Break A Leg! (Literally) - Script
4. ACT ONE (Part 4)

MATCH CUT TO :

13. INT. MOBIL TASYA - PAGI

Mobil direm mendadak, membuat Aga dan Tasya tertolak ke depan. Nyaris menabrak dashboard mobil kalau saja tubuh mereka tidak ditahan seatbelt. Mata Aga membulat. Mulutnya sedikit terbuka mengeluarkan bunyi pertukaran napas yang kentara. Sedangkan di sampingnya, Tasya hanya bisa meringis.

AGA

YA!

Tasya bergidik saat mendengar teriakan Aga.

AGA

Lo bilang bisa nyetir!

TASYA

(Mengangkat bahu) Ya, buktinya kita sampai di sekolah, kan?

AGA

Tapi kita hampir mati tadi di jalan!

TASYA

Enggak apa-apa kalau hampir, yang jelas kita belum mati.

AGA

Lo ini pengendali yang buruk, tapi bisa-bisanya masih kebut di jalan. Lo enggak tau cara mengendalikan rem dan gas, ya? Berapa mobil yang hampir kita tabrak tadi? Lo seharusnya bisa nyetir dengan baik dan benar kalau sudah punya SIM! Woy! Woy!

Dengan cuek Tasya melepaskan seatbelt lalu turun dari mobil. Tidak memedulikan Aga yang masih mengomel. Tasya memutari mobilnya, mengambil tongkat kruk di jok belakang sebelum membuka pintu kursi penumpang di depan.

14. EXT. PARKIRAN SEKOLAH - PAGI

TASYA

Kamu mau keluar atau mau lanjut ngomel?

Aga menyambar tongkat kruk di tangan Tasya dengan raut sebal, lalu keluar dari mobil.

AGA

Gue yakin loh ambilnya SIM tembak.

TASYA

I'm not the only one, Ga.

Aga mendecih.

TASYA

Jadi kamu mau ke kelas atau berdiri di sini aja?

AGA

Tas.

TASYA

Hm? (Melongok ke belakang punggung Aga) Tas kamu mana?

AGA

Ya lo yang ambil, lah. Bawain gue sampai kelas.

TASYA

(Terperangah) Dari awal kamu menolak keras dijagain aku. Katanya enggak mau diikutin, merasa di-babyitter-i, dan katanya bisa sendiri. Terus sekarang apa? Minta dibawakan tas?

AGA

Setelah di ambang hidup dan mati tadi gue mikir, daripada nolak terus, mendingan gue manfaatin aja apa yang ada. Karena ini bentuk tanggung jawab lo, bekerjalah dengan baik sebagai babysitter. Dimulai dengan ambilin tas gue.(Menepuk tangan) Go! Go!

Tasya mengumpat tanpa suara sembari melirik kesal ke Aga. Namun, ia tetap berbalik dan melangkah kembali ke mobil untuk mengambil tas cowok itu.

CUT TO :

15. INT. KORIDOR DEPAN KELAS XI IPA 2 - PAGI

CAST : GALIH (17 TAHUN), TASYA (17 TAHUN), AGA (17 TAHUN)

GALIH (17) bersandar di daun pintu depan kelas dengan tangan terlipat depan dada. Dia menoleh ketika merasakan ada yang muncul dari balik tembok di samping kelasnya. Aga dan Tasya muncul dari tikungan tersebut. Galih langsung beranjak dari tempatnya dan mengangkat sebelah tangan tinggi-tinggi.

GALIH

AGAAAAAA!

AGA

(Mendongak) Tumben jam segini lo udah datang.

GALIH

(Cengengesan sembari memandangi Tasya) Soalnya gue tau bakal ada Tasya.

Tasya hanya memandang malas.

AGA

Lo enggak kapok ya udah ditolak?

GALIH

(Masih senyum-senyum genit) Enggak. Gimana mau kapok kalau ceweknya manis kayak Tasya.

Aga berlagak mau muntah. Sedangkan Tasya hanya menggeleng dengan wajah datar.

AGA

Ketahuan pacar lo godain cewek lain baru tahu rasa!

GALIH

Siapa? Clarissa? Dia sama gue udah mau putus, kok. (Mengalihkan pandangan ke Tasya) Tenang aja, Sya, kalau aku sama dia putus aku bakal balik ke kamu lagi.

TASYA

Aku enggak peduli.

Tasya melemparkan tas Aga ke Galih.

TASYA (CONT’D)

Nih, tas dia. Aku mau ke kelas.

Tasya langsung berbalik pergi.

GALIH

(Berteriak) Sya, nanti istirahat siang ke sini lagi, kan? Kita bakal ketemu lagi, kan?

Aga menghentikan Galih dengan membekap mulut temannya itu dan mendorong kepalanya ke belakang.

AGA

Stop it! Lo bisa enggak sih enggak godain cewek terus kerjanya?

GALIH

(Tertawa) Enggak bisa.

Aga geleng-geleng kepala, lalu melangkah mendahului Galih untuk masuk ke kelas.

CUT TO :

16. INT. KELAS XI IPA 6 (KELAS TASYA) - SIANG

CAST : GURU BIOLOGI, TASYA

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 12.12. Dari jendela kelas terlihat koridor di depan sudah ramai karena bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Di depan kelas, guru Biologi masih menjelaskan yang ada di papan.

GURU BIOLOGI

Jadi, kontraksi otot diawali dengan datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls, daerah hubungan antar saraf ini atau sinapsis dan serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin.

Tasya mengentak-entakkan kakinya dengan gelisah. Di atas meja ada ponsel yang layarnya menampakkan kolom chat dengan Aga. Ada pesan cowok itu tepat pukul 12.05.

AGA (PESAN TEKS)

BURUAN KE SINI!

GURU BIOLOGI

Gabungan sisi aktif ini dengan kepala miosin disebut jembatan penyebrangan atau cross bridge.

Pukul 12.14 pesan baru masuk lagi.

AGA (PESAN TEKS)

LO DI MANA? TELANTARIN GUE YA?

Tasya memejamkan mata menahan kesal lalu mengetikkan balasan.

TASYA (PESAN TEKS)

Sabar, aku masih ada guru.

AGA (PESAN TEKS)

Ini tuh udah jam istirahat. Lo keluar aja lah. Gue lapar.

TASYA (PESAN TEKS)

Bentar.

AGA (PESAN TEKS)

Lapar.

Lapar.

Lapar.

Tasya mengumpat tanpa suara.

AGA (PESAN TEKS)

ISTIRAHAT SIANG KEBURU SELESAI ATAU KALAU ENGGAK MAKANAN DI KANTIN HABIS. BURUAN, SYA!

Beat.

Layar ponsel menunjukkan Aga is typing.

AGA (PESAN TEKS)

Atau gue telepon ibu gue aja ya?

Diiringi helaan napas, Tasya meletakkan lagi ponselnya di atas meja lalu mendongak ke guru biologinya yang masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan selesai.

GURU BIOLOGI

Proses ini berulang sampai lima kali dalam jangka waktu satu detik.

Di layar ponsel Tasya kemudian tampak panggilan masuk Aga. Tasya mengerang kesal, mengambil dompetnya di laci meja lalu menggenggam ponselnya. Ia mengangkat tangan.

GURU BIOLOGI

Ya, Tasya? Ada yang mau ditanyakan?

Semua kepala yang ada di kelas tertuju pada Tasya.

TASYA

Sudah jam istirahat, Pak.

GURU BIOLOGI

Iya, saya tahu. Bentar lagi. Ilmu ini juga penting untuk kalian.

Guru Biologi baru saja akan menoleh lagi ke papan untuk menerangkan, Tasya berdiri. Semua kepala kembali tertuju padanya.

TASYA

Kalau begitu saya permisi duluan, Pak.

Tasya segera berlari ke luar kelas, mengabaikan gurunya yang berteriak memanggil.

CUT TO :

17. INT. KELAS XI IPA 2 (KELAS AGA) - SIANG

CAST : ARIFIN (17 TAHUN), AGA (17 TAHUN), TASYA (17 TAHUN)

Tasya berdiri di depan meja Aga dengan bersedekap.

TASYA

Kamu ini enggak bisa sabar sedikit ya?

Aga ikut bersedekap.

AGA

Lo mau gue nunggu sampai jam istirahat habis?

Aga mengulurkan tangannya yang dipasangi arloji ke arah Tasya.

AGA (CONT'D)

Lihat, sekarang sudah jam berapa? Jangan mentang-mentang kita murid, waktu kita bisa dikorupsi seenaknya.

Tasya cuma mengalihkan wajah dan mengembuskan napas panjang.

AGA (CONT'D)

Enggak salah kok kalau lo keluar meskipun pelajarannya belum selesai. Tenang aja.

Aga bergerak mengambil tongkat kruknya, lalu perlahan berdiri.

AGA (CONT'D)

Lagipula, Galih udah pergi duluan tadi karena dipanggil pacarnya buat makan bareng. Dia ninggalin gue karena pikirnya ada kamu.

Tasya menggeleng, mengikuti Aga yang berjalan di melewati meja-meja lain menuju depan kelas.

TASYA

Gimana jadinya kalau ibu kamu waktu itu enggak ngotot minta aku jagain kamu?

AGA

Ya jadinya Galih tinggal lah, enggak pergi makan sama pacarnya tapi ngurusin aku. Susah amat.

Dari belakang Aga, Tasya mengepalkan tangan dan membuat gerakan seperti akan memukul cowok itu.

ARIFIN (O.S)

Erlangga, temanku! Ko masih di dalam kelas, kah?

Teriakan itu terdengar membuat Aga dan Tasya berhenti beberapa meter dari pintu kelas. Tidak lama, ARIFIN (17) masuk ke kelas. Dia tersenyum sumringah dengan tangan membentang saat melihat Aga.

ARIFIN

Aga, latihan sebentar pulang sekolah toh?

AGA

Eh, Pin.

Seketika Arifin melongo menyadari Aga menggunakan tongkat kruk. Dia memandang dari atas sampai bawah. Arifin buru-buru menghampiri saat melihat gips.

ARIFIN

Ko punya kaki kenapa ini, Ga? Ko habis jatuh, kah?

AGA

Iya, Pin. Habis kecelakaan.

ARIFIN

Pantasan ko tidak keliatan berapa hari. Sa kira ko sakit biasa, karena coach cuma bilang ko sakit.

AGA

(Terkekeh) Gue emang minta coach buat enggak bilang dulu sama anak-anak yang lain.

ARIFIN

Dehh ... Apa inikah? Patah? Retak? Parah, kah?

AGA

Patah. Cuma kata dokternya ...

TASYA

Ga, katanya mau makan?

Arifin dan Aga menoleh bersamaan ke belakang, melihat Tasya yang melipat tangan dengan ekspresi jenuh.

ARIFIN

(Berbisik tapi volumenya agak tinggi) Eh, kenapa ada cewek? Ko pacaran, kah?

TASYA DAN AGA

ENGGAK!

Punggung Arifin otomatis mundur mendengar teriakan keduanya.

ARIFIN

Eh, iyo, santai moko kali. Sa cuma tanya ji.

Aga dan Tasya saling pandang.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar