Bintang Kemerdekaan
4. Scene 44-52

44.       INT. KAMAR DALAM BENTENG – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Nadia, Hasta, Narto

 

Hujan turun dengan deras. Nadia, Hasta, dan Narto memandangi hujan di luar jendela.

 

NADIA

Lo yakin, Ta? (bertanya kepada Hasta)

 

HASTA

Gue nggak yakin 100%. Tapi kemungkinan pasti ada.

 

NARTO

Selama ada kemungkinan berhasil, meskipun cuma satu persen, lebih baik dicoba, ‘kan? (tersenyum melihat Nadia dan Hasta) Kita juga harus percaya sama mereka berdua. (kembali memandang keluar)

 

CUT TO

 

45.       EXT. TENGAH HUTAN – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Shinji

 

Shinji berlari di tengah hujan deras.

 

DISSOLVE TO FLASHBACK

 

(VO) KOMANDAN TENTARA JEPANG

Ano ko to issho ni ga dekimasu… hitotsu no jooken de. Karera no jidai ni modorasenaide. (Kamu bisa terus bersamanya dengan satu syarat. Jangan biarkan mereka kembali ke jaman mereka.)

 

DISSOLVE TO

 

(VO) HANNA

Hanna juga nggak tau bisa pulang atau nggak.. (sambil menahan tangis. Kedumian Nadia memeluknya menenangkan)

 

END OF FLASHBACK

 

Shinji kemudian menutup kedua matanya sambil terus berlari.

 

CUT TO

 

46.       INT. DEPAN TENDA PENGUNGSIAN KORBAN PERANG – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Ibu, Anak Kecil, Tentara, extras korban perang dan pengungsi

 

Hujan deras tidak membuat suasana ramai hiruk pikuk di tenda pengungsi mereda. Banyak tentara yang dikirim ke tenda ini dengan kondisi yang mengkhawatirkan, entah kena luka tembak, luka bakar, atau bahkan gugur dalam perjalanan. Beberapa keluarga pun setia menunggu kepulangan keluarga mereka yang berperang di depan tenda.

 

ANAK KECIL

Ibu, kapan ayah pulang?

 

IBU

Sebentar lagi, nak. Kamu lapar, ya?

 

ANAK KECIL

(mengangguk)

 

IBU

Tunggu sebentar, ya. (mengambil singkong rebus dari tas dan diberikan kepada anaknya) Ini, kamu duduk di sana, ya. (menunjukkan batang pohon belakang untuk duduk)

 

ANAK KECIL

(mengangguk)

 

Dua tentara berjalan masuk ke tenda membawa seorang tentara lainnya yang meringis kesaakitan di atas tandu.

 

IBU

(melihat tentara di atas tandu dan terkejut) Mas! Mas! Suami saya kenapa? (sang ibu mengikuti mereka masuk ke dalam tenda)

 

CUT TO

 

47.       INT. DALAM TENDA PENGUNGSIAN – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Kirana, Ibu, Anak Kecil, Tentara, extras tentara

 

Dua tentara tadi memindahkan tentara yang terluka ke atas tempat tidur untuk diobati. Kirana dan Hanna yang selesai membalut perban di kaki pasien lainnya di samping mereka pun, menghampiri untuk mengobati tentara tersebut.

 

TENTARA

Aduh, sakit.. (meronta tidak tenang)

 

KIRANA

Jangan bicara dulu. (menenangkan tentara)

 

TENTARA

Uhh.. sakit (terus meronta)

 

KIRANA

Tolong tenang dulu, saya tidak bisa mengobati (Kirana berusaha menenangkan tentara tersebut karena terus bergerak)

 

TENTARA

Uhh… (lalu tiba-tiba gerakannya berhenti dan tidak bernapas)

 

KIRANA

(terpaku melihat tentara di depannya)

 

HANNA

(menunjukkan wajah lebih shock menyaksikan kejadian tersebut)

 

IBU

Mas! Bangun, mas! (menangis histeris di samping tentara tersebut sambil mengguncang-guncang badannya)

 

ANAK KECIL

(menjatuhkan singkong tadi ia makan dan terpaku dengan ekspresi kosong melihat ibunya menangis) Ayah..

 

IBU

(berlari memeluk anaknya sambil terus menangis)

 

ANAK KECIL

(terpaku diam menatap sosok ayahnya yang berpakaian tentara sudah tidak bergerak di atas tempat tidur)

 

HANNA

(melihat singkong yang dijatuhkan oleh anak kecil tersebut lalu mengepalkan tangannya)

 

KIRANA

(melihat kepalan tangan Hanna)

 

HANNA

(mengambil bambu runcing di dekatnya dan berjalan ke luar tenda)

 

KIRANA

Hanna! (berlari mengejar Hanna)

 

CUT TO

 

48.       INT. DEPAN TENDA PENGUNGSIAN KORBAN PERANG – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Kirana, Shinji, extras korban perang

 

Hanna berjalan keluar membawa bambu runcing, namun belum sampai keluar, Kirana menarik tangannya dari belakang.

 

KIRANA

Ini bukan tugas kita! Kamu lupa? Tugas kita merawat yang terluka, bukan ikut berperang!

 

HANNA

(menatap Kirana, lalu menunduk)

 

SHINJI

Benar katanya, jangan sia-siakan nyawamu di sini. (berjalan menghampiri Hanna dengan baju yang basah terkena hujan)

 

HANNA

(berbalik menatap Shinji yang kebasahan) Kenapa kamu di sini?

 

SHINJI

Temanmu sudah menemukan cara untuk kembali. Kembalilah ke jamanmu. Kamu juga, Kirana. Kembalilah ke jamanmu. (kemudian menatap Kirana)

 

KIRANA

(terkejut) Saya?

 

CUT TO

 

49.       EXT. TENGAH HUTAN DI ANTARA TENDA-TENDA PENGUNGSIAN – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Shinji, Kirana

 

Di tengah hujan rintik-rintik, Hanna dan Kirana berlari sambil berpegangan tangan di belakang Shinji. Hanna masih membawa bambu runcing di tangan kirinya. Begitu juga dengan Shinji. Meskipun sedang berlari, Kirana tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wajahnya mulai menunjukkan keragu-raguan atas apa yang dilakukkannya saat ini. Kemudian ia melepas genggaman tangan Hanna dan berhenti berlari.

 

HANNA

Tunggu. (katanya kepada Shinji)

 

Hanna dan Shinji yang sudah beberapa langkah di depannya pun ikut menghentikan langkah dan membalikkan badan mereka menghadap Kirana.

 

KIRANA

Hmm.. Maaf, saya tidak ikut. (tersenyum kepada Hanna)

 

HANNA

Kirana?

 

KIRANA

15 tahun saya di sini. Walaupun kembali, sudah tidak ada yang ingat saya. Jaman itu menjadi asing bagi saya. Jadi, saya akan tetap di sini. Orang-orang di tenda itu membutuhkan saya.

 

SHINJI

Kamu yakin?

 

KIRANA

(tersenyum dan mengangguk dengan yakin) Walaupun singkat, terima kasih sudah menjadi teman saya. Selamat tinggal. (melambaikan tanggannya kepada Hanna)

 

SHINJI

Sebentar lagi matahari terbenam. Kita tidak punya banyak waktu. (mengajak Hanna)

 

HANNA

Tapi..

 

SHINJI

(menggenggam tangan Hanna dan menariknya untuk ikut berlari)

 

HANNA

(terkejut dan memperhatikan tangan Shinji yang menggenggam tangannya, lalu pandangannya beralih ke sosok belakang Shinji yang berlari di depannya)

 

CUT TO

 

50.       EXT. TENGAH HUTAN – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Shinji

 

Shinji dan Hanna berlari di tengah hujan rintik-rintik sambil berpegangan tangan dan membawa bambu runcing masing-masing. Hanna terus memperhatikan genggaman tangan Shinji.

 

HANNA

U-uhm.. (bermaksud untuk memberitau bahwa Shinji sudah bisa melepaskan genggamannya)

 

SHINJI

Saat awal bertemu, kami berkelahi. (mulai bercerita sambil terus berlari)

 

HANNA

Hah? (gagal paham arah perkataan Shinji)

 

SHINJI

Saling membenci dan tidak pernah akur. Saya, Narto, dan Asao. Tapi, sampai sekarang, kami bertiga tidak pernah berpisah satu sama lain. Kematian tidak akan memisahkan kami. Walaupun berada di dunia yang berbeda, kami masih terhubung oleh sesuatu. Kata-kata terakhirnya..

 

DISSOLVE TO FLASHBACK

 

Ekspresi terakhir Asao sebelum meninggal.

 

(VO) ASAO

Merdekakan.. Indonesia..

 

END OF FLASHBACK

BACK TO

 

SHINJI

Dia percaya pada kami. Kakakmu juga percaya padamu akan menemukan kebahagianmu sendiri di luar sana.

 

HANNA

(menatap sosok Shinji yang berlari di depannya, lalu menunduk, memandangi gelang anyaman berwarna merah dan putih di tangan kirinya, tersenyum sambil menahan tangisnya)

 

CUT TO

51.       EXT. DEPAN GOA KARANG TEPI PANTAI – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Shinji

 

Suasana hujan gerimis ritik-rintik. Shinji dan Hanna sampai di dekat goa dan melihat keadaan yang sepi seperti tidak ada orang.

 

SHINJI

Sepertinya kita datang terlalu cepat.

 

HANNA

Widi dan Sigit ada di dalem?

 

SHINJI

Kita tunggu dulu di sini sampai Narto..

 

HANNA

(menyelonong masuk ke dalam goa karena mengira tidak ada orang)

 

SHINJI

Oi! (akhirnya ikut mengejar Hanna ke dalam goa)

 

CUT TO

 

52.       INT. DALAM GOA KARANG TEPI PANTAI – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Shinji, Sigit, Widi, Asep, Nadia, Hasta, Narto, extras tentara Belanda

Hanna dan Shinji masuk ke dalam goa mencari keberadaan Sigit dan Widi, namun tidak menemukan siapapun. Tidak lama kemudian para tentara Belanda keluar dari persembunyian mereka dan seketika mengepung Hanna dan Shinji dengan berbagai senjata yang diarahkan kapada mereka. Hanna dan Shinji menjadi panik dengan jebakan dan kemunculan yang tiba-tiba dari para tentara tersebut. Shinji segera memasang badan dan kuda-kuda melindungi Hanna di belakangnya. Namun, dilihat dari manapun, mereka tidak seimbang. Para tentara yang berjumlah puluhan dengan senapan di tangan mereka, sementara Shinji dan Hanna hanya memiliki bambu runcing.

 

Asep muncul bersama dengan dua tentara lainnya membawa Sigit dan Widi yang kedua tangannya diikat ke belakang menggunakan tali.

 

WIDI, SIGIT

Hanna!! (bersahuta memanggil Hanna)

 

HANNA

(menoleh ke samping) Widi! Sigit!

 

ASEP

(tersenyum) Tidak disangka, tanpa harus dicari, kalian yang datang sendiri kemari. Dengan begini, yang bisa dimanfaatkan sebagai mata-mata oleh sekutu lebih banyak, hahaha.. Kalian senang, ‘kan bertemu teman kalian? (bertanya kepada Widi dan Sigit)

 

WIDI

AARRGH!! (kembali mengamuk mencoba menendang-nendang Asep)

 

TENTARA DI SAMPING WIDI

(menarik pelatuk senapan ke arah Widi dan bersiap untuk menembak)

 

WIDI

Eh iya iya, ampuuunn!! (panik mendekati Sigit)

 

HANNA

Widi!

 

ASEP

(memperingatkan tentara) Don’t kill these two and the girl over there./Jangan bunuh dua orang ini dan perempuan yang ada di sana./ (kemudian melihat Shinji) Hmm.. but I don’t need him. You can kill the guy. /Tapi aku tidak membutuhkan laki-laki itu. Kalian boleh membunuhnya./ (kemudian berbalik hendak meninggalkan tempat itu)

 

Seketika semua tentara mengarahkan senapannya kepada Shinji. Shinji dan Hanna terkejut bukan main. Namun, tanpa ragu Hanna segera memposisikan dirinya di depan Shinji. Kini giliran Hanna yang pasang badan dengan bambu runcing di tangannya.

 

HANNA

Tunggu!

 

ASEP

(menghentikan langkahnya dan melihat Hanna)

 

SHINJI

(menatap Hanna dari belakang)

 

HANNA

Kalau begitu jangan kabur, lawan saya! (mengarahkan bambu runcing kepada Asep)

 

ASEP

(menatap Hanna dan mulai kesal)

 

HANNA

Kamu tidak bisa melawan saya, ‘kan?

 

ASEP

(berusaha tersenyum di antara perasaan kesalnya) Menarik juga.. Semangat perempuan dari abad 21 memegang bambu runcing.. (menatap Hanna dengan tajam) Tapi kamu tidak akan bisa menang hanya dengan..

 

HANNA

(memotong perkataan Asep) Bisa! Lalu kami akan pulang bersama-sama ke rumah kami!

 

ASEP

(menatap Hanna dengan tajam. Tangannya mulai bergetar saat ia mengepalkan tangan kanannya. Kedua matanya tidak lagi fokus menatap Hanna. Ia mengedipkan matanya beberapa kali lalu menunduk.)

 

SIGIT

(memperhatikan tangan Asep yang bergetar dan perilaku anehnya. Diam-diam, ia meraba smartphone-nya di saku belakang celananya.

 

ASEP

(setelah menunduk dan terdiam cukup lama, kemudian ia membalikkan badannya) Kill them all. (lalu berjalan pergi)

 

Hanna dan Shinji terkejut mendengar keputusan Asep. Kini semua tentara mengarahkan senapan kepada mereka berdua. Kini Shinji dan Hanna saling menghadap belakang dan bersiap dengan kuda-kuda mereka.

 

WIDI

Hanaaaaa!!!!

 

Tentara Belanda semakin fokus dan memasang kuda-kuda dengan menarik pelatuk senapan mereka ke arah Shinji dan Hanna. Shinji dan Hanna menatap tentara-tentara di hadapan mereka. Mereka sadar perlawanan mereka tidaklah seimbang dengan para tentara tersebut. Shinji meneteskan banyak keringat di keningnya. Hanna perlahan memejamkan kedua matanya pasrah.

 

Tiba-tiba terdengar bunyi senapan. 4 tentara Belanda di hadapan mereka jatuh tersungkur ke tanah. Seketika Semua tentara tersisi berbalik mengarahkan senapan mereka ke arah pintu keluar goa.

 

NADIA

Hannaa!

 

Hanna membuka kedua matanya dan menyadari dirinya masih hidup dan menemukan 4 tentara di hadapannya sudah tersungkur. Kemudian ia melihat Nadia, Narto dan puluhan tentara Indonesia lainnya dengan senjata lengkap memenuhi pintu goa.

 

HANNA

Nadia! Narto! (tersenyum lega ke arah mereka)

 

NADIA

Majuuuu!! (mengarahkan bambu runcingnya ke atas, memberi aba-aba kepada pasukan tentara Indonesia di belakangnya untuk maju menyerang tentara sekutu)

 

NARTO, EXTRAS TENTARA INDONESIA

Sampai matii!!! (dipimpin oleh Narto, tentara Indonesia dengan jumlah lebih banyak secara bersamaan menyerang sekutu dengan berbagai senjata mereka)

 

Narto, Shinji, dan tentara Indonesia lainnya bertempur melawan tentara sekutu. Sementara Nadia, dan Hasta menghampiri Hanna.

 

NADIA

(tersenyum) Ayo, kita pulang.

 

HANNA

(balas tersenyum sambil mengangguk)

 

Kemudian beberapa tentara Belanda yang tersisa kembali mengepung Hanna, Nadia dan Hasta. Mereka berdua memasang kuda-kuda dengan bambu runcing di tangan mereka.

 

Tiba-tiba terdengar bunyi sirine polisi dari smartphone Sigit. Ia diam-diam sengaja menyalakan ringtone untuk membuat para tentara di dekatnya terkejut dan kebingungan. Sigit memanfaatkan kesempatan itu untuk menendang, menghantam kepalanya dengan kepala mereka. Kemudian melepaskan ikatan tali di tangannya yang sudah ia manipulasi menjadi longgar sejak tadi. Dengan begini ia lebih bebas menggunakan kedua tangannya untuk menyalurkan hobinya yang terpendam. Ia memukul dan dan menjatuhkan tentara-tentara di dekatnya dengan tangan kosong, lalu melepaskan ikatan tali di tangan Widi. Setelah itu Widi pun menghantamkan tas sekolahnya kepada tentara yang ia temui dan berlari bersama Sigit. Mereka berdua mengambil bambu runcing dari tentara Indonesia yang gugur dan bergabung bersama Hanna, Nadia dan Hasta. Beberapa tentara Belanda mengepung mereka berlima. Namun, kali ini Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, dan Widi tidak gentar menghadapi mereka. Mereka mengarahkan bambu runcing ke arah para tentara dan menakut-nakuti tentara tersebut dengan menggebrak bambu mereka ke tanah secara bersamaan menimbulkan suara nyaring. Suara nyaring tersebut membuat para tentara Belanda yang mengepung mereka agak gentar. Shinji dan Narto menggunakan kesempatan tersebut untuk menyerang tentara tersebut dan mengalahkan mereka.

 

SHINJI

Cepat pergi!

 

Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, dan Widi pun segera berlari keluar goa, disusul Shinji dan Narto.

 

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar