Cara Memutuskan Gadismu
6. Scene 6

INT. RUMAH RAY-KAMAR TIDUR-MALAM

Hari minggu, hari ulang tahun Ray.

Rita membuka pintu dan mendapati Ray masih di dalam kamarnya, berbaring di bawah selimut.

RITA

(histeris)

Kenapa belum siap-siap, Ra? Bunda bilang kan, buat make kemeja, sekalia jas. Terus ke bawah.

RAY

Bunda (pelan)

RITA

(menyelidik)

Kenapa sih? (tak sabaran) Bunda bikin pesta untuk kamu. Surprise. (semangat)

Tak ada tanggapan.

RITA

Kamu nggak kaget, Ra?

RAY

(bangun dari tidurnya, duduk) Ray tahu ulang tahun, Bun.

Keseringan isi biodata sebelum ujian meja. Tapi, Bun (menghela nafas, berat.) Lala sama sekali nggak ngirim doa buat Ray.

RITA

(tertawa) Yah udah, sekarang siap-siap, yah.

Temen-temen sama keluarga udah nungguin sang Raja.

 

Ray masih nampak tak bersemangat. Kembali membaringkan kepalanya.

 

RITA

Bunda sama Lala udah siapin ini dari dua minggu yang lalu loh, Ra.

Kening Ray terangkat. Bangun.

RAY

Lala di bawah? (mendapati wajah tak yakin Rita)

RITA

(berfikir)

Dari kemarin nggak bisa dihubungi sih. (bergumam pada dirinya sendiri) Jangan-jangan dia masih ngerjain Ray.

RAY

(melihati penuh selidik Rita) Apa Bun?

Rita antara mau dan tidak mau bercerita.

RITA

Sebenarna bunda minta Lala buat ngerjain kamu, Ra.

Kening Ray berkerut.

 

RITA

Biar kamu kesal. Dan surprise (nada semangat) Lala bakalan datang, dan mama bakalan ngenalin kalian berdua sebagai pasangan (nadanya melemah)

Ray menepuk kepalanya.

RAY

Bunda... Lala tuh marah sama Ray.

RITA

Maksud kamu marahan beneran? (khawatir). Loh Ra, kok bisa gitu sih?

 

Rita dengan cepat mengeluarkan telepon genggamnya. Mencari nomor Lala. Dan mencoba menghubungi. Tapi ia hanya mendengar panggilan tunggu.

 

RAY

Percuma, Bun (melihati Rita mondar-mandir) Ray udah bikin dia kesal.

 

RITA

Stop (memasang telunjuk di depan wajah Ray). Gimana bisa?

 

Punggung Ray semakin berat. Ia menghela nafas bersamaan dengan helaan nafas Rita yang duduk di sebelahnya.

RAY

Kemarin Ray lagi kesal, dan mendapat fikiran aneh. Kayak Ray udah terlalu lama sama dia.

RITA

Bunda sama Ayahmu lebih lama dari kamu sama dia. Eh, jangan-jangan ayahmu juga berfikiran yang sama(bergumam)

Ray mendengus. Rita berdehem, menggelengkan kepala.

RITA & RAY

(bersamaan) Jadi?

Mereka berdua saling lihat.

RITA

Tanya Lala? (menepuk dahi dengan telunjuknya) Lala kan lagi marah.(melihat Ray) Kamu sih Ray, nggak pernah ngertiin Lala.

RAY

Kalo Bunda nggak minta dia buat ngelakuin macam-macam, hubungan kami nggak bakalan serunyam ini.

 

RITA

(berdiri)

Lala juga setuju kok. Katanya buat ngelihat apa kalau dia berubah sikapnya, kamu masih tetap sama.

Dan pasti, Lala rasa kamu berubah.

RAY

(mencibir)

Harusnya bunda menenangkan putra Bunda sekarang? Bukannya menyalahkan.

RITA

Bunda juga bingung, Ray.(meraih tangan Ray) Sekarang perasaan kamu gimana?

Ray memutar bola mata. Tak mengerti pertanyaan Rita.

RITA

Maksud Bunda, kamu masih sayang dan cinta setengah mati seperti di SD dulu, waktu kalian beda kelas, harus nangis, dan nggak mau pisah, padahal dia harus masuk di kelas pintar.

 

RAY

Itu beda, Bun. (jeda.) Ini kayak ada teman Ray yang ngejauhin Ray karena dia udah punya pacar.

RITA

(diam) Nggak ngerti.

RAY

Kayak Ray nggak suka kalao ada orang lain yang ada di antara kami (memberi nada tanya di kalimatnya)

RITA

(menyela)

Kalau begitu perjuangkan cinta Lala. (bersemangat)

RAY

Gimana caranya, Bun?

CUT TO:

 

INT. RUMAH LALA-KAMAR-MALAM

Lala yang sedang membuat sketsa di meja kerjanya, berbalik saat suara pintu terdengar.

Kepala Riri terlihat. Ia tersenyum, masuk.

RIRI

Lagi sibuk yah?

LALA

(tersenyum, menggeleng) Kenapa, Li?

Riri duduk di sisi ranjang Lala. Melihati punggung kakaknya.

RIRI

Kak Lala, Riri lagi bingung banget nih.

Lala menoleh. Menunggu kelanjutan cerita Riri.

RIRI

Masa Hani bilang suka sama Riri.

LALA

(tersenyum) Terus?

 

RIRI

Ampun deh, kak. Hani kan teman Riri. Udah temenan dari kecil juga. Setiap hari bareng, baru keluar rumah, mukanya Hani kelihatan, ke sekolah naik angkot bareng, kenapa coba tiba-tiba bilang suka.

LALA

Mungkin Hani baru bilang.

Jeda. Kening Riri mengerut.

LALA

Hani mungkin sudah lama suka sama kamu. Jadi bukannya tiba-tiba.

Sekarang dia bilang sama kamu, pasti lagi mastiin perasaannya benar atau salah. Soalnya,(jeda), suka sebagai teman atau cowok, bedanya tipis, Li.

RIRI

(menghela nafas)

Tahu nggak sih, kak, kemarin itu Riri baru cerita kalo Riri itu suka teman eskul musiknya dia. Eh, dia malah jadi aneh.

Lala menyandarkan punggungnya.

LALA

Dia takut kamu bakalan ninggalin dia mungkin, Li.

RIRI

Terus? Riri gimana?

LALA

Emang perasaan kamu gimana sama Hani?

 

RIRI

Nggak jelas deh, kak. Emang kak Lala sama kak Ray dulu gimana? Eh, kak Ray yang nyatain perasaannya duluan kan?

Lala diam, beberapa saat. Tanpa melihati Riri, ia menjawab.

LALA

Kalau bukan dia yang nyatain perasaannya dulu, mungkin kakak yang bakalan duluan.

RIRI

Beneran?

Lala menoleh, menggangguk degan senyum di wajahnya.

LALA

Kakak udah suka Ray sejak pertama kali ketemu, tapi mungkin dia nggak sadar, soalnya kakak jago nyembunyiin perasaan. (memberi jeda) Jadi (melihat Riri) kamu jangan sampai ngejauhin dia cuman karena dia nyatain perasaan kamu.

Dia pasti bakalan sedih.

RIRI

(mendesah)

Riri tahu. (berdiri) Ohiya, bunda Rita kok telepon ke hapenya Riri sih? Riri bilang aja kak Lala lagi sibuk di kamar.

 

Riri bergerak ke pintu. Berbalik, sebelum keluar.

RIRI

(ragu)

Bukannya hari ini ada acara ulangtahun kak Ray? Nggak jadi yah?

Lala menggerakkan bahu.

RIRI

(menyelidik)

Jangan bilang kak Lala nasehatin aku, tapi urusan cinta sendiri lagi bermasalah.

LALA

(tersenyum)

Aku cuman lagi nenangin diri.

RIRI

(menggangguk-anggukkan kepala) Oh gitu yah.

 

Lala melihati pintu yang kembali tertutup. Ia melepas pensil dari tangannya. Menengadah.

 

CUT TO:

 

INT. RUMAH RAY-KAMAR TIDUR-MALAM

Ray dan Rita masih sibuk berfikir. Rita berdiri dari duduknya.

 

RITA

Kamu ke rumah Lala aja deh, minta maaf. Biar tamu-tamu di sini, bunda yang ngurus. Anniversary pernikahan Bunda  sama ayah kan udah dekat.

Ray tertawa kaku.

 

RAY

Tapi, Lala kayaknya nggak mau maafin Ray, Bun. Lihat aja dia udah semangat-semangatnya mau keluar negeri.

 

RITA

Apaan sih? Emang dari kemarin dia ngurus itu. Dia juga udah mau berhenti kerja.

 

RAY

Tuh kan, Bun. Dia sama sekali nggak pernah minta pendapat Ray.

RITA

(mencibir)

Jangan suka nyalahin orang. Dia itu nggak mau ganggu kamu, biar fokus sama ujian-ujian kampus yang kamu takuti itu.

Rita melipat tangan.

 

RITA

Sekarang terserah kamu deh, Ra. Bunda mau ke bawah, masa acara ulang tahun nggak ada orang yang ulang tahun.

RAY

Jangan-jangan Lala memang di bawah yah, Bun? Nunggu Ray turun, terus teriak surprise.

 

Rita menganga, mengabaikan, keluar dari kamar, meninggalkan Ray sendiri.

 

Ray menepuk-nepuk dahinya. Menggosok wajahnya dengan telapak tangan. Berkali-kali menghela nafas berat.

LALA (O.S)

Udah kerjain tugas? Main gamenya nanti habis belajar.

 

Mata Ray melirik sinis, seakan mendengar suara Lala. Mengingat Lala yang selalu ada untuknya.

LALA (O.S)

Aku serius kalo lagi serius. Emang aku harus maksa ketawa kalo gag kamu nggak lucu.

 

Ray mengingat senyum Lala yang selalu muncul tiba-tiba, selalu terlihat tulus, dan mengangkat bebannya.

 

Ray mengingat masa-masa yang telah lalu bersama Lala. Lala yang tak pernah merepotkannya, mengerti kondisinya.

LALA (O.S)

Nggak usah jemput, Ra. Aku sendiri aja.

 

RAY

Paling entar kamu ngambek.

LALA (O.S)

Ampun deh Ray, jadi kamu mau bolos cuman buat jemput aku. Stay di kelas. Sampe nanti.

 

Bibir Ray mengerucut. Mengingat pertama kali mereka makan bersama setelah jadian.

RAY

Mau makan apa?

LALA

Terserah.

RAY

Kok terserah sih.

LALA

Kayak kemarin aja, Ray. Kita jadian bukan berarti ngubah pola hidup.

Atau biar aku aja yang pesan?

RAY

(mengangguk)

Ray lalu mengingat kalimat Lala yang lain.

LALA (O.S)

Kalau ada masalah ceritain. Jangan menghela nafas aja, kayak yang punya masalah kamu doang.

 

Ray mengingat saat mereka di taman, dan Lala bercerita tentang orangtuanya yang bertengkar.

LALA

Ayah sama ibu berantem lagi (menghela nafas)

Ray diam. Melihati Lala mendongak, melihat langit.

LALA

(memenjamkan mata)

Kemarin ngelihat mereka berantem terus, bikin aku ngerasa nggak bakalan bisa punya hubungan sama orang, tapi aku malah jadian sama kamu.

 

RAY

Itu karena kamu nggak bisa menolak pesona aku. (nada bangga)

LALA

(tersenyum, menatap Ray) Kalau kita berantem.

RAY

(menyela)

Paling berantem bentar, kayak waktu masih temenan.

LALA

Itu bagusnya berteman (tersenyum sendu)

 

RAY

(memutar bola mata)

Bagus di kita dong. Temenan tapi pacaran.

 

LALA

(tertawa kecil)

Yah kalau kita berantem, kamu juga kayak dulu aja. Kayak kita masih temenan, nggak perlu ngejear aku, dan ngasih aku waktu buat menenangkan diri.

RAY

(mencibir)

Kamu bisa seminggu buat menyendiri. Nggak-nggak.

LALA

Dibanding aku teriak di depan kamu.

Ray menghela nafas. FLASH BACK CUT TO:

Ray berdiri dari duduknya. Keluar dari kamar. Menuruni anak tangga, melewati Rita yang sedang mengobrol dengan keluarga. Dan juga ayah Ray yang sedang berbicara dengan Tara dan Ali.

TARA

Dia yang ulangtahun, kan?

Tara menyeringai melihati baju kaos dan celana pendek Ray yang baru saja keluar dari pintu depan.

AYAH RAY

Om sudah bilang, nggak usah ngerayain ultah si bocah gede. (mendecakkan lidah) Lihat kelakuannya.

Rita mendekat.

 

RITA

Ayah, dia itu mau perjuangin cinta dia.

 

ALI

Sekali-kali ngerasain susah, bagus Tante.

 

TARA

Selama ini dia nggak pernah tahu, Lala selalu ngasih kemudahan ke dia.

 

ALI

(menghela nafas)

Itu karena Lala juga cinta banget sama Ray.

 

RITA

(melihat suaminya, mengalunkan tangan di lengannya)

Kayak kita, kan Yah?

AYAH RAY

(tak menjawab, hanya mengangguk)

TARA & ALI

Ah, ciyeh om malu-malu (menggoda)

FADE IN:

 

INT. RUMAH LALA-DEPAN KAMAR LALA-MALAM

Riri mengetuk pintu kamar Lala. Nada ketukan cepat.

LALA (O.S)

Kenapa, Ri?

RIRI

Ada kak Ray di depan. Kalian kan lagi marahan, di suruh masuk atau nggak usah?

 

Jeda.

 

LALA (O.S)

Bilang aku udah tidur aja, Ri.

Riri mengembungkan pipi. Bergerak menuju pintu depan. Melihati pria di depan pagarrumahnya.

RIRI

(teriak)

Kak Lala bilang udah tidur, kak.

Ray menaikkan alis, memasang wajah bingung.

RAY

(teriak)

Bilang Ri, aku mau ngomong bentar.

Riri mendesah. Masuk. Mengetuk pintu.

RIRI

Kak Ray nggak mau pulang.

LALA (O.S)

Biarin aja, Li.

Riri sekali lagi mendesah. Bergumam tak jelas. Keluar.

RIRI

Disuruh biarin aja, kak. (masih berteriak)

Ray lalu mengangkat tangan. Menyuruh Riri mendekat.

RAY

Ibu udah tidur belum?

RIRI

(menggangguk) Udah di kamar, istirahat.

Kenapa? Kak Ray mau masuk?

RAY

Nggak. (mendesis) Jangan berisik, entar bangunin ibu sama

orang-orang.

RIRI

Jadi? (sudut bibirnya terangkat)

RAY

Bilang aja sama Lala, aku bakalan nunggu di sini sampai dia keluar.

 

RIRI

Emang masalahnya besar banget yah? Sampai kak Lala nggak mau nemuin kak Ray. Eh, tadi Kak Lala bilang, mau nenangin diri dulu.

RAY

(menepuk kepala Riri)

Dia bisa aja beneran mutusin kak Ray, Ri. (wajahnya tak sabaran) Nggak kasihan?

 

Sementara itu, dari rumah depan kediaman Ray, seorang gadis bernama Hani muncul di pagar rumahnya. Hani yang mengenakan kaos panjang dan celana pendek.

HANI

Kenapa sih teriak-teriak? Eh, ada anak ayamnya kak Lala juga. (mendapati dengusan Ray)

 

Riri menarik diri, menggunakan tubuh Ray sebagai pelindung, bersembunyi dari pandangan Hani.

HANI

Ampun deh. Lo cemen banget, takut? (pada Riri)

RAY

(menoleh)

Apa? (keningnya mengerut) Dengar yah nek, gue kesini mau minta maaf. Itu bukan cowok cemen, kali.

HANI

(tertawa sinis)

Jadi kesini mau minta maaf sama kak Lala. Kenapa? Ketahuan selingkuh?

Atau udah bosan?

RAY

(menganga, kesal)

Ini anak, (mendesis). Cowok bakalan kabur dari lo tahu.

Ray lalu meringis saat Riri menepuk bahunya.

RAY

Kenapa lagi nih anak?

Riri mendecakkan lidah. Keluar dari persembunyiannya.

 

RIRI

Lo masuk sana (pada Hani). Keluar pake gituan doang.

RAY

Ah, sori deh(menepuk dahi). Kalian pacaran? Perhatian banget sama nenek lampir.

 

Riri dan Hani saling lihat, beberapa saat. Riri lalu menarik matanya.

 

HANI

(bergumam)Ampun deh.

Lo nggak usah ngehindarin gue (santai). Anggap aja pernyataan gue kemarin itu, nggak ada.

RIRI

Kenapa?

HANI

Karena gue nggak mau hubungan kita sama kayak mereka. Lebih baik teman lah.

Ray bergumam tak jelas. Ia menoleh melihat Hani.

RAY

Dengar yah, nek. Hubungan emang kayak gitu. Mau teman atau suami-istri juga bakalan kayak gini. Selalu ada

kerikil-kerikilnya.

HANI

Sok bijak (tersenyum sinis)

Ray mencoba mengabaikan.

RAY

Jadi jangan takut kalau lo emang suka sama teman lo. Kalau emang dia pantas diperjuangin, lo harus berjuang.

 

HANI

Ais, (mendesis)

Hani bermaksud masuk. Tapi berhenti saat Riri berteriak.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar