Bintang SMA 102
6. Bagian 6

33 EXT. KORIDOR - SEKOLAH — PAGI

Karina berjalan bersama Murid Laki-laki itu dan juga Karim, mereka memasuki Ruang Guru.

Bersamaan dengan Tama yang keluar dari Ruang Guru. Sesaat mereka saling melihat, datar. Di belakang mereka, ada Rosa dan yang berjalan mengikuti.

34 INT,. RUANG GURU - SEKOLAH — PAGI

Rosa berdiri di jendela Ruang Guru, melihat dari kejauhan, bersama Tama.

Karina dan Murid Laki-laki itu berdiri di depan Karim, terlihat ekspresi yang berbeda keduanya. Karina dengan wajah tidak bersalah, sementara Murid Laki-laki itu merah padam.

Karim duduk di kursinya, melihat mereka berdua.

KARIM

Benar apa yang dia bilang Karina?

Murid Laki-laki itu melihat Karina.

KARINA

Benar, Pak.

MURID LAKI-LAKI

Saya gak bohong kan, Pak, benar kan. Dia bilang saya tong sampah.

KARIM

Kamu bisa kasih tahu kenapa kamu bilang gitu ke dia?

KARINA

Karena dia juga bilang hal yang sama ke orang lain, Pak. Saya hanya membalasnya.

Murid Laki-laki itu melihat Karina, kemudian Karim.

MURID LAKI-LAKI

Kapan aku bilang gitu, gak, Pak, Gak pak. Saya gak bilang gitu.

KARINA

Tadi saya lihat dia sengaja nyangkutin kakinya ke murid lain, Pak. Murid itu jatuh, seragamnya basah, kotor kena makanan.

MURID LAKI-LAKI

Gak, Pak. Saya gak gitu, saya benar-benar gak ada niat mau nyangkutin kaki --

KARIM

Diam, kamu diam.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Lebih baik kamu bicara jujur, karena bohong gak akan bantu kamu. Benar apa yang dikatakan Karina tadi?

Murid Laki-laki itu mengangguk.

KARIM

Kenapa kamu lakuin itu? Kasih alasan yang masuk akal.

Murid Laki-laki itu diam.

KARIM

Kenapa kamu gak bicara? Bapak yakin kamu bicara besar di Kantin tadi.

KARINA

Dia bilang, jangan dekat-dekat dengan dia, nanti ketularan Abangnya.

Karim melihat Murid Laki-laki itu, ia hanya bisa menunduk.

KARIM

Roni lagi di panggil, kalau benar apa yang di katakan Karina, Bapak gak ada cara lain.

KARINA

Saya yakin Murid tadi gak dengar apa yang dia bilang, Pak. Di permalukan di depan umum, dia gak ada kesempatan buat dengar apa yang orang bilang.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Bapak ngerti. Bagaimanapun apa yang kamu lakukan juga salah, kamu bisa bilang ke dia baik-baik, bukan pakai cara yang kamu anggap itu benar. Tapi Bapak hargai apa yang kamu lakukan Karina. Tapi tetap Bapak akan hukum kamu. Ngerti, kamu?

KARINA

Ngerti, Pak.

KARIM

Sekarang kamu kembali ke kelas.
(ke Murid Laki-laki)
Kamu tetap disini, jangan kemana-mana.

MURID LAKI-LAKI

Tapi, baju saya, Pak?

KARIM

(menunjuk kipas angin)
Kamu lepas baju kamu, keringkan di kipas angin.

Bersamaan dengan Murid Laki-laki dan Karina melihat Kipas Angin besar berdiri di sudut ruangan.

MURID LAKI-LAKI

Tapi saya gak pakai kaos dalam, pak.

Mendengarnya membuat Karina tertawa, sesaat Murid Laki-laki itu malu. Karim menghembuskan nafas panjangnya.

KARIM

Kamu berdiri di depan kipas angin sampai baju kamu kering.

KARINA

Aww, kenyang-kenyang deh Makan Angin, awas masuk angin.

Bersamaan dengan Karina yang berjalan menuju pintu ruang guru, keluar.

35 EXT. DEPAN RUANG GURU - SEKOLAH — PAGI

Rosa dan Tama berdiri tak jauh dari ruang guru, tak lama kemudian, Karina keluar.

Mereka saling melihat, Rosa dan Karina tertawa, lepas. Sementara Tama hanya tersenyum melihat mereka.

ROSA

Dasar gila, Pak Karim bilang apa?

KARINA

Dia hargai apa yang aku lakuin, tapi aku tetap di hukum.

ROSA

Pak Karim masih baik, mungkin kalau guru lain, aku gak tahu nasib kamu.

TAMA

Apa yang kamu lakuin itu gak salah, cuma cara kamu yang Pak Karim gak suka.

Karina menunjuk Tama, setuju dengannya.

Bersamaan dengan Roni dan Seorang MURID, berjalan di depan mereka, Roni memakai Seragam Olahraganya. Sesaat Tama melihat Roni. Kemudian Roni melihat Karina, datar, kemudian melewatinya, begitu saja.

KARINA

Dia udah lama di bully?

ROSA

Aku gak tahu, aku juga baru tahu kejadian ini. Kamu tahu, Tama?

Rosa dan Karina melihat Tama, sementara ia hanya diam, sesaat ia melihat Karina.

ROSA

Kamu tahu kenapa?

Sesaat Tama masih melihat Karina dan Rosa.

Dari dalam ruang guru, Karim keluar --

KARIM

Karina, ke ruang guru setelah pulang sekolah.

Karina mengangguk. Tak lama kemudian, terdengar bunyi bel sekolah.

36 INT. RUANG KELAS HARRIS - SEKOLAH — PAGI

Harris sedang membaca Buku di Meja Belajarnya. Tak lama kemudian Beberapa Murid Laki-laki berjalan menuju ke arahnya dari Pintu Kelas.

Mereka melewati Tiwi yang tak jauh dari Harris, ia melihat mereka dengan Ekor Matanya.

Beberapa Murid itu mengelilingi Harris, ia menyadarinya.

MURID LAKI-LAKI SATU

Kakak kamu kenapa, dia ada masalah?

Harris tidak menjawab, melanjutkan membaca bukunya.

MURID LAKI-LAKI SATU

Pertama dia bikin sekolah keluarkan Pak Irfan. Sekarang dia bikin masalah sama Anak Kelas Tiga.

Harris melihat mereka.

HARRIS

Terus masalah kalian apa?

MURID LAKI-LAKI SATU

Masalah kami, kenapa gara-gara dia Pak Irfan harus keluar dari sekolah? Yang harusnya keluar itu Karina, kakak kamu.

HARRIS

Pak Irfan yang cari masalah duluan. Dia sendiri yang tanggung akibatnya.

MURID LAKI-LAKI SATU

Kucing kalau udah di kasih Ikan mana mungkin nolak.

Harris melihat Murid Laki-laki itu dengan, dingin. Dengan cepat, ia memukulnya, menyebabkan Murid Laki-laki itu terjatuh dan Harris memukulnya berkali-kali. Teman-teman Murid Laki-laki itu melerai mereka berdua, tetapi tidak bisa. Suasana Kelas menjadi heboh, Tiwi melihat mereka yang berkelahi dan berjalan keluar.

37 EXT. DEPAN RUANG GURU - SEKOLAH — SIANG

Tiwi berdiri di depan Ruang Guru, dari dalam, terlihat Harris dan Murid Laki-laki itu berbicara kepada Guru mereka. Tak lama kemudian, Harris berjalan, sesaat ia melihat Tiwi yang berdiri di depan Pintu.

TIWI

Kamu tahu, analogi itu sampai sekarang masih di pakai. Kelihatan kalau anak SMA sendiri gak ngerti tentang masalah pelecehan seksual.

HARRIS

Iya, mungkin.

Harris melihat luka di tangannya. Sesaat Tiwi melihat Harris, datar. Ia berjalan mendekat dan menarik tangan Harris.

38 INT. UKS - SEKOLAH — SIANG

Tiwi memberikan Obat Merah pada Luka di Tangan Harris, sesaat Harris melihat Tiwi.

TIWI

Karina itu kakak kamu?Menurut aku kakak kamu keren. Walaupun dia di sebut Korban, tapi gak takut buat lawan pelakunya.

HARRIS

Iya, kalau dia berani, aku juga harus lakuin hal yang sama.

Tiwi sudah selesai memberikan Obat Merah, sesaat ia melihat Harris.

TIWI

Kamu menarik. Kayaknya kita bisa jadi teman baik.

Harris sedikit terkejut mendengarnya. Tiwi menyadarinya.

TIWI

Aku cuma mau jadi teman kamu, tapi gak tahu kedepannya gimana.

Harris gak habis pikir mendengarnya.

HARRIS

Apa kamu seterus terang ini sama orang yang baru kamu kenal?

TIWI

Kita udah sekelas selama hampir sebulan. Jadi kita ada hubungan, teman sekelas. Wajar kalau aku terus terang.

Harris tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

39 INT. RUANG KELAS KARINA - SEKOLAH — SIANG

Pram memasuki Kelas dan ada Buku di tangannya, dari arah dalam Kelas, Karina berjalan menuju luar.

Mereka saling berpapasan, sesaat Pram melihat Karina, tapi tidak dengan Karina.

Ia berjalan melewati Pram begitu saja, dengan datar.

Dari tempatnya, Pram berhenti, sesaat ia melihat ke samping, datar. Kemudian ia berjalan menuju Kursinya.

40 INT. RUANG KERJA AGUNG - RUMAH PRAM — MALAM

Pram berdiri di depan Agung yang sedang memperhatikannya.

AGUNG

Jangan pernah ikut campur masalah sekolah lagi.

Pram tidak menjawab.

AGUNG

Fokus kamu sekarang, ikut Seleksi Nasional, belajar dan Lulus. Ikut Tes Akpol.

Pram juga tidak menjawab.

AGUNG

Kamu ngerti, Pram. Kalau Bapak tanya coba kamu jawab baik-baik.

Pram mengangguk.

AGUNG

Bapak ada kenalan di Tim Seleksi Nasional. Pastiin kamu lulus semuanya, sisanya Bapak yang atur.

Sesaat Pram melihat Agung, datar.

AGUNG

Kembali ke kamar kamu, belajar.

Pram berjalan ke arah Pintu, sesaat ia berdiri di sana.

PRAM

Memang dasar aku pengecut.

Pram memegang Ganggang pintu itu, datar.

41 INT. KAMAR KARIN - RUMAH KARINA — MALAM

Karina telah selesai Mandi, sesaat ia berdiri di depan cerminnya dan melihat dirinya, melihat Bekas Jahitan di Kepalanya.

Ia berjalan ke Tempat Tidur dan ia mengambil Handphone, terlihat pesan dari Rosa, bertuliskan:

"Ini Kontak Pram".

Bersamaan dengan Kontak Pram yang muncul.

Sesaat Karina melihatnya dan ia menekan tombol Chat. Karina memencet sesuatu di sana dan meletakan Handphonenya dan ia berjalan menuju Meja Belajar.

42 INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM — MALAM

Pram sedang menonton Film di Laptopnya sambil memakan makanan di Meja Belajarnya, sesaat kemudian, terdengar suara Handphonenya yang berbunyi dan ia mengambilnya, terlihat pesan dari Karina, bertuliskan:

"Aku mau traktir kamu, karena udah bantuin aku. Aku mau bilang makasih karena bantuin aku, soal Pak Irfan dan Okta".

Terlihat ada sebuah Emoticon senyum, di bawah Pesan itu. Pram melihatnya datar, ia meletakannya kembali. Ia kembali menonton Film lagi, namun beberapa kali ia melihat ke arah Handphonennya.

Ia mengambilnya dan membalas pesan dari Karina, bertuliskan:

"Sama-sama".

Pram mengirimkan pesannya.

Pram meletakan Handphonennya dan melanjutkan menonton Film. Tak lama kemudian, Pram mematikan Laptopnya dan mengambil Handphonenya dan ia membuka Instagram, mencari kolom pencarian. Sesaat Pram berpikir sesuatu dan ia mengetik, bertuliskan:

"KARINA HARTONO".

Tak lama keluar hasil pencarian beserta Nama-nama Karina Hartono. Pram mencarinya satu persatu dan ia mengklik salah satu gambar dengan nama yang sama.

Muncul Wajah Karina dan username Instagram Karina, sesuai dengan namanya.

Pram melihat-lihat Feed Instagramnya, tak terlalu banyak Foto, hanya ada beberapa, termasuk Foto Karina dan Rosa. Pram mengklik satu postingan, video. Karina menyanyi sebuah Lagu Pop, UNWRITTEN dari NATASHA BEDINGFIELD.

Pram melihatnya dengan serius, sesaat ia bersenandung kecil, bernyanyi bersama dengan Karina di Video itu.

Kemudian ia melhat Foto Tio dan Tama, datar.

Pram mengambil Handphonenya dan mengetik sesuatu di sana, sebuah pesan, bertuliskan:

"Apa kamu bisa traktir aku sekarang?".

Tak lama kemudian, Sebuah Pesan masuk, dari Karina, bertuliskan:

"Bisa, kamu tahu Cafe di seberang jalan?. Kita ketemu di sana sekarang".

Pram berjalan ke arah Lemari, mengganti bajunya.

43 INT. CAFE — MALAM

Pram duduk di salah satu Kursi dan melihat Karina yang sedang bernyanyi, ia melihatnya, lekat.

Kemudian, Karina turun dari Panggung dan setelah selesai menyanyi dan berjalan menuju Pram.

KARINA

Kamu mau makan, minum, aku trakir. Sesuai janji aku.

PRAM

Apa aja aku gak masalah.

Karina mengangguk dan berjalan ke arah dalam cafe. Pram melihat sekitar.

Tak lama kemudian, Karina datang membawa Makanan dan Minuman dan meletakan di depan Pram. Pram melihatnya, datar.

PRAM

Makasih.

KARINA

Aku yang harusnya makasih, kamu udah bantuin aku masalah kemarin.

Pram mengambil makanan itu dan mencobanya.

KARINA

Enak, kan?

Pram mengangguk, sambil memakan.

KARINA

Bukan aku yang masak, makanya enak.

PRAM

Iya, aku tahu.

Mereka saling melihat, Karina tersenyum mendengarnya, begitu juga Pram.

KARINA

Tama bilang, kalian ada Band juga, kamu Gitaris. Tio di Vokal.

PRAM

Iya, cita-citanya mau jadi Penyanyi.

KARINA

Apa itu kamu mau bantu aku? Karena aku ingatin kamu sama Tio?

PRAM

...Mungkin.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Apa kamu mau jadi penyanyi juga?

KARINA

...Iya, itu cita-cita aku.

PRAM

Aku yakin kamu bisa, views video kamu banyak di Instagram.

KARINA

Kamu lihat Video aku? Kamu lihat Youtube juga? Kirain aku kamu gak main begituan.

PRAM

Kamu kira aku apa? Anak pendiam yang gak ada ekspersinya, kayak gak bernyawa? Kita seumuran, generasi MZ.

KARINA

Kamu dengar apa yang aku bilang ke Gio soal kamu? Aku gak nyangka ternyata dia orangnya gitu.

PRAM

Dia gak bicara apa-apa sama aku. Kamu yang buka kartu kamu sendiri. Dan kamu sendiri yang bilang aku hanya harus terus tinggal di Dunia aku sendiri. Berlindung di balik Orang Tua aku.

Karina menyadarinya, ia menyesal. Pram melihatya, tersenyum kecil.

PRAM

Aku mungkin pendiam dan masa bodoh orangya. Tapi bukan berarti aku gak merhatiin sekitar aku.

KARINA

Kirain aku, kamu tipe cowok-cowok yang ada di dalam Novel sama Drama.

PRAM

Mungkin kamu benar, tapi kamu lupa satu hal. Biasanya cowok-cowok kayak gitu banyak yang suka.

Karina tidak percaya apa yang Pram katakan, mulutnya terbuka.

PRAM

Aku nonton Drama. Iya, aku tahu itu gak cocok sama aku.

Mereka berdua tersenyum, suasana menjadi cair di antara mereka.

PRAM

Aku minta maaf soal kata-kata aku di Kantin. Aku tahu itu keterlaluan.

KARINA

Aku juga minta maaf bilang kamu pengecut.

PRAM

Mungkin aku memang pengecut.

Karina tidak menjawab, ia melihat Pram.

PRAM

Aku cuma kecewa sama diri aku sendiri, gak bisa cari tahu kenapa Tio meninggal, semuanya usaha aku buntu.

KARINA

Tapi bukan artinya semua usaha kamu sia-sia, kan? Pasti ada yang kamu dapat dari semua itu kan.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Kalau memang benar mimpi kamu itu bagian dari ingatan kamu, kita mungkin bisa pecahin masalah ini.

Karina melihat Pram, lekat.

PRAM

Aku ikut.

Karina tersenyum mendengarnya.

KARINA

Aku cuma bilang sekali, apapun yang terjadi dengan kamu dan Tama, itu masalah kalian. Kalau kamu bikin masalah, aku gak segan-segan. Aku juga bilang hal yang sama ke Tama.

Pram mengangguk, mengerti. Karina juga mengangguk, setuju.

PRAM

Aku juga ada satu syarat. Kalau kamu berhenti di tengah jalan atau bikin masalah buat penyelidikan kita. Aku juga gak segan-segan.

Sesaat Karina melihat Pram, kemudian ia mengangguk.

KARINA

Sejujurnya aku gak tahu harus mulai dari mana.

PRAM

Kita bisa mulai dari Roni.

Karina bingung dengan kata-kata Pram.

PRAM

Roni itu adik Ronald Putranto. Kamu pasti tahu dia.

Karina melihat Pram, ini di mulai.

44 INT. KAMAR TAMA - RUMAH TAMA — MALAM

Tama duduk di depan Handphonenya, di sana ia memandang datar Handphonenya.

Di layar Handphonenya, terdapat Kontak, bertuliskan:

"Pak Karim".

Tama melihatnya datar. Kemudian ia berpindah, ke Kertas-kertas yang ada di sebelah Handphonenya, ada beberapa di atas Meja.

Tama melihatnya, datar.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar