Breath & Brave (Script)
2. Babak 2: Oksigen

Adegan 1

Set: Kamar Tidur Rina-Pagi-Hari Kamis

(Setelah meminum obat, Rina diam di kursi belajar sambil menatap ibunya dengan penuh keraguan.)

CITRALOKA

(Memiringkan kepala sambil memegang piring kecil bekas obat dan gelas)

Kenapa, Sayang?

RINA GAYATRI

(Menghirup dalam-dalam kanul oksigen dan menghembuskannya secara perlahan)

Aku nggak mau sekolah, Bu. Ibu bisa minta izin ke wali kelas aku, kan? Bilang saja aku sakit, dan memang begitu.

CITRALOKA

(Menghela napas sambil menatap Rina. Sementara Rina sedang melepas kanul oksigennya dan menghirup udara di dekat jendela. Menghirup udara Bandung di pagi hari)

Oke. Kamu boleh membolos—

RINA GAYATRI

Bu, aku tidak membolos. Aku izin karena sakit.

CITRALOKA

Iya... iya... tapi jangan lupa nanti tanya materi pelajaran sama Ayu, ya?

(Rina hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia kembali memasang kanul oksigen dan melamun mengingat temannya, Ayu. Setelah Citraloka keluar dari kamarnya, Rina duduk di kursi meja komputer. Menghela napas lalu mengambil buku sketsa dan mulai mencorat-coret.

Rina menggambar seorang perempuan sedang di bawah payung, cuacanya cukup cerah meski ternyata bukan hujan air, melainkan hujan oksigen. Rina menggambar hujan O2 sebanyak-banyaknya. Namun, sayang sekali, si perempuan itu malah terhalang payung.)

SINYO ADAM

Punten! Tok tok! Kenapa manusia ini tidak sekolah?

RINA GAYATRI

(Tetap sibuk menggambar hujan oksigen)

Manusianya lagi malas. Lha itu, manusia jadi-jadian kenapa tidak kuliah?

(Rina membenarkan letak kanul oksigen dan itu malah membuat Adam paham jika adiknya merasa minder harus ke sekolah menggunakan alat itu.)

SINYO ADAM

(Menghampiri Rina seraya melirik buku sketsa)

Tau aja kalau gue manusia jadi-jadian. Gue kan setengah pangeran. Eh, bukannya pangeran juga manusia, ya? Ah, pokoknya gue ganteng, kayak pangeran.

RINA GAYATRI

(Batuk)

Kak Adam, udah deh jangan ganggu!

SINYO ADAM

(Duduk di bibir ranjang)

Heh, jangan ngambek. Justru gue ke sini mau kasih kabar gembira. Lo harus tahu kalau gue nggak ada kelas. Jadi, daripada lo ngegambar nggak jelas, mending kita maen ke mall. Sebagai kakak yang baik, gue tahu dong kalau game zone adalah tempat kesukaan lo. Yuk!

RINA GAYATRI

(Mendelik seraya menyimpan buku sketsa dan pensil di meja)

Ngegambar nggak jelas katanya! Dasar komikus sombong! Awas aja ya! Gue bakal susul angka terbit komik lo!

SINYO ADAM

(Tersenyum miring)

Adik manis, jangan ada persaingan antara kakak-beradik. Karena itu hanya akan menjadi peperangan. Wih!

(Adam menyentuh-nyentuh layar ponselnya)

Gila! Viewers adik gue di Kwikku banyak juga. Wah, bener-bener mau susul angka terbit gue nih. Oke... Karena hobi kita sama, gue nggak keberatan kalau lo bakal lebih tenar dari gue. Gue cuma mau bilang, ayo kita ke mall.

RINA GAYATRI

(Menghela napas)

Breaking news, gue mau nerbitin komik bukan buat tenar. Dan gue nggak mau ke mall.

(Suara Rina memelan dan serak ketika kalimat terakhir diucapkan.)

SINYO ADAM

(Menghela napas lalu memegang erat pundak adiknya)

Gue tahu. Dan dr. Angga juga tahu, kalau slang jelek itu tidak bisa merubah penggunanya jadi buruk rupa. Lo cantik, dan gue siap tonjok siapa pun yang hina si slang jelek itu.

(Rina menatap kakaknya dengan penuh harap. Dan itulah yang memang dia harapkan.)

RINA GAYATRI

Kakak janji mau tonjok siapa pun orang yang menghinaku?

(Adam mengangguk)

Termasuk selebritis?

SINYO ADAM

Termasuk selebritis.

RINA GAYATRI

Tapi kalau Iqbaal mah jangan Kakak tonjok, ya? Deal?

(Adam tertawa dan Rina pun menyetujui untuk pergi ke mall. Berkunjung ke mall, terutama tempat permainan adalah hal yang paling Rina sukai.)

SINYO ADAM

Deal. Tapi sekarang masih kepagian, jadi lo silakan menggambar lagi dan terus berusaha mengejar angka terbit komik gue. Oh, iya, sekedar informasi juga, kalau tadi pas bangun tidur gue ngecek e-mail, eh ada penerbit yang kasih kabar kalau komik gue bakal terbit lagi dan lagi dan lagi dan lagi. Aduh, dan laginya berapa kali, ya?

RINA GAYATRI

(Manyun)

SINYO ADAM JELEK DAN NGGAK ADA MIRIP-MIRIPNYA SAMA PANGERAN!

SINYO ADAM

Jangan ada persaiangan antara kakak-beradik. Dah!

Adegan 2

Set: Tempat Permainan-Siang

(Suasana di Mall tentu saja ramai. Beberapa bahkan hampir semua orang yang berpapasan dengan Rina melirik heran. Dengan sigap dan penuh perhatian, Adam menggandeng tangan Rina mesra seperti pasangan kekasih.

Sesampainya di tempat bermain, Rina mengembangkan senyum dan lupa kalau sebelumnya dia merasa minder dan malu. Setelah mengisi saldo kartu permaian, kedua saudara itu bermain hampir semua permainan. Dan Adam menyadari sesuatu; meski menggunakan slang oksigen, Rina tidak banyak batuk. Melainkan tampak normal.)

SINYO ADAM

Dik, sepertinya tempat ini penuh oksigen baik, ya?

RINA GAYATRI

Bisa nggak, setiap momen bersama gue, nggak usah bahas penyakit?

SINYO ADAM

Oke... sori kalau gue salah.

RINA GAYATRI

It's ok. Hanya saja, kadang-kadang gue merasa cemburu.

SINYO ADAM

Cemburu sama penyakit lo?

RINA GAYATRI

Iya. Karena gue rasa... Ibu, Ayah dan lo itu sayang sama penyakitnya, bukan sama pasiennya.

SINYO ADAM

NGAWUR!

(Setelah asyik bermain, mereka memutuskan untuk makan siang. Tentu saja jajan burger, kentang goreng, soft drink, dan diakhiri dengan es krim. Sekarang mereka sedang berjalan ke toko buku sambil memakan es krim.)

RINA GAYATRI

Kak, suatu saat nanti, gue bakal kayak gini sama orang lain, nggak ya?

SINYO ADAM

(Memasukan es krim ke mulutnya sebelum menjawab)

Pacar maskud lo?

(Rina hanya senyam-senyum tidak jelas)

Idih... Lo lagi jatuh cinta?

RINA GAYATRI

(Menoleh ke kakaknya)

Boro-boro, siapa yang mau pacaran sama pasien paru-paru.

SINYO ADAM

Kalau pasien paru-paru yang periang, jago gambar, cantik dan baik hati kayak si Rina Gayatri mah... masa di tolak.

(Rina menyenggol perut kakaknya. Sebelum masuk ke toko buku, mereka membuang tempat es krim ke tempat sampah. Di toko buku, Rina malah tertarik di jajaran novel ketimbang kakaknya yang memilih jajaran komik. Keduanya terpisah. Dan Rina kehilangan pelindung. Beberapa pengunjung toko melirik-lirik Rina dengan tatapan iba. Dan Rina membenci ini.

Dengan bergegas yang membuat napasnya tersengal-sengal. Rina menemui kakaknya dan segera mengajaknya pulang.)

SINYO ADAM

Lha, dik. Belum dapet bukunya.

RINA GAYATRI

Gue mau pulang sekarang juga.

SINYO ADAM

Tanggung ini, mumpung lagi di—

RINA GAYATRI

(Menarik lengan Adam)

Gue mau pulang sekarang! Toko online buka 24 jam, kan?

(Adam mengalah. Mereka pun pulang tanpa buku. Sebagai oleh-oleh, Adam hanya membawa mimik wajah Rina yang sedang kesal.)

Adegan 3

Set: Kamar Tidur Rina-Malam

(Suara gedoran pintu tidak membuat konsentrasi Rina terganggu. Dia sedang menggambar di komputer. Jemarinya dengan gemulai memainkan pen tablet, sementara matanya fokus ke layar komputer.

Karena tidak mendengar respons, awalnya Adam akan mundur dan membalikan badan, tetapi dia justru membuka pintu dan melihat adiknya yang sedang sibuk di depan komputer.)

SINYO ADAM

(Bersiul)

Kerja keras untuk menyusul Sinyo Adam yang sudah menerbitkan komiknya sebanyak 13 judul. Oh, Rina Gayatri juga menerbitkan komiknya di Kwikku dengan viewers-nya yang sudah ribuan.

RINA GAYATRI

Bisa nggak sih... nggak bikin amatarian insecure. Udah deh, jangan mancing mulu keributan kayak jempol netizen. Cepetan jawab, mau ngapain ke sini?

SINYO ADAM

Bawel! Makan sana, Ibu sama Ayah udah nunggu.

RINA GAYATRI

Bisa nggak sih kalau aku mau makan, ya makan sendiri, nggak perlu di suruh. Segalanya seolah diatur. Dan gue nggak mau diatur.

SINYO ADAM

Wah... wah... anak kelas 11 makin aktif ya, Bund? Hormon PMS-nya nggak hanya aktif pas PMS doang.

RINA GAYATRI

(Memelas)

Kak...

SINYO ADAM

(Penuh penekanan)

Turun. Makan. Tidur.

RINA GAYATRI

Nggak!

SINYO ADAM

Ayolah... Kenapa sih, pulang dari mall masih aja manyun.

RINA GAYATRI

(Tersenyum)

Oke... pertama-tama, gue sangat senang sudah diajak Kak Adam ke mall dan main sepuasnya sampai bengek, yep, asli bengek.

SINYO ADAM

Yes... bawelnya sudah re-stock. Silakan lanjutkan.

RINA GAYATRI

Nah, baiklah, gue senang sekali hari ini. Tapi, gue benci melihat orang-orang menatap gue dengan iba, seakan gue adalah makhluk rapuh di dunia fana ini. Well, gue tahu, gue tidak lepas dari keibaan itu. Hanya saja, gue benci diri gue sendiri karena paru-paru gue nggak aestetik sehingga gue harus memakai slang jelek ini. Aduh, gue lupa, padahal slang ini sangat membantu gue buat hidup. Tapi, ya, gue benci melihat orang menatap gue dengan iba. Itu saja. Jadi, bolehkah saya diam saja di kamar untuk menyelesaikan mahakarya ini?

SINYO ADAM

Darimana lo tahu itu tatapan iba. Bisa saja mereka memandang lo dengan maksud lain. Seperti cara gue memandang lo.

(Rina diam agar kakaknya terus berbicara)

Gue menatap lo dengan penuh debar-debar aneh seperti lagi jatuh cinta. Karena, gue rasa, orang yang lagi gue tatap sekarang, adalah manusia yang pemberani.

(Rina menarik napas dalam-dalam)

Nah, bagus, bernapaslah, Na. Dan terus berani!

RINA GAYATRI

Berani? Bukan berjuang?

SINYO ADAM

Ngapain berjuang kalau nggak punya keberanian. Berani dulu, tanpa sadar lo juga sebenarnya sedang berjuang.

RINA GAYATRI

Huh... licik. Selalu saja berhasil buat gue... membaik.

SINYO ADAM

Sekarang turun. Makan. Oke?

RINA GAYATRI

Nggak!

SINYO ADAM

Jangan bercanda.

RINA GAYATRI

Tentu saja gue bercanda.

(Rina mencangklong tas oksigen portablenya di pundak kanan dan langsung turun ke meja makan. Tersenyum ke arah orangtuanya dan makan. Adam ikut duduk di sana, dia hanya memakan apel sambil memerhatikan tiga orang yang sangat dia sayangi.)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar