Bintang Kemerdekaan
3. Scene 32-43

32.       EXT. HALAMAN BELAKANG DI BENTENG – SIANG

Cast : Hanna, Shinji

 

Hanna berdiri menyandar pada dinding menunggu seseorang. Shinji kebetulan lewat di depannya dan saat itu juga Hanna langsung menghadang langkah Shinji dengan berdiri di depannya. Hanna menatap Shinji dengan tatapan serius.

 

CUT TO

 

33.       EXT. AREA TERBUKA DI BENTENG – SIANG

Cast : Hanna, Shinji, Nadia

 

Hanna dan Shinji saling melawan satu sama lain dengan bambu runcing. Tetapi, karena lawannya adalah perempuan, Shinji tampak tidak sungguh-sungguh mengeluarkan kekuatannya, sehingga berkali-kali terdesak oleh pukulan-pukulan bambu Hanna yang secara terus menerus menghujani badannya. Yang ia lakukan hanya bertahan, bukan menyerang. Akhirnya Shinji terjatuh ke belakang. Nadia kebetulan lewat di sekitar sana dan menghampiri mereka.

 

HANNA

Jangan remehkan saya karena perempuan. Bangun!

 

SHINJI

(hanya menatap Hanna sambil menggaruk-garuk kepalanya)

 

NADIA

Kalian lagi apa?

 

HANNA

(mengarahkan bambunya ke arah Nadia)

 

NADIA

(menghentikan langkahnya) Uwah! Bahaya Hanna (sambil memberikan kode mata kepada Hanna untuk menyingkirkan bambu tersebut dari hadapannya)

 

HANNA

Lo juga latihan, Nad.

 

NADIA

Ha? Latihan supaya apa? (menyilangkan tangannya sambil menatap Hanna)

 

HANNA

Supaya kita bisa bertahan hidup di sini.

 

NADIA

Buat apa? Kita ‘kan nggak hidup di jaman ini. Lo nggak mau pulang? (ekspresi mulai serius)

 

HANNA

(terdiam sejenak) Suster Kirana aja udah 15 taun tinggal di sini..

 

NADIA

Itu ‘kan karena dia cuma sendiri dan nggak tau caranya pulang

 

HANNA

Kita juga nggak tau caranya pulang. Sigit dan Widi juga kepisah, nggak tau apa mereka sekarang masih hidup atau nggak.

 

NADIA

Lo itu kenapa, sih? Kok jadi pesimis gini? (mengambil bambu runcing milik Shinji dan mengarahkannya kepada Hanna) Kenapa? Lo nggak kangen sekolah, temen-temen, keluarga kita?

 

HANNA

(menunduk terdiam melihat di tangan kirinya)

 

NADIA

(ikut memerhatikan tangan Hanna dan menyadari bahwa gelang anyaman yang biasa ia pakai tidak ada) (Nadia membenturkan ujung bambu bagian bawahnya ke bambu Hanna) Apa lo sengaja mau tinggal di sini karena nggak mau ketemu papa dan mama lo yang udah ngecewain lo? Lo juga mau ngelupain kakak yang udah pergi ninggalin lo?

 

HANNA

(menatap Nadia dengan tajam) Lo nggak ngerti apa yang gue rasain, Nad. (balas membenturkan bamboo bagian bawahnya ke bamboo Nadia)

 

NADIA

 (membalas membenturkan bambunya lagi) Iya, gue emang nggak ngerti perasaan orang cuma bisa nyalahin keadaan atas semua yang terjadi dan menanggap dirinya sebagai orang paling tersiksa di dunia. Kakak lo di surga nggak akan seneng ngeliat lo kayak gini.

 

HANNA

Gue benci sama lo! (menyerang Nadia dengan bambunya)

 

NADIA

Gue juga benci sama lo! (ikut menyerang Nadia dengan bambunya)

 

Shinji menunjukkan wajah panik melihat dua perempuan di hadapannya bertengkar dengan benda yang berbahaya. Ia bangkit dari jatuhnya dan bermaksud melerai mereka namun terlambat, kedua bambu mereka beradu menimbulkan suara yang nyaring. Karena kalah kuat dari Nadia, bambu yang dipegang Hanna pun terjatuh.

 

NADIA

Buka mata lo. Jangan lari dari masalah. (kemudian berjalan pergi)

 

Hanna hanya tertunduk melihat tangan kirinya, berusaha menguatkan dirinya untuk tidak menangis. Shinji kemudian menatap Hanna dengan dalam.

 

CUT TO

 

34.       EXT. HALAMAN BENTENG – SORE MENJELANG MALAM

 

ESTABLISH. Hujan mulai berhenti. Shot pepohonan dan rumput yang yang basah setelah hujan. Sebuah pelangi muncul di langit.

 

CUT TO

 

35.       INT. RUANG PERUNDINGAN DI BENTENG – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Nadia, Hasta, Shinji, Narto, Komandan Tentara Jepang, extras Tentara Jepang, Widi, Sigit

 

Semua cast duduk berkumpul di meja perundingan.

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Apa kalian mengerti? Jadi akan ada pasukan yang menyerang lebih dulu kepada sekutu dan sengaja mengalah. Lalu, biasanya malam itu mereka akan membuat pesta untuk merayakan kemenangan. Saat mereka dalam keadaan mabuk dan tanpa persiapan, BOOM! (dengan nada mengagetkan) Kita akan menyerang mereka.

 

NADIA, HASTA

(terkejut dengan lelucon komandan tersebut)

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Bagaimana? Apa menurut kalian akan berhasil? Di masa depan kalian pasti pernah mendengar tentang penyerangan palsu ini.

 

HASTA

Kita dianggep paranormal, bisa ngeramal masa depan.. (berbisik ke Nadia)

 

NADIA

(mengangguk setuju dengan Hasta)

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Bagaimana?

 

NADIA

Hmm.. Sebenernya kita juga..

 

Tiba-tiba terdengar suara nada dering dari smartphone Nadia. Nadia segera mengambil smartphone-nya dari tas. Seketika, semua mata tertuju pada Nadia.

 

HASTA

Ha? Kok bisa? (Ia pun segera mengambil IPad-nya)

 

NADIA

(mengangkat telepon) Halo?

 

WIDI

Halo, Nadia.

 

NADIA

Widi? Ya ampun.. Kita khawatir banget.. Kalian dimana? Lo sama Sigit, ‘kan?

 

WIDI

Iya, gue sama Sigit. Kita lagi di goa deket pantai sama orang-orang bule yang nyerang kita kemarin, nih. Tenang aja, kita dikasih makan enak, kok. Ya, ‘kan, beb?

 

SIGIT

Iya, tenang aja. (sambil mengunyah nasi jagung di selehai daun besar)

 

WIDI

Barusan HP gue tiba-tiba dapet sinyal. Masuk semua notif sosmed, jadi gue langsung telepon Hanna, tapi nggak aktif. Terus gue telepon lo. Kalian gimana? Aman, ‘kan?

 

NADIA

Hmm.. iya, kita semua aman, kok. Kita lagi di benteng militer Jepang.

 

WIDI

Oh.. Bagus deh kalo kalian selamat. Tapi, kita nggak boleh keluar dari goa, nih. Ada yang jagain di luar.

 

NADIA

Oh, gitu.. Yaudah kalian tenang dulu di sana. Nanti kita cari cara supaya bisa jemput kalian dan pulang ke jaman kita.

 

Tiba-tiba sinyal mereka kembali melemah dan suara Nadia menjadi putus-putus.

 

WIDI

Halo?

 

NADIA

Halo?

Sinyal benar-benar hilang dan sambungan telepon mereka terputus.

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Apa mereka beritau tempat mereka? Kalian tau tempat persembunyian sekutu? (tanya komandan mendesak Nadia)

 

NADIA

(mengangguk perlahan)

 

Shinji memperhatikan Tentara Komandannya yang terus mendesak Nadia.

 

CUT TO

 

36.       INT. DALAM GOA KARANG TEPI PANTAI – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Widi, Sigit, Asep, extras tentara Belanda

 

Widi dan Sigit duduk di sebuah batang pohon di dalam goa dan dikelilingi pagar kayu layaknya tahanan.

 

WIDI

Yah.. ilang lagi sinyalnya..

 

SIGIT

Hah?

 

ASEP

Ada apa? (jalan menghampiri dari luar pagar kayu)

 

WIDI

Ehm.. nggak pa-pa.

 

ASEP

(melihat smartphone Widi yang baru saja digunakan) Katanya benda itu bisa untuk komunikasi, ya?

 

SIGIT

(langsung berdiri dan dengan semangat mempromosikan smartphone-nya) Iya! Kita juga bisa mencari tahu segala sesuatu lewat internet. Tapi.. kalo ada sinyal, sih..

 

ASEP

Wah, keren, ya.. (melihat smartphone Widi dengan takjub) Maaf, ya, mengurung kalian di sini. Di luar sangat berbahaya. Jadi, kalian di sini dulu, ya.. (sambil tersenyum)

 

SIGIT

Oh, iya nggak pa-pa (berdiri sambil cengengesan)

 

WIDI

(menyikut perut Sigit dan berbisik) Kok, malah ikut basa-basi..

 

SIGIT

(ikut berbisik dengan suara pelan) Kenapa, sih? Kita, ‘kan aman di sini. Dikasih makan. Dia orang Indonesia.

 

WIDI

Justru karena dia orang Indonesia dan kita diperlakukan baik gini, firasat gue nggak enak. Kenapa dia bisa merintah tentara Belanda yang ada di sini?

 

ASEP

(masih terus tersenyum ramah kepada Widi dan Sigit)

 

CUT TO

 

37.       INT. RUANG PERUNDINGAN DALAM BENTENG – MALAM

Cast : Shinji, Tentara Komandan Jepang

 

Shinji dan Komandan Tentara Jepang duduk berhadapan dengan wajah serius.

 

SHINJI

Nihon ni kaerimasu?/Kembali ke Jepang?

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Shigoto owatta deshou?/pekerjaanmu sudah selesai, ‘kan?

 

SHINJI

(terdiam sambil menunduk ke bawah)

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Nande? Mada Indoneshia ni itaindesu ka?/Kenapa? Masih ingin berada di Indonesia?/ (mendekatkan badannya ke arah Shinji) Ano ko.. ki ni nattemasuka?/Kamu tertarik sama anak itu, ya?

 

SHINJI

Eh? (menatap komandan)

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Ikkai mita mo sugu ni wakattemasu. Sono me, ano ko kara hanarenai./Sekali lihat juga langsung tahu. Matamu tidak lepas darinya.

 

DISSOLVE TO FLASHBACK

 

38.       INT. RUANG PERUNDINGAN DALAM BENTENG – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Shinji, Narto, Komandan Tentara Jepang, extras tentara Jepang

 

Saat Hanna menahan tangisnya setelah mendapat telepon dari papanya, Shinji menatap Hanna dengan dalam.

 

HANNA

Hanna nggak tau bisa pulang atau nggak.. (sambil menahan tangis)

 

Komandan Tentara Jepang diam-diam memperhatikan Shinji dan Hanna.

 

DISSOLVE TO

 

39.       EXT. AREA TERBUKA DI BENTENG – PAGI

Cast : Hanna, Nadia, Shinji, Komandan Tentara Jepang

 

Komandan Tentara Jepang memperhatikan Shinji yang dengan mudah dapat dikalahkan oleh Hanna saat duel bambu runcing. Padahal Hanna tidaklah sekuat itu.

 

HANNA, NADIA

Gue benci sama lo!

 

Dalam sekejab, bambunya terlepas dari tangannya saat bertengkar dengan Nadia karena kalah kuat. Saat Nadia meninggalkan Hanna yang terdiam, Shinji menatapnya dengan simpati lebih dalam. Komandan Tentara Jepang melihat semua itu dari tempat yang tidak terlihat oleh mereka.

 

END OF FLASHBACK

BCK TO

 

40.       INT. RUANG PERUNDINGAN DALAM BENTENG – MALAM

Cast : Shinji, Tentara Komandan Jepang

 

SHINJI

Kanojo no kankei wa arimasen. (Tidak ada kaitan dengannya)

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Ano ko to issho ni ga dekimasu… hitotsu no jooken de. Karera no jidai ni modorasenaide. Kirana ni mo onegaishimashita. Supai to shite, karera wa yakudatsumono. (Kamu bisa terus bersamanya dengan satu syarat. Jangan biarkan mereka kembali ke jaman mereka. Saya juga sudah minta tolong kepada Kirana. Mereka berharga untuk kita sebagai mata-mata.)

 

SHINJI

(terus menatap Komandan dengan serius)

 

CUT TO

 

41.   INT. KAMAR DALAM BENTENG – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hasta

 

Hujan kecil rintik-rintik membasahi pepohonan di sekitar benteng. Hasta termenung di kamarnya sendirian menghadap jendela, memandangi hujan. Ia menghembuskan napas panjang. Kehidupan tanpa game sangat membosankan baginya.

 

Tidak lama kemudian, saat ia memandangi hujan, ia tersadar akan sesuatu. Kedua tangannya memberikan kode seperti main game tebak-tebakkan. Pertama, ia mengkodekan hujan. Kedua, ia mengkodekan pelangi. Ketiga, ia mengangkat IPad-nya. Ia menjentikkan jari tengah dan jempolnya sambil tersenyum lebar.

 

HASTA

Guuyysss!!! (sambil berlari keluar kamar)

 

CUT TO

 

42.   INT. KAMAR DALAM BENTENG – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Nadia, Hasta, Shinji, Narto

 

Semua cast berkumpul dan duduk di kamar Hasta.

 

NADIA

Beneran lo tau caranya pulang?

 

SHINJI

(menatap Hasta)

 

HASTA

Sebenernya gue juga masih kurang yakin, makanya sekarang kita check hipotesis gue bener atau salah.

 

NADIA

Sekarang? Gimana caranya?

 

HASTA

Kalian sadar nggak, HP kita selalu dapet sinyal hampir di waktu yang sama? Keadaannya selalu sehabis hujan dan waktu terbenamnya matahari. Dan itu cuma beberapa menit. Artinya saat itu, di suatu tempat, lubang waktu ke jaman kita terbuka. Kalian pasti juga pasti pernah denger, ‘kan mitos dari orangtua, saat pergantian siang menuju malam hari adalah waktu yang sangat besar peluangnya untuk makhluk dari dimensi lain muncul.

 

NADIA, NARTO

Hah? (dengan wajah tidak mengerti)

 

HASTA

Yahh.. intinya itu alesannya kenapa anak-anak kecil nggak boleh keluar waktu maghrib.

 

NADIA, NARTO

Oh.. (mengangguk-angguk)

 

HASTA

Jadi kita manfaatin waktu ini buat pulang.

 

NADIA

Tapi dimana lubangnya bakal muncul?

 

HASTA

Kalo hipotesis gue bener, biasanya sehabis hujan selalu ada..

 

NADIA

Pelangi!

 

HASTA

Bener. Jadi kita cari arah dimana pelangi itu muncul.

 

NADIA

Dimana, ya..?

 

NARTO

Tempat yang banyak airnya.. air terjun? Atau.. pantai?

 

NADIA

Jenius!

 

HASTA

Bentar, kan yang nemuin caranya gue..

 

NADIA

(tidak menggubris perkataan Hasta) Ok, gue kasih tau yang lain. (membuka smartphone-nya dan memeriksa sinyalnya) Wah, bener ada lho sinyalnya!

 

HASTA

Cepet! Cepet!

 

NADIA

Iya, iya, bentar. (menelepon Hanna, namun tidak aktif) HP nya Hanna nggak aktif.

 

HASTA

Abis kali baterenya, ya? Hadehhh.. kenapa pake abis segala baterenya lagi penting begini.. (Hasta ngedumel sendiri)

 

NADIA

Tapi, dari kemarin Widi telepon HP dia nggak aktif katanya.. Dia juga nggak balik lagi ke kamar dari kemarin.

 

SHINJI

(menatap Nadia)

 

HASTA

Yaudah, telepon Widi dulu.

 

NADIA

(menelepon Widi) Halo, Widi.

 

NARTO

(memperhatikan Shinji yang dari tadi hanya diam sambil mengerutkan keningnya dengan wajah serius)

 

CUT TO

 

43.   INT. DALAM GOA KARANG TEPI PANTAI – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Widi, Sigit, Asep, extras tetara Belanda

 

Widi dan Sigit menerima telepon dari Nadia dengan antusias. Sementara Asep menguping pembicaraan mereka dari luar pagar kayu sambil duduk santai.

 

WIDI

Lo udah tau caranya balik? Gimana, gimana caranya?

 

SIGIT

(ikut mendekatkan telinganya ke smartphone Widi)

 

WIDI

Iya, he-em.. Iya (sambil menganggukkan kepalanya)

 

ASEP

(memperhatikan mereka)

 

WIDI

Iya, gue udah kangen berat sama masakan emak gue di rumah, nih.. Ok, besok, ya! (Widi menutup teleponnya, lalu high five dengan Sigit merayakan kegembiraan mereka) Yey!

 

SIGIT

Yey! Akhirnya kita..

 

ASEP

(memutus perkataan Sigit) Tidak ada yang mengijinkan kalian keluar dari tempat ini. (sambil tersenyum kepada Widi dan Sigit)

 

SIGIT

Hah? (sambil emosi berjlan mendekati pagar kayu)

 

WIDI

(ikut mendekati pagar kayu menenangkan Sigit) Kenapa? (bertanya dengan nada serius kepada Asep)

 

ASEP

Kalian belum sadar, ya? (tersenyum sambiil berjalan mendekati pagar kayu) Walaupun saya orang Indonesia, coba lihat sekeliling kalian.

 

WIDI, SIGIT

(melihat tentara Belanda yang berjaga di sana)

 

ASEP

Saya, Asep, bisa memerintah mereka karena saya adalah orang kepercayaan sekutu, begitu juga dengan bapak, kakek, dan leluhur-leluhur saya sebelumnya.

 

WIDI

Udah gue duga, ada yang nggak beres sama orang ini..

 

SIGIT

(melirik Widi sekilas)

 

ASEP

(tertawa kecil) Kalian dari masa depan, punya benda-benda luar biasa yang sangat bermanfaat. Coba bayangkan betapa senangnya Sekutu jika saya membawa kalian kepada mereka. 

 

SIGIT

(kesal dan tangannya keluar pagar berusaha menarik Asep, namun tidak sampai)

 

ASEP

(tertawa besar)

 

WIDI

Kamu tega liat saudara-saudara sebangsa, setanah air di luar sana dijadikan budak, kelaparan, dan menderita jadi korban perang, menjalani kehidupan yang tidak mereka inginkan, sementara kamu tenang-tenang di sini memihak sekutu?

 

ASEP

(menatap Widi dengan tajam) Saya melakukan ini juga demi keselamatan keluarga saya, dan saya sendiri. (berjalan pergi meninggalkan mereka)

 

WIDI

Egois! Gue nggak sudi hidup di jaman yang sama kayak pecundang itu! Gue mau pulang sekarang! (Widi mengamuk dan menggebrak pagar kayu di depannya dengan kasar)

 

SIGIT

(terkejut dengan amukan Widi dan berusaha menenangkan)

 

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar