiasa menerima pertanyaan tentang itu. Silakan. Bukankah itu lelucon untuk kalian semua? Bukankah itu hiburan untuk kalian semua. Silakan, aku masih memberikan kesempatan.

Semua orang tetap hening. Beberapa menunduk dengan ekspresi menyesal. Beberapa lainnya menatapnya tak tega. Termasuk kedua mempelai yang terlihat sedih di atas pelaminan yang berada di hadapan panggung tempat penyanyi menghibur semua orang. 

ALYA

Mungkin pernikahan ini kebahagiaan buat kalian semua. Sekaligus kesempatan untuk menertawakanku, menjadikanku bahan cerita hangat kalian atau malah berpura-pura baik padaku dengan cara menguatkanku. Tapi apa kalian tau, aku gak butuh ucapan palsu kalian itu. Apa kalian berpikir, aku tidak ingin seperti mereka? Berdiri di atas pelaminan menatap semua tamu undangan yang datang penuh kegembiraan? Apa kalian berpikir, aku tidak menginginkannya?

Alya kembali meneteskan air mata. Sesaat dia memundurkan tubuhnya dari microfon, terisak sembari menutupu mulutnya dengan punggung tangan kanannya, yang membuat semua orang ikut menangis karenanya. 

ALYA

(mendekat kembali)

Aku ingin. Sungguh aku ingin. Tapi aku harus apa, kalau Tuhan sendiri belum mengizinkanku berada di sana bersama lelaki yang dia pilihkan nanti untukku. Kalian semua berkata, aku tidak mencari, aku tidak berusaha, aku tidak ingin menikah. Tapi apa kalian tau, sebesar apa usahaku? Apa kalian tau, bahwa setiap malam aku menangis memintanya pada Tuhan. Tidak, kalian tidak tau apa-apa. Karea yang kalian tau hanyalah, hasil, bukan proses. 

Alya berbalik, menangis kembali yang membuat seorang wanita setengah baya berniat naik ke atas. Namun seseorang datang menahannya. Lelaki itu tersenyum, naik ke atas panggung dan berdiri di belakang Alya yang masih terisak menangis.

FAHRI

Kamu tidak sendirian, jangan menangis. 

Alya menghentikan tangisannya, berbalik dan mendapati senyuman menawan dari orang yang sama sekali tidak dia kenal. Lelaki itu mengulurkan tangannya, terus tersenyum yang berhasil membuat kekacauan di hati Alya, mereda seketika entah dengan karena apa. Alya hanya bisa menatapnya tanpa bisa kembali berkata-kata.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar