Club Deal
1. CADANGAN KERUGIAN PUTUS NYAMBUNG (CKPN)

INT. BANDARA SOEKARNO HATTA COUNTER CHECK IN TERMINAL 3 — DAY

Langga (29 tahun) dengan senyum sumringah berdiri di depan counter check-in. Seorang petugas bandara mengembalikan tiket pesawat Langga sambil tersenyum getir.

Petugas Counter Check In

Maaf Mas ... kayaknya Mas salah bandara deh, flight ini berangkat dari Halim...

Suara pengumuman terdengar dari pengeras suara, menyebutkan nomor penerbangan yang sudah hampir boarding. Langga menatap tiketnya yang dikembalikan oleh petugas check-in di depannya.

Petugas Counter Check In

Mas, jangan bengong. Antreannya mengular lho ...

Langga menatap tiketnya lagi dan matanya mulai berkaca-kaca menatap petugas tiket.

Langga

Mbak, eh sebentar deh Mbak... Ini saya nggak bisa naik dari sini aja? Halim ... jauh lho Mbak, dari sini ....

Petugas Counter Check In

Maaf, Mas. Antreannya udah panjang. Mas bisa ke customer service atau ke loket tiket lagi aja buat pesen tiket baru.

Langga

Mbak, eh! Mbak! Aduh!

Langga menyingkir dari counter check-in karena penumpang di belakangnya sudah mendesak ke depan dengan tidak sabaran.

Dengan mata masih berkaca-kaca, Langga berjalan cepat ke arah loket tiket. Tangannya meraih ponsel di saku jaket bisbolnya.


INTERCUT TO:

INT. APARTEMEN TIFFANY — DAY

Tiffany (29 tahun) terbangun kaget karena ponselnya berbunyi.

Tiffany

Lo napa telepon gue pagi buta, Nyet!

Tiffany menjauhkan ponsel dari telinga dan sejenak berpikir

Tiffany
Lo bukannya ada flight ke Aceh jam 5 pagi? Jangan bilang ...
Langga
Mampus gue! Gue salah bandara! Harusnya Halim, gue malah ke Soetta!

Tiffany

Ya terus? Kok lo malah telepon gue! Lo makan apa sih semalem! Giliran nggak telat, malah salah bandara!
Langga
Kenapa malah marahin gue sih, Fan! Gue harus gimana nih!
Tiffany
Dih! Mikir lah! Masa nyari sarapan!
Langga
Fan, sumpah gue lagi serius!
Tiffany
Gue juga serius! Udah sekarang cari konter tiket dan beli tiket tercepat! Lo mau disate sama Mas Bram?
Langga
(Berdecak) Gue udah jelas bakal disate! Udah ah lo nggak bantu apa-apa! (menutup telepon)
Tiffany
Anj--


CUT TO:

INT. LOKET PEMBELIAN TIKET TERMINAL 3 BANDARA SOETTA — DAY

Langga memesan tiket baru ke Aceh di loket.

Petugas Loket Tiket

Maaf Mas, penerbangan direct tercepat masih lima jam lagi. Kalau mau, penerbangan transit ke Medan dulu.
Langga (V.O.)
Hai, nama gue Langga. Seperti kata Tiffany, gue ini ceroboh banget. Padahal tampang gue udah sebelas dua belas sama Ryan Reynolds. Mungkin gara-gara itu hidup gue jadi seperti puncak komedi.

CUT TO:

OUT. PARKIR MOBIL BANDAR UDARA CUT NYAK DHIEN — DAY

Langga celingak-celinguk mencari orang yang menjemputnya.

Pak Galang
Pak Langga ya? (menepuk pundak Langga)
Langga
Iya saya! Dengan Bapak ...
Pak Galang
Galang, Pak. Untung Bapak sampai dengan selamat tanpa kurang suatu apa pun.
Langga
Eh? Memangnya kenapa Pak?
Pak Galang
Oh enggak! (tertawa) Biasanya turbulensinya lumayan Pak kalau agak siangan sampai Meulaboh. Mari Pak, saya antar.
Langga
(menelan ludah) Ini kita langsung ke kebun, Pak?

Wajah Langga memucat melihat mobil yang dibawa Galang ternyata Avanza, bukan mobil besar khusus untuk kebun.

Langga
Ganti mobil dulu nggak, Pak?
Pak Galang
Langsung aja lah ya, Pak. Pak Bram udah dari tadi nunggu Pak Langga, mungkin sudah habis satu putaran keliling kebun Krueng Luas. Kita ke Ujong Lamie saja ya Pak.

Langga mengikuti Galang memasukkan barangnya ke bagasi mobil dan mobil mereka meninggalkan bandar udara.

OUT. DI DALAM MOBIL MEMASUKI KEBUN SAWIT — DAY

Sekeliling Langga mulai dipenuhi tanaman kelapa sawit. Jalan bergelombang sampai membuat Langga berguncang-guncang di dalam mobil dan berpegangan pada sisi pintu mobil.

Ponsel Langga berbunyi. Tanpa melihat siapa yang menelepon, Langga mengangkat teleponnya.

Langga
Maaf, gue baru nyampe nih! Ini udah mau sampe ke keb--

INTERCUT TO:

INT. RUMAH ELAINE (PACAR LANGGA) — DAY

Elaine memelotot dan meletakkan cangkir tehnya dengan keras.

Elaine
Sampe ke mana! Kamu di mana ini!
Langga
Hah? Kok suaranya beda?
Elaine
Suara siapa yang beda!

Langga melihat layar ponselnya dan menepuk jidat.

Langga
Ya ampun, Sayang! Aku kira siapa! Pantes kok suaranya aja cakep banget.

Galang menoleh dengan wajah jijik melihat Langga. Langga memelotot membalasnya.

Elaine
Emang kamu kira siapa! Kamu di mana ini! Kamu nggak lupa kan buat hari ini?
Langga
(menelan ludah) Ha-hari ini?
Elaine
Sayaaaaannngggg! Kamu lupa yaaaaaa?
Langga
Hari ini kita ... kitaaaa ... kita ...
Elaine
(berdecak) Hari ini kita dinner sama Mama! Aduh Langga, kamu lupa lagi?

Langga menepuk jidatnya lebih keras, sampai Galang kaget dan menginjak pedal gas lebih dalam. Mobil terpacu ke depan dan kepala Langga membentur sandaran jok dengan keras.

Langga
Pak! Hati-hati dong! (mulut manyun)
Elaine
Siapa itu? Kamu lagi sama siapa? Kamu di mana sih, Sayang!
Langga
Emmm anu, itu, anu... itu lho ...
Elaine
Anu-anu, anu siapa? Anu dimana?
Langga
Emmm Sayang, dinner-nya bisa direskedul nggak ya?
Elaine
APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!

Suara Elaine terdengar oleh Galang yang kaget dan menginjak rem mendadak. Kepala Langga terbentur dasbor dan dia memelotot pada Galang lagi.

Langga
Bapak mau saya mati cepet ya!
Pak Galang
Maaf Pak, kaget tadi saya (menggaruk kepala belakangnya)
Langga
(mengembuskan napas keras) Sayang, aku lupa beneran. Maaf ya ... aku sekarang ... lagi ... (beat) ... di Aceh ...
Elaine
APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!?!?!?!

Galang kembali kaget dan dia menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Mobil melompat ke depan dan kali ini kepala Langga terbentu kaca mobil sebelah kiri.

Langga
Astagfirullah Bapak! (menjerit dengan suara kecepit)
Elaine
Pokoknya aku nggak mau tahu ya! Kamu--
Langga
Halo? Sayang? Halo? Halo?

Langga syok ketika melihat layar ponsel. Ponselnya kehilangan sinyal. Langga memukul-mukulkan ponsel ke pahanya.

Langga
Ah sialan! Kenapa di saat genting dan penting malah nggak ada sinyal!
Pak Galang
Pak, Pak, aduh! Jangan dibanting-banting hapenya! Yuk balik aja apa, Pak? Cari sinyal?
Langga
(MENGGERAM) Kalau balik kejauhan, saya nggak cuma disate sama Mas Bram, tapi juga dikasih makan ke macan habis ini.

Langga melongok ke sekitar.

Langga
Pak, deket sini ada tempat yang bagus sinyal nggak?
Pak Galang
Wah, Bapak kayak nanya ramalan jodoh Bapak ke saya kalau gitu
Langga
Eh berhenti! Ada sinyal, Pak!

Galang yang kaget, langsung menginjak rem. Sekali lagi kepala Langga hampir membentur dasbor, tapi berhasil dia tangkis.

Langga
Sayang! Halo? Sayang! Tadi kamu mau bilang apa? Bisa jadinya dires--
Elaine
Kamu nggak usah sok ilang sinyal! Bohong ya kamu ada di Aceh! Kamu lagi sama siapa itu yang kamu ajak ngobrol dari tadi! Cewek kan!
Langga
Astagfirullah, enggak Sayang ... Itu nasabahku, namanya Pak Galang. Ini kalau mau bukti. Pak Galang ... ini (menyerahkan ponselnya)
Pak Galang
Ha-halo Mbak? Pak Galangnya saya pinjam dulu ya, Mbak?

Langga menepuk jidat dan mengambil ponselnya lagi.

Langga
Jadi gitu, Sayang. Aku nggak bohong, kok. Maaf ya, aku lupa beneran.
Elaine
Ini bukan yang pertama kali, ya! Kamu bohong terus sama aku, Langga! Aku nggak bisa diginiin! Aku ini cewek! Nggak bisa kamu giniin!!!
Langga
Sa-sayang, tenang dulu, please--
Elaine
Udah, aku nggak mau kamu bohongin terus! Kita putus!

Telepon terputus. Langga ternganga dan membeku dengan tangan masih memegang ponsel di telinga. Galang menepuk pundak Langga pelan dengan penuh keprihatinan.

Pak Galang
Pak, yang sabar ya, Pak.

Perlahan kepala Langga menoleh dan matanya berkaca-kaca.

Langga
Pak Galang, di kebun ini ada tempat yang cocok buat teriak nggak? Anterin saya ke sana dong, saya mau nangis sebentar sebelum disate sama Mas Bram.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar